[Extra Chapter I]

2.2K 197 16
                                    

"Aku kan sudah katakan jangan membiarkan Hani terlalu sering bermain gadget!" Jennie berkata dengan berkacak pinggang. Menatap tajam Hanbin yang kini memangku Kim Hani—putri mereka dengan sebuah tablet ditangannya.

"Anakku juga harus tahu perkembangan teknologi, jangan terlalu kuno, Jen." Hanbin menyanggah. Lalu kemudian tersenyum saat melihat Hani yang tampak tidak terganggu oleh perdebatan kedua orang tuanya.

"Tapi tidak baik untuk kesehatan matanya! Aku lebih suka anak-anakku tertinggal teknologi daripada mereka harus mempunyai mata yang tidak sehat. Dan omong-omong, Kim Hanbin, Hani juga anakku," ucap Jennie seraya mengambil Hani dari pangkuan Hanbin. Menggendongnya menuju kamar.

Hanbin hanya melihat kepergiaan mereka. Senyumnya kian muncul saat melihat Hani yang kini tertawa kecil karna candaan Jennie.

Betapa Hanbin sangat bersyukur mempunyai dua perempuan yang dicintainya itu. Sudah hampir lima tahun lamanya. Ia hidup dengan status sebagai suami Jennie, oh, pun sekarang sebagai Ayah dari Kim Hani—putri pertama mereka.

Sesuatu yang dulu sangat Hanbin dambakan namun harus terhempas jika dia terus membiarkan kesalahpahaman di masa lampau.

Jika ingin mengkilas balik memorinya sewaktu awal pernikahan sampai sekarang. Waktu kebersamaannya dengan Jennie selalu di dominasi dengan perdebatan-perdebatan kecil, alih-alih sikap romantis dari masing-masing.

Seperti saat mengetahui kehamilan pertama Jennie. Mereka berdua berdebat sampai mendiami satu sama lain selama dua hari hanya karena bertaruh jenis kelamin apa anaknya nanti. Padahal usia kandungan Jennie baru delapan minggu.

Lalu karena ingin mengetahui tebakan siapa yang benar, jenis kelamin bayinya harus di simpan terlebih dahulu sampai bayi mereka lahir. Biar menjadi sebuah kejutan.

Selama masa-masa kehamilan, dimana Ibu hamil sering mengalami mual-mual dan meminta permintaan yang aneh-aneh. Segala hal itu pun berlaku juga pada Jennie.

Saat usia kandungan mencapai 3 bulan, Jennie mengalami mual yang sangat hebat. Yang membuat Hanbin merasa cemas karena Jennie terus memuntahkan makanannya. Berlanjut diusia ke 4 bulan, lagi Jennie dilanda mual, kali ini bukan disebabkan oleh makanan, tapi karna Hanbin. Jennie beralasan bahwa ia merasa mual setiap berada di dekat Hanbin. Dan meminta Hanbin untuk menjaga jarak lebih dari 5 meter setiap berada disekitarnya.

Alhasil selama seminggu penuh, Jennie pindah sementara kerumah Mamanya. Sementara Hanbin tinggal sendirian di dalam Apartemennya.

Banyak kejadian-kejadian lucu saat masa kehamilan Jennie. Seperti satu permintaan konyol Jennie saat usianya menjelang 5 bulan. Saat itu malam hari, di dalam kamar mereka dengan lampu yang dimatikan dan mereka bersiap untuk tidur. Jennie tiba-tiba mengutarakan permintaan konyol yang membuat Hanbin membelalak matanya seolah ingin keluar saat itu juga.

"Aku ingin bertemu dengan Jaewon."

Hanbin yang saat itu sudah hampir tertidur langsung membuka matanya. "Kau apa?"

"Bertemu Jaewon."

"Jangan konyol, Jen. Jaewon jauh dari kita. Aku tidak bisa menyuruh dia kesini begitu saja untuk menuruti permintaan konyolmu itu."

"Jaewon tidak akan bertemu denganku disini. Tapi aku yang akan menemui Jaewon disana, bukan aku—tapi kita." ucap Jennie kala itu dengan senyum manis.

Hanbin makin membelalakkan matanya. "A-apa?"

"Ayolah, Kim Hanbin. Aku sedang mengandung. Mengandung anakmu pula. Kau harus menuruti permintaanku!" ujar Jennie dengan nada memerintah.

At That Time | JenbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang