"Oke, lo ngaku sebagai pacar gue, tapi tugas lo adalah nganterin Ratu pulang le rumahnya?", Azzura mengangkat alisnya sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
Angkasa mengambil jaket yang ada di bangkunya seraya mengedikkan bahunya sebelum pergi ke parkiran. Azzura mengikuti Angkasa keluar, tapi Peter tiba-tiba muncul di hadapannya.
Azzura menghembuskan nafasnya kasar. Menarik tasnya kembali yang sudah hampir jatuh dari pundaknya.
"Aku lagi sibuk. Ada tugas dadakan", Azzura mengangkat bukunya dan berhasil lolos dari tatapan Peter. Tapi tidak cukup sampai disitu.
Peter kembali mengejar Azzura dan sampai di hadapan Azzura untuk yang kedua kalinya. Peter memainkan bola basketnya di tangan sambil menunggu penjelasan yang sebenarnya takkan pernah keluar dari mulut Azzura.
Azzura ikut diam, dia memperhatikan setiap gerakan yang dilakukan oleh Peter tanpa sedikitpun berkomentar. Anggap saja itu adalah pertunjukkan gratis dari atlet basket SMA Semesta.
"Udah. Mau bayar?", Peter mengulurkan telapak tangannya.
"Apa ini cukup?", Azzura mengeluarkan beberapa permen dari dalam sakunya. Berharap Peter akan menyingkir dari jalannya, tapi tidak berhasil.
"Udah punya pacar baru?", Peter membiarkan bola basketnya diam di tangannya sebentar sampai pertanyaan iti Azzura jawab.
"Menurutmu?"
"Ya", Peter kembali memainkan bola basket dengan tangannya.
Azzura kembali mendesah dan mulai berjalan kembali mengejar Angkasa yang sudah mulai hilang dari hadapannya. Tidak ada yang tersisa, punggung Angkasa pun sudah tak terlihat lagi sekarang.
"Bisa minggir?", tanya Azzura dengan nada pelan. Meminimalisir masalah baru yang mungkin saja akan muncul di saat-saat seperti ini.
"Jadi itu tugas dadakannya? Ngejar Angkasa yang mau nganter tunangannya?", tanya Peter yang berhasil membuat mulut Azzura tidak bisa berkutik dan menjawab apapun lagi selain "Ya".
Azzura menyenggol bahu Peter sedikit keras dan kembali berlari mengejar Angkasa yang sudah hilang bersama mobilnya.
"Butuh tumpangan?", Azka tiba-tiba saja muncul di sampingnya dengan sebuah mobil baru, sekiranya.
Tanpa pikir panjang, Azzura masuk ke dalam mobil itu dan duduk di samping Azka yang sedang fokus dengan kemudinya.
Azka berusaha mengejar mobil Angkasa yang berjarak beberapa mobil di depannya. Bisa dibilang, Azka adalah pembalap mobil yang cukup hebat.
"Buat apa ngejar Angkasa?", tanya Azka memastikan.
"Mau minta penjelasan sama dia, kenapa masih sama Ratu", jawab Azzura sedikit logis.
Azka tiba-tiba menepikan mobilnya lalu kemudian berhenti dan mereka kehilangan Angkasa dan Ratu sekarang.
Azzura menatap Azka sebentar untuk meminta penjelasan. Tapi Azka tak menjelaskan satu hal pun pada Azzura. Seharusnya Azka tau sedikit, tapi dia tidak mau mengatakannya pada Azzura.
"Apa yang dilakukan keluarga kerajaan untuk seorang pangeran?", Azka tidak menjawab, malah berbalik memberi pertanyaan pada Azzura. Azzura diam tak bergeming. "Menikahkannya dengan seorang tuan putri", lanjut Azka setelah beberapa saat menunggu jawaban dari Azzura, tetapi hasilnya nihil.
"Yes, i know. Angkasa yang ngasih harapan, tapi aku salah karena berharap sama dia", Azzura mengubah raut wajahnya dengan mimik kecewa.
"Aku belum selesai bicara", lanjut Azka. Azzura mengerutkan keningnya bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
Romance>> "Lo bertahan karena cinta, tapi kenapa lo nggak pergi saat lo benci?" ~Marcello Angkasa Raymond "Karena sebagian perasaan bisa aja berubah." ~Azzura Aldebaran "Tapi sebagiannya lagi nggak akan bisa berubah. Contohnya gue." "Kalau gitu nggak usah...