42. Meet My Daughter

1.8K 137 5
                                        

Derap langkah kaki terdengar menggema di sepanjang lorong rumah sakit yang masih ramai ini. Lea terus berjalan dengan cepat, tak sabar ingin segera sampai di ruangan di mana sang mama berada saat ini. Di belakangnya lelaki yang menjemputnya tadi sedang membawa kedua anaknya dengan Danish yang berada dalam genggaman tangannya dan Neyna yang sedang tidur dalam gendongannya. Untungnya kedua anak itu tidak rewel seakan sudah mengerti akan kondisi ibunya saat ini.

"Ruangannya di mana, Mas?" tanyanya sambil menyusuri dan melihat-lihat deretan ruangan di sisi kiri dan kanannya.

"Di sebelah sana, Mbak." jawab lelaki itu sambil menunjuk ke arah ruangan yang tidak terlalu jauh lagi.

Lalu mereka pun berjalan menuju ruangan yang dimaksud. Lea sudah tak sabar ingin segera bertemu dengan mamanya. Tak berapa lama akhirnya mereka sampai di sebuah ruangan yang dimaksud. Tangan Lea bergetar saat ia menyentuh knop pintu. Jantungnya berdegup sangat kencang. Rasa rindu, takut, dan malu bercampur menjadi satu. Ia tak tahu harus bagaimana saat menghadapi apa yang akan ia lihat sebentar lagi.

"Buka saja, Mbak. Tidak apa-apa, tak usah khawatir." ucap lelaki itu yang tahu akan kegugupan wanita muda itu. Lea memejamkan matanya sejenak. Ia mencoba untuk menguatkan hati dan mentalnya. Bismillah... Semoga aku bisa!

Ceklek ....

Pintu akhirnya terbuka membuat dua orang yang berada dalam ruangan yang cukup luas itu langsung menghentikan aktivitas mereka sejenak dan menolehkan wajahnya ke sumber suara. Tiba-tiba hening seketika. Mereka sama-sama tertegun. Mata Lea terpaku pada kedua sosok yang sangat dihormatinya itu. Kakinya terasa lemas tak bisa digerakkan, seakan tak mengizinkan ia untuk berjalan barang selangkah pun menuju mereka meski hatinya berteriak ingin segera melabuhkan pelukan di bahu mereka.

"Ma-Mamma...." cicitnya pelan hampir tak terdengar.

Ia masih belum mengalihkan pandangannya dari sosok wanita yang telah melahirkannya itu. Kedua kakinya tergerak perlahan masuk ke dalam tanpa melepaskan matanya dari mereka. Langkahnya terasa berat hingga dengan pada akhirnya kini ia sampai di depan mereka. Ketiga orang itu berpandangan cukup lama, hingga tanpa sadar kedua tangan Lea merengkuh tubuh wanita yang masih terlihat pucat di depannya itu. Air mata yang sedari tadi ditahan akhirnya pecah juga.

"Mama, aku kangen Mama!" ucapnya dalam tangisnya.

Lana memeluk erat tubuh sang putri. Ia masih tak percaya jika ini bukanlah sekedar mimpi lagi seperti yang sudah-sudah karena efek terlalu merindukan sang putri. Tubuh dalam pelukannya kini nyata.

"Lea... Apa benar ini kamu, Nak?" tanyanya sekali lagi.

Ia takut jika sebentar lagi apa yang ada dalam rengkuhannya akan menghilang dan menyisakan kekecewaan yang sama seperti sebelumnya. Lea memejamkan matanya, merasakan hangatnya pelukan sang mama yang baru sekarang dirasakannya lagi setelah bertahun-tahun mereka tak bertemu. Kini ia merasa seperti saat masih kecil di mana ia tak pernah mau lepas dari dekapan mamanya, di mana ia masih menggantungkan kasih sayang kepada kedua orang tuanya. Perlahan ia melepaskan pelukan mereka dan menatap wajah pucat sang mama. Hatinya begitu teriris melihatnya.

"Ini aku Lea, Ma. Putri cantik kesayangannya Mama." ucapnya sambil tersenyum.

Lana mengulurkan tangannya untuk menyentuh wajah cantik versi dirinya di masa muda itu, memastikan jika ini memang benar-benar nyata. Lea memejamkan matanya, menikmati kasih sayang yang selalu ia rasakan setiap detik di hidupnya itu.

"Mama kangen kamu, sayang. Jangan pernah tinggalkan Mama lagi." ucapnya lemah. Lea melihat sorot harapan yang terpancar di mata yang sama dengannya itu. Hatinya kian sakit melihatnya.

"Iya, Ma. Aku di sini sekarang, gak ke mana-mana. Mama jangan takut aku pergi lagi, ya!" ucapnya mencoba untuk menenangkan sang mama yang terlihat kehilangan sebagian semangat hidupnya itu. Ia tak mau meninggalkan mamanya barang sedetik pun. Yang ia inginkan saat ini hanyalah terus berada di sisi sang mama, melepaskan segala kerinduan yang terpendam selama ini.

This LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang