Beberapa hari ini Jennie disibukkan dengan persiapan pernikahan Mamanya. Jennie selaku anak merasa harus berkontribusi dalam pernikahan kedua Mamanya. Kelurga Jung-calon Ayah baru Jennie sangat ramah kepadanya. Beliau langsung menganggap Jennie sebagai anaknya.
Sementara Jung Chanwoo-putra dari Jung Hae In juga tak tanggung-tanggung, pemuda itu kadang bertingkah manja kepada Jennie. Layaknya Jennie adalah saudara kandungnya. Jennie mulai menerimanya. Dan ia pun merasa bersyukur karena dengan ia mulai menerima, dan membiasakan dirinya. Kehidupannya lebih baik daripada sebelumnya. Mamanya yang mencintai Paman Jung. Dan Jennie yang menyanyangi Chanwoo.
Jennie sendiri sudah memberitahukan perihal lamaran yang dilakukan Hanbin kepada Mamanya. Mamanya pun turut bahagia dan meminta Jennie untuk menikah. Mamanya berkata bahwa Hanbin tak perlu restu lagi dari dirinya, karena sedari awal mereka pacaran, Mama Jennie sudah merestui keduanya.
Sama seperti Mamanya yang sudah merestui Hanbin. Mama Hanbin pun tak luput bahagia mendengar kabar baik itu. Sewaktu Jennie datang mengunjungi rumah Hanbin, Mama Hanbin langsung memeluknya erat dan berterimakasih-sesutu hal yang tak Jennie bayangkan sebelumnya. Mama Hanbin berkata bahwa wanita paruh baya itu bersyukur bahwa impiannya sebentar lagi akan menjadi kenyataan. Impian menjadikan Jennie sebagai menantunya. Jennie dan Hanbin yang mendengarnya hanya tertawa kikuk.
Jennie juga masih berkomunikasi dengan Jaewon. Lelaki itu tak tanggung-tanggung memboyong Mamanya untuk pindah keluar negeri. Kabar yang Jennie dapat, sekarang Jaewon menetap di Hongkong bersama Mamanya.
Semuanya terlihat sempurna. Untuk sepuluh tahun terakhir, Jennie tidak pernah merasa sebahagia ini. Jennie akan mempunyai keluarga baru. Dan mungkin nanti juga ia akan memiliki keluarganya sendiri bersama Hanbin. Membayangkan hal itu membuat hati Jennie hangat, membuncah bahagia.
"Kau terlihat cocok dengan gaunmu itu, Jen. Mama sampai mengira kalau yang akan menikah itu dirimu, bukan Mama."
Jennie menoleh kearah Mamanya yang kini berdiri disampingnya. Menatap pantulan Jennie yang mengenakan gaun yang sudah di rancang oleh Bae Ahjuma-Mama dari Irene.
"Ketahuilah, Mah. Mama yang akan tampil memukau di pesta pernikahan Mama nanti. Aku pastikan bahwa Istri dari pangeran Harry akan kalah cantik dari Mama." ujar Jennie yang membuat Mamanya tertawa.
"Kau ini ada-ada saja. Mama sudah tua, mana mungkin bisa menandingi kecantikan Istri pangeran Harry?"
"Yang dikatakan Jennie itu benar sayang. Bagiku kau adalah wanita tercantik yang ada di dunia ini." Tanpa disangka, Jung Hae In datang bergabung bersama mereka. Kim Hye Ja merona mendengar pujian dari calon suaminya.
"Kau dan Jennie sama saja ternyata! Terus-menerus menggodaku!" Kim Hye Ja bersungut kesal. Membuat Jennie dan Jung Hae In tertawa.
"Kalian sepertinya terlalu sibuk tertawa sampai melupakan aku-lelaki yang tampan melebihi Pangeran Harry." Chanwoo juga ikut bergabung. Wajahnya ia tekuk lantaran kesal. Tak pelak melihat wajah yang bisa dikatakan menggemaskan itu, membuat ketiganya tertawa bersama.
***
"Tumben kau datang membawakanku makan siang." ucap Hanbin pada Jennie yang kini sibuk menata makanan di meja.
"Apa kau terganggu aku datang kemari?"
"Tentu saja tidak. Aku malah senang melihatmu yang memperhatikanku, sayang." Hanbin menghampiri Jennie dan memeluknya dari belakang. Kepalanya ia sandarkan pada bahu Jennie.
"Lepaskan aku, Kim Hanbin. Kau membuatku geli!" Jennie berusaha melepaskan tangan Hanbin yang kini melingkar dipinggangnya.
"Tidak sebelum aku mendapatkan ciuman hari ini." Hanbin memajukan bibirnya. Bersiap menyambut ciuman dari Jennie
Jennie memperhatikan bibir Hanbin yang menanti, sedang mata lelaki itu terpejam. Ide jahil terlintas dibenaknya. Ia mengalungkan kedua tangannya disekitaran leher Hanbin. Menarik Hanbin untuk lebih dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
At That Time | Jenbin
Fanfiction[completed] Hanbin bertemu kembali dengan mantan terakhirnya, Kim Jennie setelah hampir 10 tahun sejak kali terakhir. Ambisinya untuk melupakan Jennie kian memudar. Hanbin meragu, apakah ia sudah benar-benar melupakan-atau tidak sama sekali melupaka...