2. SObeR

4.5K 398 4
                                    

"Tidak, aku tidak akan menjalani tantangan itu," Ucap Hanbin setelah terjadi keheningan selama 10 menit.

"Berarti, Oppa harus membayar tagihan malam ini!" Jisoo berteriak kegirangan.

Akhirnya, Hanbin membayar tagihan yang besarnya hampir 293.000 won.

Lebih baik seperti itu, daripada ia harus mencium Jennie.

Bukan nya Hanbin tidak mau, hanya saja mana mungkin setelah 10 tahun tidak bertemu Hanbin nekat mencium gadis itu?
Sial, hanya membayangkan bibir merah gadis itu membuat kepala Hanbin berdenyut.

Mereka pun melanjutkan permainan itu, sementara Hanbin keluar untuk mencari udara—atau mungkin sekedar melihat Jennie.

Mata Hanbin terpaku pada sosok gadis yang sedang duduk di salah satu kursi tersebut, dengan kepala yang menunduk. Hanbin memperhatikan nya, saat Jennie mengangkat kepalanya bermaksud meminta wine tambahan.

Oh tidak, gadis itu tidak bisa menoleran alkohol dengan jumlah yang tak lebih dari dua gelas.

"Yaakkkkk—kau merebut wine ku! Kembalikan dasar pencuri!" Racau Jennie saat Hanbin menarik gelas wine itu.

"Kau sudah mabuk, Jennie"

Walaupun dalam kondisi tidak sepenuhnya sadar karna kadar alkohol, tapi Jennie mengenali suara itu. "Kau—Kim Hanbin yang brengsek itu? Kau? Yak! Kembalikan, brengsek." maki Jennie kepada Hanbin.

Hanbin tak mengidahkan, melainkan membawa Jennie dari tempat itu, memampahnya sampai ke mobil Hanbin.

Lagipula, ia tidak tahu, Jennie kesini dengan apa dan dengan siapa. Dan tentu saja ia juga tidak tahu dimana Jennie tinggal.

"Kau mau membawaku kemana, penculik? Tolong aku—-yak aku akan melaporkanmu pada polisi" racau Jennie.

Hanbin tersenyum, "sebaiknya kau tidur saja."

Ia punya alasan, kenapa ia membawa Jennie ke Apartemen nya. Hanya untuk mempersiapkan amukan dari Jennie.

***

Sinar matahari menelusup melalui celah jendela kamar, mata itu mengernyit lalu tak lama kemudia sang empu mulai membuka matanya perlahan.

Selagi mengumpulkan kesadaran nya, Jennie menguap beberapa kali.

"Selamat pa—- YAK! Aku berada dimana?" Ucap Jennie yang kini sepenuh nya sadar, sangat sadar saat dia menyadari sedang berada di tempat yang bukan kamarnya.

Ia dengan refleks membuka selimutnya, dan bernapas lega karena pakaian nya masih utuh. Ia mengedarkan matanya pada sekeliling kamar itu. Kamar yang dominan berwarn abu-abu dan beraroma maskulin jelas menunjukkan bahwa yang menempati tempat ini adalah seorang pria.

Dan setahunya, teman-teman nya tidak ada yang mempunyai kamar seperti itu. Selagi sibuk dengan pikiran siapa-pemilik-kamar-ini, Hanbin memasuki kamar dengan membawa nampan berisi sarapan untuk Jennie.

"Kau sudah bangun?" Tanya Hanbin.

"Suda— KAU?!" Jennie berteriak kaget pada siapa yang sekarang ini ia lihat.

Seriously? Dia KIM HANBIN yang itu? Mantan pertama sekaligus mantan terakhirnya?

Jennie masih syok dengan siapa yang ia temui. Kepalanya langsung memutar kenangan tentang sosok Kim Hanbin itu.

10 tahun yang lalu...

"Kau pasti kedinginan," Hanbin memulai percakapan pada dingin malam di Kota Seoul.

Jennie menengok ke arah Hanbin, kemudian tersenyum, "Aku tak mungkin kedinginan, kalau kamu peluk bukan?"

Kini, Hanbin yang tersenyum lebar. Gadisnya—Kim Jennie. Ia dan Jennie sedang merayakan Hari jadi ke 1 tahun mereka. Bukan makan malam romantis di restoran berbintang lima,melainkan hanya memakan mie ramyeon yang dibelinya di Toserba dekat Sungai Han.

"Selamat hari jadi, Jennie" 

Benar, Kim Hanbin yang itu. Kenapa bisa ia bertemu dengan Hanbin—dan Kenapa sekarang ia baru sadar kalau kamar ini milik Hanbin?

"Aku hanya menolongmu, di club semalam kau meminum banyak wine," Hanbin berucap, "dan aku tidak tau dimana tempat tinggalmu," lanjut Hanbin saat ia menyadari tatapan menuduh Jennie.

"Ke-kenapa kau tidak membawaku ke Hotel?" Kata Jennie yang sialnya terbata-bata.

"Kalau begitu, kau tidak akan terkejut, bukan?" Hanbin menyeringai jahil.

Sial! Sial! Dia memang Kim Hanbin.

***

Jennie memasukkan pin passwordnya, setelah berhasil ia membuka kenop pintu Apartemen nya. Dan berjalan langsung menuju kamarnya. Entahlah ia merasa sangat lelah.

Setelah kejadian berjumpa dengan mantan selesai, Jennie langsung pulang, dengan Kim Hanbin lagi.

Hanbin memaksanya mengantar Jennie pulang, yang lagi-lagi alasan nya;

"Semalam aku yang membawamu, lalu sekarang aku yang akan mengantarmu. Lagipula, mobilmu masih ada di club kemarin bukan?"

Jennie merebahkan tubuhnya pada kasur tempat tidurnya. Handphone nya berdenting, menandakan ada pesan masuk

Irene Eonnie
Jennie-ya kau tidak masuk kerja?
Yak, kemana bodoh?
Kenapa ponselmu tidak aktif?
Kau baik-baik saja kan?
Balas aku!

Irene adalah kerja sekaligus sahabat Jennie mengkhawatirkan nya, Jelas karena Irene sudah menganggap Jennie sebagai adiknya.

Jennie
maaf eonnie,
handphone ku  habis baterai
aku hari ini izin tidak masuk kerja
aku baik-baik saja,
terimakasih sudah mengkhawatirkan ku.

Jennie melempar asal handphone nya, kini ia bertanya-tanya setelah dirinya bertemu kembali dengan Hanbin, apakah ia akan baik-baik saja? Yakinkah kamu?

***

"Bobby, bilang setelah kamu keluar dan menghilang, kamu bersama seorang wanita?" Tanya Lisa

Hanbin mendudukan tubuhnya pada kursi. merupakan seorang manajer keuangan di perusahaan furniture milik Ayah Hanbin.

Hanbin bertanggung jawab untuk membantu perencanaan bisnis dan pengambilan keputusan dengan memberi nasihat keuangan yang sesuai.
Ia tidak semerta-merta diangkat langsung menjadi perawis tunggal. Ia bekerja mulai dari bawah. Dan Ayahnya pun bukan tipe orang tua yang akan memanjakan anaknya karena adanya kekuasaan.

"Ya, dan kau tidak usaha banyak bertanya lagi," Jawab Hanbin singkat.

Lisa merasa kesal, ia pun melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Hanbin.

"Dasar Kim Hanbin menyebalkan!"

Omong-omong, Lisa adalah karyawan dari divisi pemasaran.

Setelah memastikan Lisa pergi, Hanbin kemudian menyandarkan tubuhnya pada sandaran yang terdapat di kursinya. Ia menghela napas, memikirkan sosok yang baru beberapa jam yang lalu ia antarkan pulang.

Kim Jennie, terasa sulit untuk pergi dari pikiran nya. Semalaman Hanbin tidak bisa tidur karena memikirkan kemunculan Jennie.

Dan kini satu pertanyaan terlintas di kepala Hanbin;

Setelah bertahun-tahun berlalu, benarkan ia sudah benar-benar melupakan sosok Kim Jennie?

At That Time | JenbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang