Angkasa langsung menutup teleponnya lalu mendekat ke Azzura yang masih duduk termenung di sana. Wajahnya nampak sangat dingin sekarang. Lebih dingin dari sebelumnya.
Tangannya diletakkan di atas kepala Azzura. Lalu mulai mengacak-acaknya seperti dulu. Senyumnya terbit begitu saja di pipinya.
"Beneran gapapa kalau aku nggak cinta sama kamu?" tanya Angkasa yang dibalas dengan anggukan oleh Azzura. "Kenapa?" tanyanya lagi.
"Aku selalu gagal untuk melupakan kamu. Tapi selalu berhasil untuk mencintai yang lain," jawab Azzura.
Disingkirkannya tangan Angkasa dari atas kepalanya lalu ia ikut berdiri. Kakinya sedikit berjinjit agar bisa sampai ke kepala Angkasa.
"Kamu masih Ugly-ku kok," sambung Azzura sambil tersenyum. "Tau juga kalau kamu nggak bakal setega itu sama aku," sambung Azzura lagi.
"Memangnya sekarang lagi mencintai siapa?" tanya Angkasa dengan nada kesal.
Angkasa ikut berjinjit agar Azzura semakin kesusahan untuk menggapainya. Rambutnya disisir ke belakang menggunakan jari-jari tangannya.
Udah ganteng kan?
"Nggak usah sok ganteng," toyor Azzura ke kepala Angkasa. Angkasa jelas terkekeh.
"Jadi siapa?"
"Mantan dong. Biar seri," jawab Azzura.
"Hmm-"
Sudut bibir Angkasa terangkat sebelah. Wajahnya benar-benar tak terdeskripsikan sekarang. Azzura cekikikan senang melihat Angkasa yang terlihat sengsara.
Cemburu, Mas?
Dengan inisiatifnya sendiri, Azzura menarik sudut bibir Angkasa menjadi sebuah senyuman lagi. Meski terpaksa, tapi akhirnya Angkasa tersenyum secara sukarela.
"Ehemm-"
Azzura langsung menyembunyikan tangannya di belakang punggungnya sambil tersenyum malu pada mamahnya yang baru saja turun dari lantai dua.
"Mamah kapan turun?" tanya Azzura malu-malu.
"Dari tadi mamah berdiri di sana tuh, liat kalian berduaan sampai nggak inget dunia," ejek mamahnya sambil menunjuk ke arah tangga.
Angkasa menunduk ikutan malu. Berarti sedari tadi Mrs. Alda melihat serta mendengar segala yang ia bicarakan. Dengan gesit, Angkasa mengubah topik pembicaraan itu.
Diawali dengan sebuah tawa singkat yang terdengar dari mulut Angkasa, cowok itu kembali pada rencana awalnya datang ke sini.
"Jadi, kedatangan saya ke sini mau cari Azka," jelas Angkasa. Matanya melirik sekilas ke arah Azzura.
Ekspresi dari wajah Azzura berubah seketika. Hal itu membuat perasaan bersalah di hati Angkasa. Jadi ia menambahkan beberapa hal lagi.
"Tapi nyari Azka ke sini itu cuma trik saya buat ketemu sama Azzura," imbuhnya.
Benar saja, cewek itu nampak kembali bersinar dengan senyum malu-malu di wajahnya. Dan Angkasa paling suka melihat hal itu. Ada banyak hal yang bergejolak di hati Angkasa hanya dengan melihat senyumannya. Apakah Azzura juga merasakan hal yang sama ketika ia tersenyum? Angkasa tidak tahu. Mungkin saja iya.
Mereka kembali duduk di sofa ruang tamu. Sesekali Angkasa menatap layar ponselnya. Untuk pertama kalinya setelah beberapa bulan lamanya, Angkasa membuka kotak pesannya karena ada hal yang menariknya untuk membuka.
-Goodbye-
Kata terakhir yang Angkasa baca. Senyum miris Angkasa nampak dari balik wajahnya. Meskipun kepalanya tertunduk, tapi Azzura tau emosi apa yang sedang Angkasa rasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
Romance>> "Lo bertahan karena cinta, tapi kenapa lo nggak pergi saat lo benci?" ~Marcello Angkasa Raymond "Karena sebagian perasaan bisa aja berubah." ~Azzura Aldebaran "Tapi sebagiannya lagi nggak akan bisa berubah. Contohnya gue." "Kalau gitu nggak usah...