Hari-hari tanpa Jennie memang berat luar biasa. Terhitung sudah sebulan lamanya. Hanbin memang kerap kali datang ke butik Jennie. Tapi hanya sebatas menunggu diluar, tidak masuk kedalam dan menyapa Jennie. Hanbin cukup tahu diri bahwa Jennie sudah tak ingin bertemu dengannya lagi.
Seperti saat ini, sehabis jam kerja usai. Hanbin menjalankan mobilnya menuju butik Jennie. Duduk diam didalam mobil yang ia parkir lumayan jauh dari butik itu, tapi masih tetap melihat jikalau Jennie terlihat keluar. Saat mata Hanbin menangkap sosok Jennie yang sepertinya akan pulang, ia buru-buru menyalakan mesin mobilnya. Dilihatnya Jennie menyetop sebuah taksi, dan masuk ke dalam taksi tersebut.
Hanbin mulai mengikuti dari mobilnya. Satu kebiasaan Hanbin yang menjadi kegiatan rutin, mengikuti Jennie sampai ke Apartemennya. Terdengar seperti penguntit memang, tapi tak masalah selama keselamatan Jennie yang menjadi prioritasnya. Omong-omong mengikuti, tak jarang Hanbin mendapati bahwa Jennie dijemput oleh 'pacar baru' dan sampai sekarang Hanbin belum tahu pasti siapa sosok pacar Jennie itu. Hanbin hanya tak siap jika melihat Jennie dan 'Pacar Baru' Jennie bermesraan di hadapan Hanbin. Maka setiap melihat mobil lain yang datang, dan Jennie masuk ke dalam mobil itu. Hanbin memutar mobilnya meninggalkan sepasang manusia itu.
Jennie terlihat turun dari taksi, dan setelah melihat perempuan itu membayar sejumlah uang. Hanbin kemudian menjalankan mobilnya lagi menuju rumah. Selama diperjalanan Hanbin terus memikirkan, apakah ia juga harus menyerah? Karena berjuang sendiri rupanya sangat menyakitkan. Jennie terlihat sudah melupakan dirinya.
Hanbin meraih ponselnya yang berdering, melihat sebuah panggilan masuk dari Lisa.
"Ya, ada apa Lis?"
"Baiklah, kau bisa mengirim dahulu ke emailku."
"Nanti. Setelah aku periksa kau boleh langsung pergi ke Gyuri Group,"
Hanbin memutuskan sambungan tersebut. Sudah hampir dua minggu ia menyuruh Lisa membuat proposal pengajuan kerja sama dengan perusahaan Gyuri Group. Rencananya Lisa sendiri yang akan ditugaskan untuk mewakili rapat diperusahaan tersebut.
Hanbin memutar balik stir, ia memutuskan untuk menuju klub. Sedikit mabuk untuk melupakan sosok Jennie malam ini mungkin pilihan yang baik.
Seperti biasa saat Hanbin memasuki klub, pria itu disajikan dengan banyak manusia yang bermacam-macam. Ditengah sekumpulan manusia yang berjoget mengikuti dentuman musik, sementara yang di pinggir ialah manusia yang sibuk dengan botol minumannya. Pandangan Hanbin tak sengaja menangkap di sudut pojok ruangan itu. Dimana seorang wanita yang terlihat digoda oleh beberapa pria asing. Hanbin tak peduli awalnya, tapi karena melihat wanita yang hampir memasuki umur setengah abad itu dalam keadaan mabuk, ditambah pakaian yang dikenakan sudah tidak bisa dikatakan rapih lagi. Hanbin menghampiri tempat itu, dan terkesiap saat melihat wajah wanita itu. Ternyata seseorang yang ia kenal.
Kim Hye Ja. Mama Jennie.
Jadi bagaimana caranya ia menjelaskan bahwa Ibunda dari mantan pacarnya ini hampir dilecehkan oleh beberapa pria asing?
***
Karena tak punya pilihan lain, setelah berusaha mengusir pria-pria pengganggu itu, Hanbin dan Kim Hye Ja sudah berada di dalam mobilnya. Hanbin juga sudah mengirim pesan kepada Jennie perihal keadaan Ibu dari wanita itu. Dan Jennie bilang ia akan kemari menjemput Mamanya. Padahal Hanbin sudah melarang dengan mengatakan 'Akan kuantar pulang Mamamu' tapi Jennie tetap bersikeras. Maka dari itu Hanbin menunggu didalam mobil.
Setengah jam kemudian pintu kacanya diketuk, dilihatnya Jennie dengan raut wajah yang cemas. Hanbin membuka pintu mobilnya dan keluar.
"Kau kesini dengan siapa?" tanya Hanbin saat tidak melihat keberadaan mobil Jennie.
"Aku naik taksi," jawab Jennie. Ia terburu-buru karena terlalu panik saat mendengar kabar dari Hanbin.
"Maaf merepotkanmu, dan terimakasih sudah menolongku." Kata Jennie.
"Masuklah, biar kuantar kalian berdua,"
Jennie hendak mengeluarkan bantahan tapi ia mengurungkan saat mendengar perkataan Hanbin lagi, "Mamamu mabuk berat. Kau juga pasti akan kelelahan bila menggendong Mamamu," dan Jennie pun mau tak mau ikut masuk ke dalam mobil. Mengambil tempat duduk di belakang kursi penumpang.
"Untuk semua yang kau lihat tadi, aku harap kau bisa melupakannya," Jennie membuka suara setelah terjadi keheningan.
Hanbin melirik melalui kaca, dan mengangguk. Bagaimanapun ia juga terkejut mendapati Mama Jennie berada di klub dengan keadaan hampir dilecehkan. Sementara Jennie terus terdiam setelah kalimat terakhir itu. Ia tak mau Hanbin berpikiran yang macam-macam tentang orangtuanya. Dan omong-omong tentang Mamanya, sepertinya Mamanya itu tidak mendengar omongan terakhir Jennie. Ia yakin betul bahwa bila Hanbin tidak bertemu Mamanya, mungkin Mamanya sudah berakhir di kamar hotel.
Mobil berhenti didepan rumah lama Jennie. Hanbin menggendong Mama Jennie ke kamarnya, setelah memastikan bahwa Kim Hye Ja sudah nyaman akan posisi tidurnya. Hanbin melangkah kelur menemui Jennie yang berada di dapur. Jennie menghampiri Hanbin dengan membawa segelas air minuman, "ini, diminum dulu,"
Hanbin menerima gelas itu, menenggak air itu sampai habis. Lalu mengamati Jennie yang kini menundukkan kepalanya menatap lantai. Setelah hampir sebulan, akhirnya Hanbin bisa bertatap dengan Jennie lagi. Sebenarnya ada banyak pertanyaan yang ingin ia ajukan pada Jennie. Seperti; Apakah kau baik-baik saja? Apa kau bahagia sekarang? Bagaimana dengan kehidupanmu? Dan yang terakhir, Apakah kau benar-benar sudah melupakanku?
Namun pertanyaan-pertanyaan itu Hanbin urungkan. "Aku pulang dulu," ucap Hanbin.
Saat akan berjalan, suara Jennie menghentikannya, "tunggu dulu,"
Hanbin berbalik, menatap Jennie dengan pandangan bertanya. "Terimakasih sekali lagi sudah menolongku,"
Hanbin mengangguk, "bagaimana dengan lunch sebagai balasannya?" biarlah Hanbin dianggap sebagai orang tidak ikhlas, selama ia bisa mencuri kesempatan bersama dengan Jennie.
Tidak mendapat jawaban dari Jennie, membuat Hanbin berpikir menolak ajakan itu. "Aku hanya ber—"
"Lusa, aku punya janji besok."
***
Kini Hanbin sudah berada dikamarnya, setelah lima belas menit yang lalu ia membersihkan diri. Hanbin mengambil kaus berwarna abu-abu lalu memakainya. Rambutnya masih sedikit basah pun ia keringkan dengan handuk. Kemudian tanpa disangka bibirnya tertarik sedikit keatas, sedikit tersenyum kala mengingat jawaban Jennie.
Ayolah, hanya makan siang biasa sebagai sebuah imbalan. Tapi Hanbin tidak peduli, ia tidak akan melewatkan kesempatan kali ini.
Namun mengingat bagaimana raut wajah panik Jennie juga membuat Hanbin bertanya-tanya. Baiklah, perihal keberadaan Mama Jennie di klub juga masih menjadi pertanyaan besar dikepala Hanbin. Klub memang tempat bersenang-senang yang biasa didatangi orang dewasa, Hanbin tahu itu. Namun menjadi membingungkan saat melihat Mama Jennie yang ia kenal dengan paras lemah lembut dan penyayang yang rajin beribadah ke gereja itu dalam keadaan mabuk digerubungi oleh pria asing layaknya lalat yang menggerubungi sampah.
Pikiran Hanbin bertanya-tanya. Apa yang telah terjadi? Apa yang Jennie rahasiakan? Dan apa yang selama sepuluh tahun ini Hanbin tidak ketahui?
KAMU SEDANG MEMBACA
At That Time | Jenbin
Fanfiction[completed] Hanbin bertemu kembali dengan mantan terakhirnya, Kim Jennie setelah hampir 10 tahun sejak kali terakhir. Ambisinya untuk melupakan Jennie kian memudar. Hanbin meragu, apakah ia sudah benar-benar melupakan-atau tidak sama sekali melupaka...