"Sudah menunggu lama?"
Sebuah suara membuyarkan Jennie dari lamunannya. Di depannya, Seorang lelaki berdiri dengan tubuh tegap dan berpakaian rapi ini tersenyum canggung. Ya, Dia adalah Jung Jaewon. Lelaki yang dicomblangkan Irene pada Jennie.
"Ah, aku juga baru saja sampai" kata Jennie.
Jaewon mengangguk pilon dan memilih menarik kursi untuk duduk. Lalu ditatapnya perempuan itu intens dan yang sialnya membuat Jennie salah tingkah.
"Kau tahu? Pertama kali aku melihat foto mu dari Irene Noona, kau mengigatkanku pada seseorang," ucap Jaewon memulai percakapan. Jennie menatap heran, apa yang Jaewon maksud?
"Tapi sayangnya, orang itu sudah pergi meninggalkanku delapan tahun yang lalu" lanjut lelaki dengan lirih.
Jennie tersentak, perlahan mengerti maksud omongan Jaewon. "Aku turut berduka," katanya tak tahu harus berkata apa lagi.
"Tak apa, aku sudah mengikhlaskannya. Oh ya, Karena kita baru pertama kali bertemu, mari kita berkenalan secara resmi. Namaku Jung Jaewon, Usiaku 30 tahun dan pekerjaanku sekarang seorang Arsitek. Kalau kau?" Jaewon memperkenalkan diri.
"Namaku Jennie Kim, tapi kau bisa memanggilku Jennie. Dan, Aku seorang Desainer" giliran Jennie yang memperkenalkan diri.
"Omong-omong, bagaimana kalau kita pesan menu sekarang?" Lalu lelaki itu memanggil seorang pelayan dan menyebutkan pesanannya. Jaewon pun bertanya pada Jennie dan Pelayan itu menulis pesanan mereka.
Setelah pelayan itu pergi, Jaewon terus bertanya banyak hal padanya. Seperti dimana tempat pekerjaannya, apa makanan favoritnya, dimana tempat tinggalnya, apa hobinya dan pertanyaan ringan seputar kehidupannya.
Jennie menjawab pertanyaan tersebut. Ia menilai Jaewon adalah sosok yang tak akan habis akan bahan obrolan. Dan Jaewon juga sedikit humoris.
Pelayan datang membawakan pesanan mereka, setelah mengucapkan terimakasih mereka segera memakan beberapa lauk diatas meja.
"Boleh aku bertanya?" Jennie meminta izin kepada Jaewon. Lelaki yang sedang memotong steiknya itu mengangguk pilon, "silahkan,"
"Apa alasan yang membuatmu menerima kencan buta ini?" tanya Jennie hati-hati.
"Alasanku?" Jaewon mengerutkan keningnya, terlihat berpikir. Lalu ia melanjutkan, "Selain karena kau mengingatkanku pada seseorang. Aku juga berpikir kalau aku harus mencari pasangan mengingat umurku yang tak lagi muda"
"Kalau kau sendiri? Apa yang membuatmu untuk setuju?" Jaewon bertanya balik.
Jennie tercenung, alasan satu-satunya ia menerima kencan ini karena ia harus melupakan Hanbin. Dan Jennie tak mau mempermalukan dirinya dihadapan Jaewon dengan berkata bahwa -Aku Gagal Move On Dengan Mantanku-
"Sama sepertimu, aku rasa aku juga harus memikirkan kisah asmaraku,"
Jaewon mengangguk pilon, mengerti Jennie karena mungkin nasib mereka sama. Terlalu memikirkan karier sampai urusan asmara mereka jadikan nomor sekian. Dan kalau bukan desakan orang tua mungkin mereka akan melajang seumur hidup. Jaewon bergidik ngeri membayangkan dirinya menjadi Bujangan Tua.
Setelah selesai makan, Jaewon meminta izin mengantar Jennie pulang kerumah. Jennie setuju dan mereka berjalan kearah mobil yang terpakir.
"Kurasa, kencan buta ini tidak terlalu buruk huh?" ucap Jaewon tiba-tiba.
Jennie melihat kearah Jaewon. Ya, sekiranya itu juga yang dirasakan Jennie. Ia merasa nyaman berbincang dengan Jaewon yang notabennya orang asing. Jennie sendiri tipe orang yang introvert dan Jaewon termasuk berhasil membuatnya membalas obrolan dengan lelaki itu.
"Ya, aku juga merasa begitu," komentar Jennie sambil tersenyum tipis.
***
Mobil mewah itu berhenti tepat pada Lobi Apartemen Jennie. Setelah mematikan mesin, Jaewon membuka seatbelt. Ia menengok kearah Jennie yang juga sudah membuka sabuk pengaman itu.
"Jennie, ayo kita pergi dihari minggu" kata Jaewon.
Awalnya Jennie tidak mengerti omongan Jaewon, lalu mengingat mereka yang sedang melakukan pendekatan ia mengerti. Jaewon mengajaknya lagi kencan.
"Baiklah, aku tunggu dihari minggu. Sampai jumpa," Jennie kemudian keluar dan menutup pintu. Menunggu mobil lelaki itu pergi dan kemudian ia masuk.
***
Jennie berjalan memasuki butiknya. Ia menyalakan lampu pada saklar dan menaruh tasnya pada meja. Jennie juga membuka tirai jendela dan menyusun baju-baju yang baru diambilnya dari belakang untuk digantung.
Lima menit kemudian, Irene masuk dan mengambil alih pekerjaan Jennie. Mereka sama-sama sibuk menyiapkan butik untuk nanti dibuka.
"Bagaimana dengan kencanmu semalam, Jen?" Irene memulai pembicaraan dengan bertanya.
"Tidak terlalu buruk,"
"Nah! Benar apa yang aku katakan, Jaewon itu pemuda yang menyenangkan."
"Ya,kurasa kau benar, Unnie. Dia pria yang baik"
"Lalu, bagaimana dengan mantanmu itu? Apakah ia masih menemuimu?"
Jennie membatu ditempatnya, sejenak menghentikan aktivitasnya dari merapikan baju-baju rancangannya itu. "Tidak. Kurasa, ia juga mengerti maksudku," jawab Jennie.
"Aku selalu mendukungmu, Jen. Tapi ingat, kau tidak boleh menyesali keputusanmu. Oh ya, Jennie. Kau bisa malam nanti mengantikanku pergi ke acara Korea Fashion Week? Aku tidak bisa ikut karena harus menemani Suho"
"Sepertinya malam ini aku tak sibuk, baiklah aku akan menghadiri itu untukmu, Unnie"
"Terimakasih, Jennie. Kau yang terbaik" Irene memeluk Jennie dan mereka berdua pun tertawa.
Jaewon waktu lagi makan sama yayuk jenjen. Btw, Happy Bday Jodoh!!😎👍🏿😎💪🏿😎👍🏿💪🏿🖐🏿👌🏿😎☝🏿
terimakasih sudah membaca🤟🏿😎
KAMU SEDANG MEMBACA
At That Time | Jenbin
Fanfiction[completed] Hanbin bertemu kembali dengan mantan terakhirnya, Kim Jennie setelah hampir 10 tahun sejak kali terakhir. Ambisinya untuk melupakan Jennie kian memudar. Hanbin meragu, apakah ia sudah benar-benar melupakan-atau tidak sama sekali melupaka...