Azzura menatap ke sekelilingnya. Melihat dia datang kemari sendiri, membuat ujung bibirnya terangkat sebelah.
"Nyali lo besar juga, Sa."
Azzura melipatkan kedua tangannya di depan dada. Tapi Angkasa malah balik melakukannya seraya berkata, "Cukup besar buat datang ke kandang singa. Nggak ada apresiasi buat gue gitu?"
Satu! Dua! Tiga!
Semuanya serasa seperti sulap ketika Angkasa memejamkan matanya dan mengulurkan telapak tangannya ke arah Azzura.
Karena, seperti yang kalian tahu, ini adalah pertunjukkan sulap terkeren yang pernah ada. Selain membuat Azzura menciptakan wajah kesal, cewek itu juga memukul tangan Angkasa sedkit keras.
Azzura memanyunkan bibirnya lalu masuk kembali ke dalam rumah dan mulai memohon pada kejora, mamahnya. Dan mulai memaki laki-laki yang sepertinya masih ada di depan pintu.
"Please help me from this boy, Mom," rengek Azzura yang mungkin saja terdengar sampai keluar karena Angkasa terlihat tertawa kecil di balik pintu rumah berwarna coklat dengan ukiran bali.
"Listen to me," Kejora membelai pipi putrinya dengan sangat lembut dan itu semua membuat Azzura sedikit luluh. Meskipun ia tau, mamahnya tidak akan membelanya sama sekali."Angkasa itu orang baik. Dia jauh-jauh datang ke sini biar kamu nggak terlambat lagi kan?" Azzura mengangguk pasrah, walaupun sebenarnya ia tak suka sama sekali.
"Tapi kalau dia udah nggak ada di depan?"
Yap, itulah triknya, membuat Angkasa menunggu sampai kehilangan kesabaran dan pergi dari rumahnya karena kesal. Tapi kenyataannya sungguh berbanding terbalik.
"Ngapain sih lo masih disini?", kesal Azzura sambil menutup pintunya perlahan.
"Pengin", Angkasa langsung menjawabnya tanpa beban sambil sesekali melirik ke arah arlojinya yang terus berputar sejak tadi."Gue nggak mau lo yang njemput!" ucap Azzura mencari alasan.
"Males juga gue jemput lo!" Angkasa menoyor kepala Azzura tanpa belas kasihan sama sekali. "Gue udah suruh Arsen kemaren. Cuma hari ini dia lagi meeting sama para ladiesnya. Jadi, sebenernya gue terpaksa.""Gue nggak mau dijemput siapapun, termasuk lo!" Azzura mengarahkan jari telunjuknya tepat di depan mata Angkasa. "Ataupun Arsen", sambungnya sembari masuk ke dalam mobil Angkasa dan membantingnya kuat-kuat.
Kemudian disusul Angkasa dari arah kemudi. Sesampainya di dalam mobil, tidak ada lagi ocehan dari Azzura. Mungkin dia sudah lelah. Akhirnya Angkasa bisa bernafas lega sekarang.
"Turun!!", perintah Angkasa.
"Gue nggak mau turun sebelum lo janji satu hal sama gue", tawar Azzura.
Angkasa hanya menaikkan satu alisnya ke atas. Dia sama sekali tidak perduli dan yang jelas dia tidak akan mengikuti apa yang Azzura minta.
"Jangan pernah jemput gue lagi, termasuk Arsen", Azzura menodongkan kelingkingnya tepat di wajah Angkasa.
Yang Angkasa lakukan? Yah, dia hanya menyingkirkan tangan mungil itu dari hadapannya dan segera mungkin keluar dari mobil.
"Lo mau keluar sekarang, atau gue kunci mobilnya dari luar?", Angkasa memberikan dua pilihan.
Semua orang normal juga akan memilih untuk keluar dari mobil, tidak perlu dipertanyakan lagi. Dan sebagai orang normal, Azzura bergegas keluar dari mobil dan meninggalkan Angkasa seorang diri disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
Romance>> "Lo bertahan karena cinta, tapi kenapa lo nggak pergi saat lo benci?" ~Marcello Angkasa Raymond "Karena sebagian perasaan bisa aja berubah." ~Azzura Aldebaran "Tapi sebagiannya lagi nggak akan bisa berubah. Contohnya gue." "Kalau gitu nggak usah...