Budayakan Vote sebelum membaca:)
Selamat membaca:)******
"Kemaren Angkasa telpon gue", ucap Azzura jengah. Sebenarnya dia tidak ingin cerita, tapi teman-temannya memaksanya. Ya, sekarang Azzura sudah dirubung oleh sekumpulan kaum hawa yang merasa penasaran dengan cerita Angkasa.
Azzura menarik nafasnya dalam-dalam sebelum melanjutkan ke cerita atau part selanjutnya. Mereka diam. Bahkan ada beberapa dari mereka yang terlihat mengantuk. Bagaimana tidak? Mereka seperti sedang diceritakan dongeng sebelum tidur.
Azzura memundurkan bangkunya lalu memilih untuk keluar dari kelas dengan membawa buku kecilnya dan satu pulpen.
Yah, tidak ada yang mengikutinya kecuali Arsen yang sekarang memang sudah ada disana dengan seseorang yang sama sekali tidak Azzura kenal.
"Siapa?", Azzura duduk tepat di samping Arsen.
"Dia anak baru di sekolah ini. Ya, sepertinya dia akan menyaingi Angkasa", anak itu tersenyum ke arah Azzura, tapi dia tidak merespon.
"Apa lo selalu gitu sama orang tampan yang baru lo temui?", Azzura hanya mengangkat bahunya acuh dan Arsen menggelengkan kepalanya pelan.
"Udah selesai?", Arsen masih menatap ke arah Azzura, sepertinya banyak pertanyaan yang akan dilemparkan Arsen kepadanya.
"Udah, semua tidur", Azzura menutup bukunya dan membiarkannya untuk tetap di pangkuannya.
"Kayaknya lo pendongeng yang baik", kekeh Arsen. Tapi anak baru itu masih tetap diam.
"Ya, setidaknya gue belajar jadi nenek-nenek", Arsen masih melanjutkan tawanya sedangkan Azzura masih dengan ekspresi datarnya.
"Gue khawatir sama Angkasa", uap Arsen tiba-tiba. Azzura langsung menoleh dengan antusias.
"Tunggu deh, apa jangan-jangan lo tau dimana Angkasa, tapi lo terikat sama kontrak itu?", Azzura mengarahkan telunjuknya ke arah Arsen.
"Nggak. Nih, lo baca sendiri. Sumpah ya, gue direkrut jadi temennya cuma sampai lulus", Arsen tersenyum tipis.
"Baguslah, lo nggak bisa manfaatin otaknya lagi", Azzura justru terdengar seperti membela Angkasa yang notabennya adalah pacarnya.
Azzura membaca satu persatu kontraknya. Ini sih namanya bukan sahabat, bukan juga teman, ini namanya Arsen dipekerjakan untuk menjadi asisten pribadinya, dibayar pula. Terlalu banyak peraturan dalam kontrak itu. Kalau Azzura jadi Arsen, dia tidak akan pernah menandatangani kontrak persahabatan itu.
Anak baru itu masih diam. Hanya menyimak karena dia tidak tahu apa yang sedang mereka bahas, dan lainnya lagi, dia tidak tahu harus mengatakan apa.
"Oh iya, ini Julian Peter, tapi dia minta dipanggil Jupiter", Azzura mengangguk mengiyakan ucapan Arsen meskipun dia sedikit tidak suka dengan nama itu.
Kringg---kringg---
Bel masuk berbunyi, ya seperti biasanya jika berbeda kelas maka mereka harus berpisah. Azzura jalan terlebih dahulu meninggalkan Arsen yang masih berbincang-bincang dengan Jupiter.
"Hari ini Angkasa nggak berangkat lagi?", tanya bu Skyla sambil memperhatikan bangku kosong di samping Azzura. Azzura hanya mengangguk dan tidak memperdulikan bangku kosong di sampingnya.
"Ya, cukup sampai sini pelajarannya. Ada pelajaran ibu lagi kapan?", ibu Sky membuka ponselnya dan mengecek jadwal pelajarannya.
"Kapan-kapan", ucap Arsen seceplosnya. Dia paling tidak suka dengan pelajaran bahasa, menurutnya ini sangat membosankan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
Romans>> "Lo bertahan karena cinta, tapi kenapa lo nggak pergi saat lo benci?" ~Marcello Angkasa Raymond "Karena sebagian perasaan bisa aja berubah." ~Azzura Aldebaran "Tapi sebagiannya lagi nggak akan bisa berubah. Contohnya gue." "Kalau gitu nggak usah...