Jennie tidak pernah merasa sebahagia ini. Bukan karena nilai A yang ia dapat dari dosen, melainkan hanya sebuah perayaan hari jadi mereka yang kedua. Tidak pernah terpikirkan olehnya bahwa ia dan Hanbin masih bisa menjalani hubungan dengan status pasangan.
Jennie menunggu Hanbin setelah usai kelas. Pria itu bilang, ia akan membuat kejutan untuk Jennie. Jennie sendiri pun tidak sabar menanti kejutan yang akan Hanbin berikan.
"Kau mau bawa aku kemana?" tanya Jennie.
Hanbin tersenyum. "Kalau aku bilang, bukan kejutan lagi namanya."
Bibir Jennie mengerucut, sebal karena pertanyaannya tak dijawab. "Hei, jangan ngambek begitu. Kau nanti juga akan tahu. Dan aku pastikan kau suka dengan yang satu ini."
Jennie akhirnya menurut. Dalam hati juga ia was-was, bertanya seperti apa kejutan itu. Butuh waktu satu jam untuk mereka sampai di tempat yang Hanbin maksud.
"Kau tutup matamu sebentar ya?"
"Untuk apa?"
"Untuk memperlancar kejutan ini."
Mata Jennie ditutup oleh seutas kain. Hanbin membantu Jennie berjalan dengan menggandeng tangannya. "Hanbin-ah, aku takut."
Hanbin tersenyum, walaupun ia tahu senyumannya tidak bisa dilihat Jennie. "Kau percaya denganku saja ya."
Mereka terus berjalan. Sampai Hanbin menghentikan langkahnya yang membuat Jennie menubruk punggung lelaki itu. "Sudah sampai."
"Boleh kubuka?"
"Aku saja yang membukanya," ucap Hanbin. Lalu ia melepaskan penutup mata Jennie. Jennie membuka matanya, dan pemandangan didepannya sukses membuat Jennie terkejut.
Sebuah rumah pohon yang terlihat sudah di hias dengan beberapa bunga di area tangga dan atap. "Selamat hari jadi yang kedua, sayang." Hanbin berbisik ditelinga kanan wanita itu. Tak lupa tangan Hanbin yang kini sudah melingkar di pinggang ramping wanita itu. Memeluk Jennie dari belakang.
Jennie memutar tubuhnya menghadap ke arah Hanbin. Menatap Hanbin dengan tidak percaya. "Kau melakukan ini?"
"Ya. Suka dengan kejutannya?"
Jennie tidak punya jawaban lain selain mengangguk. Ia memeluk Hanbin erat. Menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Hanbin. "Terimakasih, aku menyukainya."
Hanbin menarik tangan Jennie. "Ayok kita naik."
Mereka berdua menaiki tangga itu. Cukup berbahaya untuk Jennie jika saja Hanbin tidak membantunya. Jennie masuk ke dalam rumah pohon itu yang ukurannya tidak lebih dari 3 x 2 meter persegi. Didalamnya ternyata ada sebuah cake bertuliskan 'Happy Anniversary' dan sebuket bunga.
Jennie tidak bisa lagi membendung kebahagiaannya. Ia terlalu bahagia sampai matanya mulai berkaca-kaca.
"Terimakasih. Ini perayaan hari jadi terbaikku."
Sayangnya, semua kejutan itu adalah kejutan terakhir untuk hari jadi mereka.
"Perayaan hari jadi jika kita masih bersama." Hanbin melanjutkan ucapan tersebut dengan nada ironi.
Jennie masih belum merespon ucapan Hanbin karena masih terkejut. Jennie memandangnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.
Jennie memandang lagi rumah pohon didepannya. Tempat ini masih sama kali terakhir ia mengunjungi. Dan itu sudah sepuluh tahun lamanya.
"Kau pikir ini lucu Kim Hanbin?"
Hanbin terkejut mendengar ucapan Jennie. Bukan ini yang ia harapkan. Ia memang berniat mengenang sedikit kebersamaan mereka dulu. Hanbin pikir Jennie akan senang, jika tahu Hanbin tidak pernah melupakan hal tentang Jennie. Walau tidak dengan ucapan gamblang, tapi Hanbin beharap Jennie bisa menerimanya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
At That Time | Jenbin
Fanfiction[completed] Hanbin bertemu kembali dengan mantan terakhirnya, Kim Jennie setelah hampir 10 tahun sejak kali terakhir. Ambisinya untuk melupakan Jennie kian memudar. Hanbin meragu, apakah ia sudah benar-benar melupakan-atau tidak sama sekali melupaka...