PROMISE

1.7K 66 0
                                    

Tekan vote sebelum membaca ya gaess:)

****

"Lupain itu. Gue punya tawaran".

"Lo jadi pacar gue, trus gue hilangin semua peraturan di sekolah ini", tawar Angkasa. Azzura langsung mematung tanpa berkedip.

Dia hanya diam tanpa mengucapkan sepatah katapun. Dia menatap ke arah Angkasa yang terlihat sedang berbicara amat serius.

"Ah lo, nggak asik banget sih", ujar Azzura mengubah topik pembicaraan.

Azzura memukul lengan Angkasa pelan. Lalu dia segera berdiri. Angkasa masih menatapnya. Tapi sekilas itu membuat Azzura salah tingkah.

Cinta? Ah, tentu saja bukan. Semua perempuan pasti akan merasakan apa yang Azzura rasakan. Hatinya tentu saja masih normal.

"Gue mau ke toilet", ucap Azzura gugup. Angkasa mengangguk lalu kembali berbaring.

Memang yah, laki-laki semuanya begitu, tidak tau bahkan tidak perduli apa yang perempuan rasakan. Rasanya jantung Azzura hampir lepas tadi. Tetapi sekarang sudah lebih baik.

Azzura kembali menghampiri Angkasa, tapi disisi itu sudah tidak ada Angkasa. Kemana perginya anak itu?

Menoleh ke arah kanan dan ke kirinya, tapi tidak ada. Lapangan itu kosong. Tidak ada satupun siswa.

"Baru aja ditinggal sebentar, main ngilang aja", ucap Azzura seraya berkacak pinggang. Dia kembali ke kelasnya.

Mencari Angkasa? Helloo... Memangnya siapa Angkasa? Dia baru antar jemput Azzura selama tiga hari, baru sedikit akrab beberapa jam lalu, mungkin beberapa menit yang lalu Angkasa sudah berubah menjadi es lagi.

Azzura mengetuk pintu kelas yang terlihat sangat horror jika dilihat dari luar. Azzura baru ingat, ini kan pelajarannya guru killer. Mampus.

Tidak ada yang membuka. Tidak ada tanda-tanda pintu mau terbuka juga. Dengan segala keberanian, Azzura memegang knop pintu dan membukanya sendiri. Suasana kelas sepi. Kemana semua penghuninya?

Azzura mengacak-acak rambutnya frustasi. Ada banyak hal yang merasuki otaknya sejak kemarin. Dia baru pindah ke sekolah ini empat hari yang lalu. Tapi sudah bukan seperti anak baru lagi. Dia berjalan-jalan memutari sekolah yang terlihat sepi. Sangat sepi. Tidak seperti biasanya. Apa hari ini libur? Kalau benar, lalu mengapa satpam di luar bukannya memberitahunya malah menghukumnya.

"Azzura", panggil Venus dengan nafas yang terengah-engah. Azzura menaikkan satu alisnya.

"Sumpah, gila, lo bakal jadi bahan perbincangan sekolah ini sampai lulus", Azzura hanya menatap Venus dengan tatapan bingung.

"Lo ngomong apaan sih?", Venus tersenyum, "Lo pacarnya Angkasa kan?".

Tebakan macam apa itu? Gosip? Siapa yang menyebarkan. Benar-benar gosip gila. Azzura terlihat biasa saja, santai. Tidak seperti kakak kelas dan adik-adik kelas penggemar Angkasa pada umumnya yang akan teriak heboh saat digosipkan pacaran dengan Angkasa. Azzura hanya membuat ekspresi datar pada wajahnya. Sangat tidak berekspresi. Bukannya tidak bisa mengekspresikan diri, hanya saja itu berita biasa.

"Lo beneran pacarnya Angkasa, kan?", Venus mengulang kembali pertanyaannya. Pasti dia sudah kenal betul dengan Azzura. Jika ekspresinya datar, berarti tidak ada apa-apa.

"Gue nggak pernah mendeklarasikan Angkasa jadi pacar gue. Emang siapa yang ngomong?", Venus menggaruk tengkuk belakangnya yang tidak gatal. Azzura sedang menanti jawaban yang akan keluar dari mulut Venus, tapi tidak ada satupun.

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang