53. Aku, Kamu, Dan Mereka

2.8K 154 5
                                    

Dari saat mamanya mengajaknya ke butik minggu lalu, Lea sudah menaruh curiga. Mamanya mengajaknya ke sana untuk mencoba sebuah gaun pengantin? Saat ia bertanya mengapa malah mencoba gaun pengantin, bukannya gaun biasa, mamanya bilang jika beliau disuruh sahabatnya untuk memilihkan gaun pengantin untuk putrinya karena sang pengantin sedang sibuk, jadi tak sempat fitting.

Karena ukurannya sama dengan Lea, jadi mamanya menggunakan Lea untuk mencobanya. Alasan yang membuat Lea tak mengerti, tapi karena mamanya selalu menyuruhnya untuk tak banyak protes, ia hanya menurut saja. Ia juga tak terlalu peduli. Dan pada akhirnya mereka membeli gaun cantik juga untuk ke acara resepsi nanti. Lea sangat suka dengan gaun pengantin yang anggun dan lembut itu. Andai ia yang memakainya, bersanding bersama suaminya di pelaminan, impian yang entah kapan bisa terwujud.

Dan pagi ini ia dibuat heran saat mamanya menyuruh seorang penata rias untuk masuk ke kamarnya dan mendandaninya. Saat ia bertanya kenapa ia harus dandan sepagi ini, sedangkan acara resepsi nanti siang, dan kenapa juga harus menggunakan penata rias segala, padahal hanya akan ke kondangan, bisa merias sendiri, tapi mamanya lagi-lagi bilang jangan banyak bertanya, dan lagi-lagi ia tak bisa membantahnya.

"Ma, sebenernya Mama punya rencana apa, sih? Waktu ke butik nyuruh aku nyoba gaun pengantin, terus sekarang nyuruh aku dandan pagi-pagi. Ini yang mau nikah aku atau anak sahabatnya Mama itu." Ucap Lea saat penata rias itu mulai membersihkan wajahnya.

"Udah, kamu diem aja. Jangan banyak tanya! Yang penting kamu harus tampil cantik dan beda hari ini." Jawab Lana yang lagi-lagi tidak memuaskan rasa penasarannya.

Akhirnya Lea menyerah untuk tidak bertanya lagi, karena pasti sang Mama akan menjawab hal yang sama. Ia hanya pasrah saja saat perias itu mulai membubuhkan alas bedak pada wajah mulusnya. Lana tersenyum tipis melihat putrinya yang sedang dirias di depan cermin. Hampir satu jam lebih berkutat dengan riasan, kini Lea sudah tampil berbeda. Lea hampir tak percaya bahwa wajah yang sangat cantik dan anggun di depan cermin itu adalah dirinya. Ia benar-benar sungguh berbeda saat make up itu mengubah tampilan wajahnya yang biasanya selalu terlihat natural.

"Cantiknya putri Mama... Kamu benar-benar berbeda, sayang." Puji Lana yang menatap putrinya takjub. Lea mengalihkan pandangannya pada sang mama yang baru masuk ke kamarnya, ia tersenyum tipis.

"Pasti Pan—"

Lana hampir saja keceplosan. Bisa berantakan kejutannya kalau sampai ia khilaf bicara yang sebenarnya. Lea yang melihat mamanya tak melanjutkan ucapannya mengerutkan keningnya heran.

"Pasti apa, Ma?" Lana hanya tersenyum dan menggeleng saat mendengar pertanyaan putrinya.

"Gak apa-apa, sayang. Mbak, tolong ambilkan baju yang sudah saya siapkan itu, ya!" Perintah Lana kepada penata rias yang mendandani putrinya. Wanita muda itu pergi keluar kamar untuk mengambil baju yang dimaksud Lana.

"Make up-nya tebel banget, Ma. Masa mau ke kondangan menor gini, ngalahin pengantennya. Ini siapa sih sebenernya yang nikah?!" Ucap Lea sambil menatap pantulan dirinya di cermin.

Lana hanya tersenyum mendengar ucapan putrinya. Tak lama penata rias tadi datang membawa sebuah gaun putih. Lea memperhatikan gaun itu dengan seksama. Tunggu! Itu adalah gaun pengantin yang kemarin di butik itu. Kenapa bisa ada di sini? Seharusnya gaun itu ada di rumah sang pengantin, bukan di sini?

"Ma, kenapa gaun itu ada di sini? Seharusnya kan...." Lana hanya tersenyum tipis.

"Sudah, jangan banyak tanya! Nanti juga kamu bakalan tahu sendiri." Ucapnya yang membuat Lea kehilangan kata-kata lagi.

Lea digiring untuk memakai gaun itu. Saat gaun cantik itu terpasang di tubuh indahnya dan terasa pas, Lea merasa begitu takjub dengan penampilannya saat ini, begitu juga dengan kedua wanita itu.

This LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang