[ Extra Chapter : II ]

1.8K 154 8
                                    

Ada yang berbeda pagi ini dari pagi-pagi sebelumnya. Jika di masa lampau, Jennie akan terbangun sendiri di Apartemennya. Kini semuanya telah berbeda. Bangun pagi dengan wajah Hanbin yang berada di hadapannya, tertidur pulas dan terasa nyaman. Lalu Jennie bangkit dari tempat tidurnya, untuk mandi dan menyiapkan segala keperluannya—termasuk keperluan Hanbin.

Biasanya setelah mandi, Jennie akan turun dan menyiapkan sarapan untuk mereka berdua. Ya, karena setelah hampir sebulan menikah, Hanbin membawanya pindah ke rumah barunya—rumah mereka. Jennie tidak pernah tahu kapan pastinya Hanbin membeli rumah itu. Tapi yang Jennie ingat, saat itu Hanbin berkata.

"Anggap saja, ini sebagai hadiah pernikahan dariku."

Jennie selesai memasak scramble egg dan roti panggang. Hari ini ia sedikit bangun kesiangan, dan hanya bisa menyiapkan sarapan yang mudah. Lalu setelah menatanya diatas meja, Jennie naik lagi ke kamarnya untuk menyiapkan baju kerja Hanbin dan tentunya membangunkan Hanbin.

Saat ia membuka pintu, senyumnya tak bisa ditahan saat melihat Hanbin yang masih terlelap dan tidak ada tanda-tanda bangun. Jennie berjalan menghampiri sisi pinggir ranjang. Berniat membangunkan Hanbin dengan menepuk lengannya.

Namun saat tangan hendak menyentuh lengan Hanbin. Lengan kokoh itu lebih dahulu menariknya, hingga membuat Jennie yang terkejut tidak bisa menahan berat tubuhnya. Alhasil Jennie terjatuh tepat diatas tubuh Hanbin.

"Yak! Kim Hanbin, jangan bercanda denganku ya!" ucap Jennie kesal seraya mencoba melepaskan tubuhnya dari dekapan Hanbin.

"Sebentar dulu, aku butuh mengisi ulang energiku." kata Hanbin dengan mata yang masih terpejam.

Jennie pun menuruti permintaan Hanbin. Berdiam dengan tangan Hanbin yang memeluk pinggangnya. Jennie memperhatikan wajah Hanbin yang terpejam, lalu ide jahil terlintas dipikirannya.

Ia berusaha menarik tangannya yang terkukung oleh lengan Hanbin. Menariknya keatas dan ... hap. Tangannya kini sudah sepenuhnya menutupi wajah Hanbin hingga membuat pria itu gelagapan.

"Hahahahahahah!" Jennie tertawa ketika melihat wajah Hanbin yang sedang menghirup oksigen dalam-dalam.

Jennie kemudian bangkit dari tubuh Hanbin dan duduk di sisi kosong ranjang. Masih tertawa lucu melihat Hanbin yang kini sudah tersadar penuh.

Hanbin kemudian menatapnya datar. Oh gawat! Sepertinya candaan Jennie sudah melewati batas. Baru ingin meminta maaf, tubuh Jennie kini sudah ditarik kembali oleh Hanbin—bukan untuk memeluknya seperti tadi, malah untuk menggelitiknya.

Jennie yang tak tahan dengan rasa gelinya pun tertawa dan meminta Hanbin untuk berhenti.

"Yaaaa, lepaskan. Aku geli, Hanbin!"

Hanbin nampaknya tidak mau cepat-cepat melepaskan Jennie. Pria itu masih saja menggelitik perut Jennie. "Rasakan! Siapa suruh jahil sama suami sendiri."

Jennie tertawa sampai mengeluarkan air mata, saking tidak tahan dengan rasa gelinya. "Yaaa! Ampun, sudah stop, hahahahah Hanbin! Lepaskan aku!!"

Saat dirasa cukup, akhirnya Hanbin melepaskan Jennie. Wajahnya memerah lantaran tertawa keras. Jennie mengusap air matanya yang berada di sudut matanya. Lalu menatap Hanbin tajam.

"Liat saja nanti pembalasanku!"

Hanbin membalasnya hanya dengan juluran lidah. Pria itu lalu berniat untuk kembali terjun ke ranjang empuknya, saat sebuah bantal tiba-tiba menghantam wajahnya.

"Siapa yang menyuruhmu untuk tidur lagi? Cepat bangun, dan mandi! Aku sudah menyiapkan sarapan dibawah."

***

At That Time | JenbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang