Hopeless

696 18 2
                                    

Duduk sebentar di pinggir lapangan mungkin tidak ada salahnya. Jadi, Angkasa memutuskan untuk menepi sebentar untuk berbincang-bincang dengan Rian.

"Gue gatau loh kalau lo di sana punya pacar," ucap Rian sambil membenarkan tali sepatunya di ujung lapangan.

"Bukan pacar gue juga," jawab Angkasa sambil melanjutkan larian kecilnya lagi.

Tolonglah, Angkasa tidak bisa melihat apapun dari sini. Jadi, Angkasa mohon. Selama itu, jauhkan Azzura dari cowok-cowok lain, termasuk pacarnya, Peter.

"Oh ya?" tanya Rian tak percaya dengan senyum menggoda tentunya. Rian selalu melebih-lebihkan banyak hal termasuk ini.

"Ya!" jawab Angkasa dengan sangat tegas. "Bahkan mungkin cewek itu lagi sama pacarnya," sambungnya.

"Ututu, caciannya temen aku. Jadi lo tadi teriak gara-gara itu?"

"Bukan!" bentak Angkasa. "Tau ah, susah ngomong sama lo!"

"Jadi gimana rasanya LDR?"

"Gue bukan pacarnya, Riaaan bin Raiinn!!"

Lihatlah betapa menyebalkannya anak itu. Bukannya minta maaf, cowok itu justru sedang tertawa renyah di bawah pohon rindang. Ya maklum, dia agak takut dengan matahari. Alasannya simpel, dia tidak mau menghabiskan uangnya untuk membeli skincare.

"Yan, lo mending tidur aja deh," saran Angkasa.

"Iya gue tau, lo mau vidcall an sama ayang beb kan? Gue ngerti kok bro. Lo bisa bilang gue kawan lo yang paling setia di sini."

"Yain dah biar cepet," ucap Angkasa sedikit lirih.

Lagian kan, kawan gue memang cuma dia. Gumamnya sedikit heran. Tapi masa bodoh, Angkasa tidak perduli. Kan, jadinya dia sampai lupa untuk melakukan ritual di bawah sinar matahari.

Untuk melakukan ritualnya, Angkasa duduk di tengah lapangan sambil memejamkan matanya sebentar untum mengucapkan beberapa doa di dalam hatinya. Di mana dulu Azzura sering bilang itu adalah sebuah mantra baik. Dia akan mengabulkannya. Semua doa baik itu tentu saja Tuhan akan mengabulkannya.

Garis tipis di sudut bibir Angkasa mulai terlihat jelas. Ya, cowok itu sedang tersenyum. Ada yang membuat semuanya menjadi lebih mudah sekarang. Karena Angkasa percaya dengan takdir, maka ia percaya Azzura adalah takdirnya. Apakah kalian percaya takdir? Mengapa? Bagaimana jika Tuhan memberikan sesuatu yang tidak pernah kamu harapkan? Apakah kamu akan menerimanya?

Belajarlah menerima sesuatu. Bahkan ketika sesuatu itu tidak benar-benar kamu sukai, dulu juga Angkasa sama sekali tidak menyukai cewek dengan nama Azzura Aldebaran itu. Cewek menyebalkan yang membuatnya menjadi sesuatu yang berbeda. Menjauhi segala peraturan misalnya. Bahkan sampai sekarang Angkasa melakukannya.

Bunyi notifikasi di ponsel Angkasa membuatnya berhenti sejenak. Dan memutuskan untuk pergi ke kantin. Membeli minuman dan tentunya mentraktir Rian sekalian.

"Yan, gue mau ke kantin," Rian mengangguk saja. Dia langsung berdiri dari duduknya dan pergi ke arah barat di mana kantin itu berada.

"Sa, gue gamau ditraktir lagi loh," rengek Rian sambil merogoh saku celananya.

"Kesambet apaan lo?" tanya Angkasa kebingungan. Sambil memanggil penjaga kantin dan mulai memesan

"Gue maunya lo kasihin gue duit tiap bulan. Please deh, ya. Gue tuh pengin kencan sama pacar gue," pinta Rian seenak jidad.

"Kalau mau pacaran ya modal lah," protes Angkasa merasa tak perduli dengan kondisi Rian.

Lagipula William juga belum mengirimi Angkasa transferan. Sudah satu bulan laki-laki itu pergi ke luar negeri lagi. Katanya ada urusan penting juga mendadak. Meskipun Angkasa sedikit tak percaya. Padahal kan William bisa saja menolaknya. Tapi nyatanya tidak.

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang