Winner

1.1K 38 2
                                    

Budayakan tekan vote sebelum membaca:)
Happy reading:)

******

"Gue suka kalau mereka bareng", Sakti mengambil permen lolipop yang sedang dia makan di dalam mulut lalu memasukannya lagi.

Raina segera keluar dari kelas saat mendengar berita tentang mereka yang mulai beredar lagi. Berita itu menutup berita terkini sekolah Semesta tentang lomba olimpiade sains yang masuk ke kancah dunia.

Raina langsung mendatangi kelas Azzura, lagi. Dan lagi-lagi dia mencari keributan. Dia mendekati Azzura yang sedang duduk mencari ketenangan.

"Apa?", tanya Azzura santai sambil mengangkat kepalanya yang semula bersandar di meja.

"Kenapa lo masih sama Angkasa sih?", Azzura membuka kedua telapak tangannya lalu mengangkat bahunya acuh.

"Ratu mana?", mata Raina berkeliling kelas mencari keberadaan Ratu.

"Lain kali, pasang pelacak di lengannya", Azzura kembali meletakkan kepalanya di meja. Lalu Raina pergi dengan wajah merah padam dan emosi yang bersulut-sulut.

Setelah itu, suara sepatu bergema memasuki ruangan lagi. Yah, itulah pria idaman yang selalu dicari-cari dimanapun dan kapanpun oleh siswa Senior High School Semesta, terkecuali Azzura. Dia terlihat acuh dengan kedatangan laki-laki itu.

Dia meletakkan tas-nya di samping Azzura. Duduk bareng lagi? Azzura langsung menggeser bangkunya lebih jauh dari bangku Angkasa.

"Ngapain lo duduk disini?", Azzura memasang tatapan tidak suka pada kedua manik mata milik Angkasa. Seakan-akan ingin mengusir siapapun pemilik mata itu.

"Dari awal juga gue duduk disini", Angkasa tidak perduli. Dia mengeluarkan beberapa buku fisika dan membacanya.

"Semua orang liat kesini. Lo bisa pergi nggak sih?"

Angkasa menolehkan kepalanya sebesar sudut sembilan puluh derajat lalu berkata, "Nggak!!"

Azzura menghembuskan nafasnya gusar. Menghela nafasnya dalam-dalam dan lagi-lagi dia yang mengalah. Dia menutup bukunya yang tadi dijadikan bantal untuk dibawa pergi. Namun, Angkasa terlebih dahulu menyengkal tangannya.

"Nggak usah keluar", titahnya tanpa mengedarkan pandangannya sedikitpun dari bukunya.

"Kenapa? Lo nggak pengin jauh dari gue? Hallah, basi tau nggak sih?", Angkasa diam, tetapi dia bertindak. Dia menarik tangan Azzura sehingga dia kembali duduk di bangkunya.

Azzura mendesah berat. Dia membuka bukunya lagi dan kembali membuatnya menjadi bantal yang empuk pagi ini di sekolah.

Bel istirahat berbunyi, artinya kantin ramai.

Angkasa menghampiri meja Arsen dan mengajaknya ke kantin. Dia melihat Azzura yang masih duduk di bangkunya tanpa berkutik sedikitpun seperti patung.

"Mau ikut?", tawarnya. Azzura menggeleng.

"Ya udah", Angkasa melenggangkan kakinya pergi dari kelas menuju kantin.

"Baksonya tiga ya bu", ibu kantin mengangguk saat mendengar pesanan dari Angkasa.

Tak berapa lama setelah itu, pesanan diantar. Ibu itu mengantarnya ke meja Angkasa, meja nomor 30. Meja paling ujung kesukaan Angkasa, semua penghuni kantin tau itu.

"Yang satu buat siapa mas?", tanya ibu kantin itu penasaran saat melihat Angkasa hanya membawa Arsen seperti biasa.

"Temen", ucap Angkasa dengan senyum di akhir kalimat.

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang