My Girlfriend:)

1.6K 62 0
                                    

Jangan lupa Vote sebelum membaca:)
Happy reading:)

*****

"Lo harus anter gue!!", ucap Angkasa seperti tak mau dibantah.

"Lo mau cari mati?", Azzura masih mengacuhkan Angkasa. Dia masih sibuk dengan bukunya dan Angkasa masih mencoba membujuk Azzura, tapi sia-sia saja.

Gini ya, mana ada laki-laki yang meminta diantar kepada seorang perempuan. Tidak terbalik? Mau dia pemilik sekolah, mau dia gubernur, atau bahkan presiden, Azzura tidak perduli.

Angkasa berdiri dari ranjangnya lalu pergi entah kemana. Azzura melirik ke arah pintu sekilas lalu kembali fokus pada bacaannya.

Azzura sama sekali tidak perduli. Paling juga beberapa detik kemudian kembali lagi. Dia hanya sedang mencari cara untuk membujuk Azzura.

1 detik

2 detik

3 detik

"Nih ambil tas lo. Ini kuncinya", Angkasa melempar tas dan kunci mobilnya seenak jidat.

Azzura buru-buru menangkapnya. Apa itu orang sudah benar-benar gila sekarang? Ada laptop di dalamnya, kalau rusak memangnya Angkasa mau bertanggung jawab?

"Gila yah lo. Ini laptop kalau rusak emang lo mau tanggung jawab?", decak Azzura kesal seraya mencebikkan bibirnya jengkel.

"Gue ganti 10 kali dari itu", ucap Angkasa menyombongkan kekayaannya. Azzura berdecih lalu berdiri mengikuti Angkasa ke parkiran.

Azzura menatap mobil Angkasa ragu-ragu. Dia tidak pernah mengendarai mobil, dia juga tidak tahu cara mengendarainya.

Untungnya saat dia hendak menaiki mobil itu, seakan ada malaikat yang datang menghampirinya dan benar-benar menyelamatkannya.

"Tu, nih lo yang anter Angkasa pulang", Ratu mengerutkan keningnya. Angkasa langsung melirik ke arah Azzura tajam dan itu hanya dibalas dengan senyuman.

"Gue yakin lo cuma butuh orang yang mau nganter lo sampai rumah", Angkasa hanya diam sambil menyipitkan matanya. Dia melirik ke samping kanan dan kirinya yang semakin lama mulai sepi.

Mata Angkasa langsung tertuju pada satu orang yang sedang membopong tasnya dengan sebelah lengan dan sebelah lengannya dibiarkan bebas bergerak sambil bersiul.

Azzura menepuk jidatnya. Rasanya rencananya hampir saja berhasil, tapi kali ini akan gagal lagi. Mana mungkin Arsen bisa mengelak permintaan atau yang lebih tepatnya perintah dari Angkasa?

"Sen, lo yang anter gue", ucap Angkasa yang rasanya seperti tak mau dibantah.

"Wahh, nggak bisa gitu dong, Sa. Di surat perjanjian pertemanan nggak ada hal-hal semacam itu", Azzura mengangkat satu alisnya, mata Angkasa langsung melirik ke arah Azzura.

"What? Lo temenan sama Angkasa pake perjanjian segala?", Arsen mengangguk polos.

"Gue ganti perjanjiannya", ujar Angkasa seenak jidat mengganti perjanjian secara sepihak.

"Ya lo buat dulu kontraknya, pakai materai dulu. Udah ah, gue mau balik, ati-ati Angkasa", Arsen melambaikan tangannya menuju ke motornya.

Angkasa, Azzura, dan Ratu sama-sama masih mematung. Masih menerima takdir dimana Azzura dan Angkasa tidak bisa pulang bersama, Arsen yang meninggalkan Angkasa, dan perjanjian kontrak pertemanan, serta mau tidak mau Angkasa harus pulang dengan Ratu.

"Lo bisa nyetir?", Angkasa membuka suara. Ratu masih diam. Azzura langsung menyenggol bahu Ratu. Dan akhirnya Ratu angkat bicara.

"Ehh, bisa", seperti biasa, sambil tersenyum.

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang