Budayakan vote sebelum membaca:)
Happy reading:)*****
"Belajar matematika?", Azzura menghampiri Angkasa yang sedang duduk di bangku paling ujung.
Hari ini Arsen tidak berangkat karena sakit. Wajahnya sudah pucat pasi sejak kemaren. Tetapi saat guru memintanya ke UKS dia menolak, ditambah Angkasa yang menyuruhnya memanggil Elizabeth dan berteriak keras di depannya. Dasar Angkasa gila!! Sahabat macam apa dia?
Angkasa menggeleng dan masih fokus menatap layar ponselnya. Tidak kunjung mengerti dengan apa yang ia baca, keningnya berkerut lalu melempar ponselnya ke meja dengan sedikit keras. Maklum, orang kaya tidak takut HP-nya rusak.
"Hari ini lo kan remid matematika. Mau gue ajarin?", Azzura berbaik hati menawarkan hal itu pada Angkasa meskipun Angkasa selalu dan bahkan sampai sekarang selalu memasang wajah flat di depannya.
"Lo tau apa yang paling nyusahin bagi gue di dunia ini selain matematika?", Angkasa kembali bertanya pada Azzura lalu Azzura menggeleng.
"Lo", Azzura membulatkan matanya sedikit terkejut. Jadi selama ini dia sudah membuat seseorang kesusahan?
"Gue?", Azzura menunjuk dirinya sendiri dengan tatapan tidak percaya.
"Ya, lo selalu muncul di hadapan gue". Angkasa menarik nafasnya sebentar, "Gimana gue bisa ngelupain lo?", Angkasa mengacak-acak rambutnya frustasi. Angkasa suka sama Azzura itu beneran? Kirain just kidding. Tapi kan mereka juga baru bertemu. Jadi cinta pada pandangan pertama itu benar-benar ada?
Angkasa berdiri dari tempat duduknya lalu meninggalkan kelas setelah beberapa saat setelah itu. Ponselnya masih tertinggal di atas meja, "Cara membuat seseorang mengingat masa lalu". Azzura mengernyitkan dahinya. Mengingat masa lalu? Memangnya siapa yang harus mengingat masa lalu? Apa Angkasa pernah hilang ingatan?
Azzura menutup layar ponsel itu dan membawanya pergi sembari mencari Angkasa untuk mengembalikan ponsel itu. Azzura mencari Angkasa dari sudut ke sudut sekolah. Tempat persembunyiannya adalah mobilnya yang ada di tempat parkiran.
Dia memegang setangkai bunga dan memutar-mutarnya untuk memperhatikan setiap sisinya, terlihat jelas dari luar, laki-laki itu sedang bimbang. Azzura mendekati mobil Angkasa dan mengetuk kaca pintu mobilnya.
"Gue udah bilang sama lo, jangan muncul lagi di depan gue", Angkasa mendesah berat dan terpaksa membukakan pintunya untuk Azzura.
"Gue juga nggak mau, tapi ponsel lo yang minta", Azzura mengeluarkan handphone milik Angkasa dari dalam sakunya. Dan meletakannya di depan Angkasa tanpa mengucapkan apapun lagi.
"Boleh gue minta satu tangkai bunganya?", Angkasa menaikkan satu alisnya ke atas seraya berkata, "Bukannya lo nggak suka bunga?"
"Semuanya bisa aja berubah Angkasa, dari benci jadi suka. Dari suka jadi benci", Azzura mulai mengambil satu tangkai bunga dari buket bunga yang kemarin Angkasa beli.
"Udah suka bunga?"
"Nggak sih, lagi belajar mencintai sesuatu yang melukai", Azzura menatap tersenyum ke arah bunga mawar itu.
You think its easy?
You thik i dont want to run to you, yeah
But there are mountains, and there are doors that we can walk through
I know you wondering why, because were able to be
Just you and me, within these walls
But when we go outside you gonna wake up and see that it was hopeless after allNo one can rewrite the stars
How can you say you'll be mine
Nothing could keeps us apart
And I'm not the one
You're meant to fine
Its not up to you, its not up to me
When everyone tells us what we can be
How can we rewrite the stars?
Maybe the world could be ours tonight
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
Romance>> "Lo bertahan karena cinta, tapi kenapa lo nggak pergi saat lo benci?" ~Marcello Angkasa Raymond "Karena sebagian perasaan bisa aja berubah." ~Azzura Aldebaran "Tapi sebagiannya lagi nggak akan bisa berubah. Contohnya gue." "Kalau gitu nggak usah...