"Putusin Peter", ucap Angkasa sambil mengambil ponselnya dan membukakan kontak Peter di ponselnya.
Angkasa menodongkan ponselnya di depan Azzura. Azzura tidak menolak, tapi tidak juga menerima permintaan gila yang berasal dari otak Angkasa. Apa dia melakukannya karena iri? Hubungan Azzura dengan Peter jauh lebih harmonis dibandingkan hubungan Angkasa dengan Ratu. Semua orang juga pasti tau itu, tapi mereka tidak mau mengakuinya.
Azzura pun tak mau kalah dari Angkasa. Dia juga ikut membuka ponselnya dan menodongkan ponselnya yang menyala dengan tulisan nama Ratu di pojok kiri atas.
"Lo bisa coba dulu", ucap Azzura sambil menaik turunkan alisnya.
Angkasa tidak berpikir panjang, dia mengambil ponsel itu dan menelpon Ratu sekarang juga. Angkasa menatap Azzura tanpa ragu.
"Kenapa? Lo mau minta Angkasa buat mutusin gue?", tanya seseorang dari seberang ponsel, Ratu.
Angkasa diam beberapa saat sambil membiarkan Azzura mendengarkan apa saja yang Ratu katakan bahkan di telinga Angkasa.
"Kenapa lo suka sama Angkasa?", Azzura ikut unjuk bicara.
"Gue nggak pernah suka sama dia. Lo pasti cemburu kan? Gue sama Angkasa nggak akan pernah putus. Lo harus tau itu", ucap Ratu dengan satu kali pengambilan nafas.
"Kata siapa nggak bisa? Sekarang kita putus!!", Angkasa langsung mematikan teleponnya dan mengembalikkan ponselnya pada Azzura.
Mata Angkasa mengisyaratkan pada Azzura untuk mengambil ponselnya dan melakukan hal yang sama seperti yang Angkasa lakukan tadi, tapi Azzura tidak kunjung melakukannya.
Akhirnya mau tidak mau, Angkasa yang menekan tombol teleponnya dan langsung terhubung. Azzura tidak punya pilihan lain selain mengambil ponsel milik Angkasa.
"Apa, Sa? Tumben", Azzura melirik sebentar ke arah Angkasa. Angkasa hanya mengisyaratkan untuk lanjut.
"Ini aku", ucap Azzura gugup.
"Kamu nggak papa? Kok pakai hpnya Angkasa?", Azzura bahkan tidak tahu kenapa dia melakukannya hanya karena tatapan dingin dari Angkasa.
"Nggak papa. Aku cuma mau bilang, kita putus!!", Azzura langsung mengakhiri sambungannya dan memberikan ponselnya kembali pada Angkasa.
Angkasa pergi ke kantin sambil menarik lengan kecil Azzura. Azzura hanya bisa pasrah dan mengikuti kemauan Angkasa.
Seluruh bangku di kantin penuh. Seperti biasa, dengan jurus andalan milik Angkasa, dia berhasil membuat satu meja kosong tak berpenghuni.
Angkasa meminta Azzura duduk disana dan segera mungkin memesan dua gelas minuman dingin serta dua mangkuk mie ayam.
Angkasa kembali lagi. Dia duduk di hadapan Azzura dan masih sibuk dengan ponselnya, seperti biasanya dan tidak pernah berubah.
Tak berapa lama kemudian, Azka ikut duduk disana. Di samping Angkasa dengan sejuta inspirasi yang datang dari otaknya. Tidak berapa lama setelah itu juga, pesanan Angkasa diantar di meja.
Yang membuat kesal adalah makanan itu beserta minumannya rupanya bukan untuk Azzura melainkan untuk seorang Azka yang baru saja duduk dan belum mengucapkan satu patah katapun.
"Udah putus kan?", Azka menagih ucapannya waktu itu.
Azzura melirik ke arah Angkasa dengan sangat sinis. Tapi Angkasa tidak mau berpaling dari layar ponselnya. Apa Azka menceritakkan hal itu pada Angkasa dan yang Angkasa lakukan tadi adalah sengaja?
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
Romansa>> "Lo bertahan karena cinta, tapi kenapa lo nggak pergi saat lo benci?" ~Marcello Angkasa Raymond "Karena sebagian perasaan bisa aja berubah." ~Azzura Aldebaran "Tapi sebagiannya lagi nggak akan bisa berubah. Contohnya gue." "Kalau gitu nggak usah...