"Acara pertunangan?"
Azka memandang Azzura sekilas. Baru ia sadari, wanita yang ada di sampingnya itu menarik baginya. Azka mengangguk seraya mengatakan, "Maybe"
Azka juga menyimpulkan sesuatu. Ada hubungan lain antara Azzura dan Angkasa. Tidak hanya sebatas musuh. Peramal wajah itu benar-benar sudah menelitinya dengan sangat serius.
"Thanks ya", ucap Azzura sembari menyelipkan rambutnya di belakang telinga.
"For what?", Azka mengambil segelas minuman lagi saat penyaji makanan mendatanginya.
Kali ini dia mengambil dua. Satunya untuk Azzura. Azka mengulurkan tangannya untuk memberikan gelas itu tanpa sedikitpun menoleh. Tatapannya masih lurus tajam ke depan.
"Lo udah bantuin gue masuk", Azka hanya ber-oh ria.
Azzura mengambil gelas satunya yang ada di tangan Azka dengan suka hati. Meneguk segelas minuman itu secara langsung sampai habis dan memberikannya kembali pada pelayan yang sedang mengambil gelas dan piring kotor untuk dicuci.
"Aku cuma bantuin gaun kamu yang cantik itu masuk", Azka menunjuk gaun berwarna biru langit dengan beberapa manik-manik yang membuat gaun itu menyala seperti bintang-bintang yang ada di langit.
Malam. Itulah warna kesukaan Azka. Karena itu tadi dia lebih memilih untuk pergi keluar ruangan sambil berbaring di atas bangku taman dan menikmati segelas jus jeruk di bawah sinar rembulan
Berbeda dengan Angkasa. Dia lebih suka pada keindahan mentari. Menatapnya sambil menunggu sunrise dan sunset tiba waktunya untuk hadir mempercantik langit.
Sesuai dengan itu, Ratu mengenakan gaun putih bersinar seperti layaknya cahaya syurga yang turun dari langit. Ditambah dengan mahkota berwarna perak di atas rambutnya menambah kesan cantik pada setiap pemakainya.
"Yah, kayaknya gaun aku lebih pantas masuk daripada orangnya", Azzura terkekeh sebentar. Kekehannya berhenti saat menyadari seseorang sedang memperhatikannya.
"Lagi kosong, Tuan dan Nona?", sahut orang itu sambil menaikkan sebelah alisnya. Menggandeng seseorang yang baru saja kita bicarakan.
"Seperti yang kamu lihat", Azka menjawabnya dengan nada santai. Seperti seseorang yang memang sering berbicara dengan para atasan. Jasnya sedikit ia benarkan. Dia menghadap ke lawan bicaranya dengan ekspresi datar.
"Sebentar lagi pesta dansa. Gue harap lo udah dapat pasangan", Angkasa menunjuk ke arah Azzura dengan jari telunjuknya.
"Mestinya sih udah. Buktinya lo udah masuk kesini", lanjut Angkasa sambil melirik ke arah Azka.
"Ya. Orang yang lagi kamu bicarakan ada di depanmu", Azka langsung unjuk bicara. Dia tidak suka berbasa-basi seperti yang sedang Angkasa lakukan. Menghabiskan waktu.
"Good luck, brother", Angkasa menepuk bahu Azka sebelum akhirnya dia pergi mendekati kerumunan lagi.
Azka meletakkan gelas yang ia pegang di lantai lalu pergi menuju keluar dari pesta. Azzura menatap punggung Azka heran. Tetapi sebagai pasangan yang baik, dia harus mengikuti kemana Azka pergi. Lagipula akan dengan siapa dia disini?
"Azka, lo mau kemana?", Azzura berteriak sambil berlari. Mengangkat gaunnya sampai setengah betis.
Azka tidak menjawab. Dia masih berjalan lurus melewati pintu keluar. Azzura pasrah dengan kemauannya dan tetap berlari mengejarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
Romance>> "Lo bertahan karena cinta, tapi kenapa lo nggak pergi saat lo benci?" ~Marcello Angkasa Raymond "Karena sebagian perasaan bisa aja berubah." ~Azzura Aldebaran "Tapi sebagiannya lagi nggak akan bisa berubah. Contohnya gue." "Kalau gitu nggak usah...