Dahyun tak henti-hentinya menebarkan senyum bahagia. Hanbin meliriknya sekilas, "Kau tidak lelah terus tersenyum seperti itu?"
Mereka berjalan beriringan memasuki restoran, Dahyun menoleh pada Hanbin masih dengan senyum yang membingkainya. "Ayolah, Oppa. Aku sedang bahagia saat ini!"
Bagaimana Dahyun tidak bahagia. Saat ini mereka berdua akan makan malam romantis. Oke, sedikit salah untuk bagian romantis. Tapi tetap saja, judulnya itu berdua. Tolong digaris bawahi.
Hanbin yang tak mau meladeni Dahyun lebih jauh hanya mengangguk pilon. Awal ia menerima usulan Dahyun untuk sebuah pesta penyambutan, Ia kira hanya peraayaan dengan makan malam dirumah bersama keluarganya, Mama, Papa dan Jisoo.
Namun ternyata ia salah menafsirkan. Yang Dahyun inginkan hanya dirinya. Berdua dengan Hanbin. Untuk yang ini, tolong jangan di garis bawahi. Hanbin memelas setiap mengingatnya. Bukan karena apa, mungkin kalau dulu Hanbin masih oke saja. Tapi sekarang, ketika Dahyun sudah menjelma menjadi perempuan cantik dan dewasa? Hanbin ragu, Dahyun masih ingin di panggil adik manis lagi.
Mereka mengarahkan pandangannya mencari meja kosong. Salahkan Hanbin, yang tidak memesan meja terlebih dahulu. Dan salahkan Dahyun, yang mendadak mengajaknyanya. Seorang pelayan mendatangi mereka, dan bertanya. Hanbin meminta tolong pelayan itu untuk mencarikan meja kosong.
"Baik. Mari saya antarkan."
Dahyun menggeleng. Menolak gagasan pelayan itu. "Tidak. Kami tidak perlu meja kosong. Kami akan bergabung dengan rekan kami disana." Dahyun mengedikkan dagunya. Menujuk kearah meja yang berada di pojok sudut sana. Hanbin dan pelayan ikut melayangkan pandangannya menuju tempat dimana sebuah pasangan yang sedang asik bencengkrama.
"Jangan gila, Dahyun." Hanbin berkata dengan nada memperingatkan. Dahyun seolah tidak peduli, ia menarik tangan Hanbin menuju meja tersebut.
Hanbin bisa saja meninggalkan perempuan, namun terlambat karena sebuah suara menggema Dahyun.
"Hai, Unnie. Boleh kami bergabung?"
***
Jennie tidak tahu harus mengeluarkan kata apa yang tepat. Jennie kagum. Sangat kagum dengan kemampuan berbicara Jaewon. Terlebih, kemampuan otak Jaewon. Lelaki itu rasanya selalu mempunyai nilai plus di mata Jennie, sulit untuk mencari celah kesalahan Jaewon.
Pintar, mapan, sayang keluarga. Apalagi yang kurang?
Jaewon sedari tadi menjelaskan tentang bagaimana bisa terbentuknya tata surya ini. Bagaimana bisa ada bumi dan planet-planet. Lelaki itu sepertinya sangat menyukai tentang pengetahuan astronomi. Tidak seperti Jennie yang hanya tahu bahan kain, model fashion serta harga benang. Tuh kan? Apa kurangnya Jaewon.
Jennie mungkin akan bertanya lebih banyak pada Jaewon tapi sebuah suara menginterupsinya. "Hai, Unnie. Boleh kami gabung?"
Sontak Jennie dan Jaewon menoleh kearah sumber suara. Mereka melihat seorang perempuan cantik bersama seorang lelaki dibelakangnya, yang sedang membuang pandangan. Mereka memberikan reaksi yang beragam, Jaewon yang penasaran seolah ingin tahu mereka itu siapa. Sementara Jennie yang kini tercegang.
Melihat Hanbin yang sedang buang muka, dan D-Dahyun—tunggu.
Perempuan itu Dahyun?!
Dahyun—perempuan itu tanpa mendengar persetujuan Jennie langsung menarik kursi kosong didepannya. Ia juga menyuruh Hanbin untuk duduk disampingnya. Perempuan itu terus menebar senyum. "Aku membuatmu kaget ya, Unnie? Maafkan aku ya sudah menganggumu" Dahyun berkata dengan nada menyesal. Atau malah Jennie yang merasa bahwa perempuan itu sengaja mengganggunya?!
KAMU SEDANG MEMBACA
At That Time | Jenbin
Fanfiction[completed] Hanbin bertemu kembali dengan mantan terakhirnya, Kim Jennie setelah hampir 10 tahun sejak kali terakhir. Ambisinya untuk melupakan Jennie kian memudar. Hanbin meragu, apakah ia sudah benar-benar melupakan-atau tidak sama sekali melupaka...