"Nggak ada," tegasnya. Wajahnya semakin dingin setelah menatap Azzura.
Angkasa mencodongkan tubuhnya ke Azka dan mulai mengintimidasi. Tatapan Angkasa seharusnya mampu membuat Azka mengatakan yang sebenarnya, tetapi nyatanya tidak. Azka sama seperti Angkasa yang keras kepala.
Azzura mengulurkan tangannya untuk menuangkan minuman lagi ke gelas Azka. Karena pertanyaan itu sepertinya Azka jadi sangat gugup.
Azka menggeleng. Sudah jelas dia tidak suka dengan keadaan ini. Dia langsung mendorong kursinya mundur dan berbangkit untuk pergi
"Nggak boleh ada yang pergi sebelum selesaikan tantangannya," Arsen menarik lengan Azka lagi ke tempat duduk.
"Nggak penting kan, Sa?" Azka kini berani menatap Angkasa. Tapi Angkasa menggeleng sambil tersenyum.
"Or dare?" tawar Angkasa. "Tapi kalau Dare, gue yang kasih," Azka menatap ragu-ragu.
"Oke, aku jawab," ucapnya dengan sangat pasrah.
Azka kembali duduk di bangkunya. Ini tantangan Azka, tapi Azzura ikut gugup karena Azka menatapnya berulang kali. Azka berkali-kali menghembuskan nafasnya kasar.
Lilin di atas meja menambah suasananya semakin hikmat. Keheningan menyapu habis malam ini.
"Azzura," ucap Azka dengan sangat jelas.
Di telinga Azzura, hal itu seperti piring-piring sedang saling berperang di sini. Benar-benar mengiang di telinga Azzura.
"Hah?" Azzura jelas terkejut. Mulutnya sedikit menganga.
Saat itu juga Angkasa menjentikkan tangannya ke udara. Dia tersenyum tapi kemudian pergi dari permainannya sendiri.
Azzura menggarukkan kepalanya frustasi. Berkali-kali ia melirik ke jam dinding yang terpasang di dekat kulkas, tapi sama sekali tidak bisa menghilangkan kecanggungan ini.
Azka pun hanya duduk diam di tempat duduknya. Dia membuka ponselnya. Herannya, Azka mengirim Azzura pesan dengan jarak yang sedikit ini.
Sorry
For what?
Dont hate me, please
I wont
Thanks
You're welcome:)
Can i tell you something?
Ya. Aku tunggu di balkon
Read
Azzura bangkit dari tempat duduknya. Meninggalkan acara makan malam yang sudah hancur daritadi.
Seperti yang sudah dikatakannya di dalam Chat, Azzura segera pergi ke balkon kamarnya. Azka menyusulnya juga.
Ditatapnya langit yang sudah hitam di atasnya. Sayangnya tidak ada bintang untuk hari ini. Yah, langitnya mendung mungkin sedang murung. Sebentar lagi hujan pasti akan turun.
"Oh ya, soal tadi," Azka mengucapkannya dengan sangat gugup. Kalian pasti tahulah apa yang dirasakan Azka sekarang.
"Its okay. Semua orang berhak mencintai dan dicintai," jawab Azzura sangat simpel.
"Angkasa?" Azzura mengalihkan pandangannya sambil sedikit berpikir.
Angkasa kan orangnya super pencemburu. Azzura ingat saat dia pergi ke depan kelas untuk menelpon Peter, semuanya berubah begitu saja setelah itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
Romansa>> "Lo bertahan karena cinta, tapi kenapa lo nggak pergi saat lo benci?" ~Marcello Angkasa Raymond "Karena sebagian perasaan bisa aja berubah." ~Azzura Aldebaran "Tapi sebagiannya lagi nggak akan bisa berubah. Contohnya gue." "Kalau gitu nggak usah...