14. Mama in-law, In Action!

2K 224 12
                                    

Setelah Hanbin mengiriminya alamat sebuah restoran. Jennie mengambil tas dan kunci mobilnya. Setelah menerima ajakan makan siang bersama lusa kemarin. Jennie menjalankan mobilnya menuju restoran tersebut.

Sebelumnya ia juga sudah memberitahukan Jaewon untuk tidak datang ke kantornya, dengan alasan ia akan pergi makan siang bersama teman. Teman? Apakah kau menyebut Hanbin sebagai temanmu? Omong-omong Jaewon, pria itu baru kembali setelah menyelesaikan pekerjaannya sepuluh hari penuh di Busan. Dan kemarin pun Jennie pergi makan siang dengan Jaewon untuk menyambut pria itu.

Jennie berusaha terus berpikir positif, seminggu ini Jaewon tidak sama sekali menghubunginya. Kali terakhir bertemu Jaewon memang memberitahukan bahwa ia sedang di pindah tugaskan ke daerah Busan. Karena ada sebuah proyek pembangunan gedung rumah sakit baru disana, dan Jaewon sebagai Arsitek yang bertanggung jawab. Jennie sebenarnya ingin menghubungi Jaewon terlebih dahulu, namun ia urungkan karena merasa malu dan gengsi bahwa ia sedikit merindukan Jaewon.

Omong-omong soal rindu. Jennie pun tak mengelak kalau ia juga rindu pada sosok yang sudah sebulan lebih tidak bertemu.
Bagaimana kabar Hanbin? Apakah ia baik-baik saja? Dan yang paling membuatnya bertanya-tanya, Apakah Hanbin sudah menyerah padanya?

Dan lagi-lagi, Jennie merasa menjadi orang yang egois. Karena bukankah ia sendiri yang ingin Hanbin menjauh darinya?

Tiba-tiba handphonenya berdering. Nama Jung Jaewon tertera disana. Jennie pun mengangkatnya.

"Hai?" suara pertama yang Jennie dengar dari Jaewon.

"Hai,"

"Apa aku menganggumu?"

Jennie menggeleng, namun tersadar bahwa Jaewon tidak bisa melihatnya. "Tidak, bagaimana pekerjaanmu?"

"Sudah hampir selesai, mungkin lusa aku sudah bisa kembali."

"Oh begitu..."

"Jennie?"

"Ya?"

"Aku merindukanmu, apakah kau juga merindukanku?"

Bibir Jennie mengukir senyum tipis, "Maaf, tapi aku tidak bisa memberitahumu,"

"Huh?"

"Kau ingin tahu jawabanku?"

"Ya,sangat"

"Maka dari itu, cepatlah datang kemari tuan Jung"

"Baiklah, aku tidak sabar bertemu kembali denganmu Nona yang sebentar lagi akan menjadi Nyonya Jung"

Jennie terkekeh. Dan seperti sebuah virus, Jaewon pun terkekeh juga.

"Sudah dulu, kau sebaiknya beristirahat. Aku akan menelponmu lagi besok, selamat malam Jennie"

"Selamat malam juga, Jaewon"

Astaga, Jennie bahkan selama ini tidak pernah terpikir bahwa hubungannya dengan Jaewon berjalan dengan lancar. Mungkin Jennie belum bisa membalas perasaan Jaewon, ya, Jennie mengetahui itu saat Jaewon menyatakan perasaannya dua minggu lalu. Tapi Jennie tidak menampik, bahwa ia sedikit terbuai dengan peran sebagai kekasih Jaewon. Mungkin sebagian wanita berpikir, mereka tidak akan bisa menolak pesona Jaewon. Pria itu baik hati, mapan dengan mempunyai pekerjaan bagus dan terlebih penting, perhatian padanya. Namun entahlah, hatinya seolah membentengi ketika Jaewon mendekat. Seolah hati itu tahu, bahwa ada pemilik tetap disana dan tidak bisa menerima Jaewon untuk mengisi bagian hatinya.

At That Time | JenbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang