Siang ini Azzura benar-benar kesal. Angkasa sama sekali tak memandangnya sejak tadi pagi. Lebih menyebalkan lagi ketika Azzura tau hari ini Angkasa sedang jalan dengan Ratu.
"Ya nggak usah galau gitu kali, Ra," Azka ikut duduk di samping Azzura sambil memegang bola basket di tangan kanannya.
"Ya nggak lah! Cuma Angkasa doang," jawab Azzura sambil menyilangkan tangannya di depan dada.
"Iya dah. Eh, by the way, thanks ya udah nungguin aku main," ucap Azka disertai dengan senyuman manisnya.
Bola basket yang ada di tangan Azka hendak diletakkan di gudang olahraga kembali. Azzura menunggu Azka hingga kembali lalu pergi.
"Kita ke cafe ya, lo pucet banget," ajak Azka sambil memegang tangan Azzura. Yang dilakukan Azzura hanyalah tersenyum tipis sambil menggeleng.
Namun, Azka sama sekali tak menghiraukan itu. Dengan paksa, Azka menggendong Azzura ke mobilnya dan mengantarnya ke cafe.
"Lo gue?" tanya Azzura dengan wajah keheranan.
"Ya---" Azka menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali. "Lo kan suka sama Angkasa," lanjutnya.
"Jadi? Kamu mau berusaha jadi Angkasa?" Azka mengangguk mengiyakan. "Biar apa?" Azzura bertanya lagi untuk yang kedua kalinya.
"Ya biar lo suka sama gue," ucap Azka sambil melenggang masuk ke cafe.
Azzura menggeleng-gelengkan kepalanya. Menyusul ke tempat duduk di mana Azka duduk. Tapi Azka sama sekali tidak mau menatapnya karena malu.
Bahkan sampai pelayan cafe datang mengantarkan makanan, pandangan Azka masih ke luar jendela. Azzura tertawa kala itu. Dia langsung meletakkan tangannya di pipi Azka. Membuat mata Azka jatuh tepat di manik matanya.
"Nggak usah salting gitu lah," ejek Azzura.
"Siapa yang salting? Gue takut lo marah aja," elak Azka sambil mengambil minumannya dan mulai menyeruputnya.
Tangan Azzura diletakkan di meja sambil menumpu dagunya. Sengaja menatap Azka agar ia kembali salting. Jujur Azzura suka melihat itu.
"Kamu nggak perlu jadi Angkasa, Ka," Azzura mengambil kacamata yang ada di meja lalu memakaikannya untuk Azka.
"Uwoww.... Angkasa nggak dapet lo ndeketin kembarannya yah? Bagus," ucap cewek yang tiba-tiba datang sambil bertepuk tangan heboh. "Kemaren bukannya lo habis jalan sama kak Elang yah?" lanjutnya lagi.
Tempat duduk yang Azzura duduki di dorong ke belakang lalu ia berdiri. Azzura tak melakukan apapun pada Ratu. Azzura justru menyindirnya lebih kejam.
"Ya! Untungnya mereka suka jalan sama gue. Lo sendiri belum bisa dapetin Angkasa kan? Iri bilang aja kali, Tu", Azka menahan tawanya sambil menutup mulutnya dengan tangan kirinya.
Masalahnya lagi, tepat sekali Angkasa datang ke sana. Bukannya membela Azzura, Angkasa malah menyalahkannya karena sudah membuat Ratu malu di sana. Kericuhan sempat terjadi antara Azka dan Angkasa.
"Angkasa?" tanya Azzura terkejut.
"Iyalah. Lo kan tau sekarang. Di mana ada Ratu, di situ ada gue. Cepat terbiasa yah," jawab Angkasa sambil menepuk bahu Azzura pelan.
"Ya, makasih banget udah ingetin gue, Sa." Azzura tersenyum miris.
"Sama-sama. Tapi lebih baiknya lo sadar diri, Ra," ucap Angkasa sambil menaikkan sudut bibirnya.
"Maksud lo apa, Sa?" Azka turun tangan sambil mendorong Angkasa cukup keras.
"Pacar baru lo ini," Angkasa menatap Azzura remeh lalu menghembuskan nafasnya kasar sambil memiringkan bibirnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
Romance>> "Lo bertahan karena cinta, tapi kenapa lo nggak pergi saat lo benci?" ~Marcello Angkasa Raymond "Karena sebagian perasaan bisa aja berubah." ~Azzura Aldebaran "Tapi sebagiannya lagi nggak akan bisa berubah. Contohnya gue." "Kalau gitu nggak usah...