"Peterr!" teriak Azzura sambil berlari ke arah kelasnya.
Lagi, di dalam kelas Peter, perempuan itu kembali berteriak keras di sana. Sialnya, cowok itu tidak ada di kelasnya jadi Azzura harus menahan malu untuk yang kesekian kalinya setiap berkunjung ke kelas Peter.
Senyum malu Azzura tercetak saat itu juga. Apalagi ketika salah satu teman Peter mulai memberi Azzura beberapa pertanyaan yang seharusnya tidak perlu dijawab.
"Udah pacaran berapa lama, Ra?" tanya Ian salah satu teman Peter. Azzura hanya mengedikkan bahunya.
"Oke. Mau apa lo tiap hari nyariin Peter?" tanyanya lagi. Ya, dia anak yang banyak tanya meskipun Azzura sudah pamit hendak kembali ke kelasnya.
"Gue kangen, puas lo?!" ucap Azzura sambil berniat untuk meninggalkan kelas mengerikan ini yang sebagian muridnya laki-laki.
Azzura membalikkan badannya dalam sekali sentakkan, tapi kepalanya menabrak dada seseorang. Siapa lagi memang yang akan melakukan ini? Berdiri di ambang pintu di belakang seorang gadis dengan tangan yang bersandar pada tembok.
"Kalau kangen nunggu sampai orangnya dateng dong," protes Peter sambil mengusap-usap puncak kepala Azzura.
Karena mood Azzura sudah buruk, jadi ia mendorong Peter begitu saja. Masa bodo. Peter pun sama. Sejak tadi Peter ada di belakangnya dan tak mau memberi tahu? Ayolah, Azzura sudah menahan malu tadi.
Dengan senyum yang masih menempel di wajahnya, Peter mengikuti ke arah mana Azzura pergi. Ya, kemana lagi kalau bukan ke perpustakaan?
Hanya saja hari ini begitu aneh. Azzura hanya berhenti di depan pintu tanpa memasukinya. Peter mengangkat dagunya untuk bertanya.
"Hari ini aku nggak mau kesitu," ucapnya menjelaskan. Ini akan lebih mudah kalau dijelaskan kan? Begitu mengerti, Peter mengangguk.
"Jadi, mau ke mana?" tanya Peter. Sebenarnya dia berniat untuk menawarkan Azzura minum kopi di kantin. Hanya saja, yah ternyata pasangan tidak selamanya serasi.
"Ke ruang musik."
Lihat kan? Meskipun sedikit bingung, Peter mengiyakan. Apapun untuk tuan putri. Gumamnya sambil membuka telapak tangannya mempersilakan.
Yang membuat ide ini tidak bagus adalah karena ruang musik yang terletak cukup jauh dari kerumunan. Entah siapa yang merekomendasikan peletakannya.
Sampai.
Azzura mendesis kesal ketika melihat ruangannya ternyata terkunci. Baiklah, mari kita ubah rencana. Gerbang belakang sekolah tidak begitu jauh dari tempat ini. Peter menyarankan untuk keluar sebentar mungkin?
"Nggak ada!" tolak Azzura. "Pasti ada yang megang kuncinya," sambungnya lagi sambil berputar arah. Kembali lagi? Lalu jika kuncinya sudah ditemukan mereka akan berjalan lagi?
Azzura pergi ke satpam. Dia pasti ahli kunci yang baik. Bukan ide buruk untuk datang padanya dan meminjam sebentar kuncinya.
"Bapak megang kunci ruang musik?" tanya Azzura sesampainya di pos satpam.
"Megang, dek. Kenapa yah?" jawabnya sambil mengambil potongan lain dari dalam kotak. Satpam itu sepertinya sedang istirahat. Dia sedang berusaha menghabiskan satu kotak pizza sendirian. Tapi jika hanya meminjam kunci tidak akan mengganggu makan siangnya kan?
"Saya mau pinjem."
"Ada kelas musik?"
Tentu saja ini tidak akan menganggu kalau dia segera memberikan kuncinya dan membiarkan Azzura pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
Romansa>> "Lo bertahan karena cinta, tapi kenapa lo nggak pergi saat lo benci?" ~Marcello Angkasa Raymond "Karena sebagian perasaan bisa aja berubah." ~Azzura Aldebaran "Tapi sebagiannya lagi nggak akan bisa berubah. Contohnya gue." "Kalau gitu nggak usah...