Budayakan vote sebelum membaca:)
Happy reading:)*****
"Azzura, kamu terlambat lagii?!?!", teriak salah satu guru dengan sangat heboh.
"Habisnya sekarang nggak ada tumpangan", Azzura hanya cengengesan. Guru itu pun hanya bisa menggelengkan kepalanya tragis.
Mobil Angkasa baru saja memasuki gerbang beberapa detik yang lalu. Sambil memegang sebuah tongkat yang dipukulkan pada telapak tangannya sendiri, guru itu menghampiri Angkasa dengan wajah yang sangat menyeramkan.
"Tadi papa nyuruh saya ke bandara dulu, nganter saudara", Angkasa selalu dengan alasannya. Meskipun alasan itu sama sekali tidak logis, tidak ada satupun guru yang berani menghukumnya jika ayahnya termasuk dalam alasannya. Tidak adil.
Dan perjanjian waktu itu? Menghapus semua peraturan di sekolah ini? Dia bahkan melupakannya. Angkasa melalui Azzura sambil tersenyum sinis. Azzura hendak membalasnya, tapi orang itu sudah pergi terlebih dahulu.
Selesai sudah hukuman lari yang melelahkan itu. Azzura mampir ke kantin sebelum mengikuti jam pelajaran. Yah, mungkin bagi orang pintar ketinggalan satu atau dua jam pelajaran bukanlah sesuatu yang perlu dipermasalahkan.
"Dihukum lagi non?", Azzura duduk di bangku depan dekat dengan penjual kantin. Dia memainkan jemarinya mengetuk meja kantin membuat sebuah irama.
"Kayaknya iya, Bu", ujar Azzura santai. Ibu kantin itu hanya tertawa.
"Dulu nggak ada yang berani terlambat satu kalipun", ibu kantin itu mulai berkisah tentang masa lalu. Tapi yang terjadi juga seperti ini.
"Akhirnya sekarang ada", Azzura mengaduk minuman yang baru saja di antar ke mejanya lalu menyeruputnya perlahan-lahan.
"Den Angkasa juga sering mbolos kelas sekarang", tutur penjual yang lain. Azzura masih menatap pada makanan yang ada di depannya, tetapi telinganya masih fokus mendengarkan.
Azzura menengadahkan pandangannya sambil ber-oh ria. Azzura sudah menduganya saat Angkasa kepergok berada di rooftop meninggalkan pelajaran yang paling dia benci.
"Sekarang sama non Ratu ya?", Azzura mengangguk. Menatap segelas minuman yang tinggal setengah lagi siap untuk dihabiskan.
"Tapi kelihatannya den Angkasa ndak suka sama non Ratu deh", salah satu penjual yang lain mengungkapkan gagasannya.
"Itu den Angkasa", mata Azzura langsung terbelalak lebar. Awalnya hampir saja matanya tertutup karena mengantuk. Penjual disini suka sekali berdongeng untuknya.
"Jus Mangga satu", Angkasa duduk di meja sebelah Azzura duduk. Wajahnya terlihat frustasi. Tapi tadi pagi tidak seperti itu.
Sesaat setelah itu kantin mulai ramai. Rupa-rupanya sudah jam istirahat. Tidak butuh waktu lama untuk mengisi bangku kosong di samping Angkasa. Ratu bergegas duduk di sana sambil merangkul bahunya.
"Kamu nggak masuk kelas tadi? Kenapa?", Angkasa hanya menggeleng. Dia tidak mengucapkan satu patah katapun.
"Anak alay", desis Venus sambil ikut duduk di sebelah Azzura. Disusul dengan Arsen di belakangnya. Tapi tidak ada Elizabeth di samping Arsen.
Ratu melirik tajam ke arah mereka sekilas. Kembali lagi menjadi anak alay. Itulah rutinitas sehariannya setelah dinyatakan sebagai pacar sah dari Marcello Angkasa Raymond.
Venus mengambil menu makanan yang ada di meja lalu mulai memilih. Arsen juga melakukan hal yang sama. Tak lama setelah itu Peter menyadari keberadaan Azzura di bangku utama kantin, jadi Peter memutuskan untuk menghampiri Azzura.

KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
Romance>> "Lo bertahan karena cinta, tapi kenapa lo nggak pergi saat lo benci?" ~Marcello Angkasa Raymond "Karena sebagian perasaan bisa aja berubah." ~Azzura Aldebaran "Tapi sebagiannya lagi nggak akan bisa berubah. Contohnya gue." "Kalau gitu nggak usah...