Bonus : Extra Part

3.3K 175 17
                                    

Lea mengerjapkan matanya yang masih terasa berat perlahan. Ia bangkit dari berbaringnya dan merentangkan kedua tangannya lebar-lebar sambil menguap. Ia tertunduk sejenak karena kantuk yang masih menguasai. Ia baru sadar kalau tak ada sepasang lengan kekar yang biasa memeluknya semalaman. Ia menoleh ke sampingnya dan kosong, tak ada sosok yang selalu ia nikmati keindahannya setiap bangun pagi. Ia langsung menyibak selimutnya dan beranjak turun dari ranjang.

"Kak Panji ke mana, ya?" Gumamnya sambil memakai sandal bulu dan berjalan menuju kamar mandi di kamarnya untuk memeriksa suaminya.

Setelah membuka pintu kamar mandi, tak didapatinya sosok suaminya di sana. Ia melirik sebentar jam dinding kamarnya, ternyata sudah hampir jam setengah tujuh. Ia menepuk keningnya pelan.

"Ya ampun... Pantes aja."

Ia melihat tirai kamarnya yang sudah terbuka dan sinar matahari yang menyeruak masuk melalui jendela kamarnya yang belum dibuka. Ia sampai tak menyadari jika waktu sudah mulai beranjak siang. Ia pun memutuskan untuk keluar kamar, mencari suaminya dan anak-anaknya yang mungkin sudah bangun. Ia mengerutkan keningnya saat melihat tirai di ruang tengahnya masih tertutup dan lampunya dimatikan sehingga terlihat gelap.

"Ayah, Danish, Neyna, Valen, kalian udah bangun?" Serunya memanggil suami dan anak-anaknya.

Tak ada suara. Di dapur juga seperti hening. Ke mana mereka? Apa mereka sedang jalan-jalan pagi keliling kompleks? Ia berdecak kesal, kenapa tidak membangunkannya dan mengajaknya. Ia bergegas untuk membuka tirai yang masih tertutup.

Sreeettt ....

"HAPPY BIRTHDAY!!!"

Lea hampir terlonjak kaget saat melihat siapa yang ada di balik tirai. Ia hampir saja menjerit histeris kala mendapati suami dan ketiga anaknya kini berdiri di depannya dengan kue tart di tangan suaminya.

"Astaghfirullah... Bikin kaget saja!" Kesalnya sambil mengelus dadanya. Mereka hanya tertawa.

"Selamat ulang tahun, Mama." Ucap Panji yang masih setia tersenyum saat mendapat raut kaget di wajah istrinya. Lea masih speechless. Ia benar-benar kehilangan kata-kata. Ia bahkan lupa kalau hari ini ia ulang tahun.

"K-kalian...." Ia benar-benar tak mampu berucap. Efek keterkejutannya masih belum hilang, dan ia hanya menatap mereka dengan ekspresi yang tak terbaca.

"Sekarang Mama tiup lilinnya!" Seru Danish kepada sang mama. Air mata Lea hampir tumpah, dan sebuah senyum bahagia terbit dari bibirnya. Ia pun meniup lilin angka 33 itu, yang menunjukkan pertambahan usianya sekarang.

"Horeee!!!" Seru ketiga bocah itu girang. Lea menatap mereka dengan senyum bahagia yang masih menghiasi wajahnya dan setetes air mata jatuh menuruni wajahnya.

"Selamat ulang tahun, sayang. Semoga panjang umur, sehat, dan tetap menjadi ibu yang terbaik untuk anak-anak kita." Ucap Panji sambil mencium sayang kening istrinya di depan anak-anak mereka. Mereka bersorak gembira melihat kemesraan yang ditunjukkan oleh kedua orang tua mereka.

"Makasih atas kejutannya, sayang. Aku benar-benar terkejut, bahagia, dan terharu. Bahkan aku sendiri lupa hari ulang tahunku." Ucapnya sambil mengusap air matanya. Panji tersenyum.

"Kami sudah merencanakan ini dari kemarin untuk membuat kejutan untuk mama tercinta. Sekarang, buatlah harapanmu!" Pinta Panji. Lea memejamkan matanya sejenak, berdo'a dan mengucap syukur sejenak atas nikmat dan karunia-Nya.

"Aku hanya minta supaya keluarga kita selalu dilimpahi berkah dan kebahagiaan, diberi cukup waktu untuk melihat anak-anak kita tumbuh menjadi orang-orang yang berguna dan berbakti kepada orang tua serta tak pernah lupa kepada Tuhan dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebaikan." Ucapnya sambil tersenyum. Panji balas tersenyum.

"Selamat ulang tahun, mama kami yang cantik dan hebat. Ini hadiah dari kami." Ucap Danish yang kini sudah besar sambil memberikan sebuah kotak yang dihias indah sebagai kado ulang tahun untuk sang mama. Lea tersenyum dan menerima kotak berukuran sedang itu, lalu mengacak pelan rambut sang putra.

"Makasih banget anak-anak Mama tersayang. Ini apa, ya?" Tanyanya sambil mengguncang-guncang kotak itu. Danish hanya tersenyum penuh arti.

"Rahasiaa... Nanti ya Ma bukanya!" Ucapnya sambil tersenyum. Lea hanya menghela nafasnya dan tersenyum, ia pun mengangguk saja.

"Valen lapel!" Mereka mengalihkan pandangan pada si kecil yang sedang mengusap perut montoknya, lalu mereka tertawa.

"Yaudah, mendingan sekarang kita ke ruang makan! Kita sarapan bersama." Ucap Panji kepada mereka.

"Emangnya udah masak? Kan aku belum masak apa-apa." Ucap Lea sambil berjalan menuju ruang makan bersama mereka. Panji tersenyum.

"Aku sudah siapkan semuanya." Lea hampir terkejut saat melihat hidangan yang sudah tersedia lengkap di meja makan. Ia melirik suaminya.

"Kakak yang masak semuanya?"

Panji tersenyum dan mengangguk. Lea menatap tak percaya suaminya, lalu mengalihkan pandangannya kembali pada meja makan yang kini sudah ditempati oleh ketiga anaknya yang sudah menatap penuh minat dan tak sabar ke arah hidangan yang sudah tersaji di depan mata.

"Iya. Tadi dibantu sama anak-anak. Meski gak mahir, tapi aku masih bisa memasak. Aku kan sudah biasa menangani pekerjaan rumah seperti memasak jika kamu sedang halangan." Ucapnya.

Lea membenarkan dalam hati. Ia tak meragukan kemampuan suaminya dalam memasak, karena saat-saat awal mereka menikah dan Lea belum bisa memasak, Panji suka membantunya mengurus masalah dapur.

"Gak usah banyak pikiran, kita gabung sekarang dengan mereka!" Ajak Panji sambil menarik pelan lengan istrinya yang dinilai terlalu banyak berpikir.

Ia sudah tak sabar ingin segera menyantap juga sarapan pagi yang dihidangkan spesial dalam rangka memperingati hari ulang tahun sang istri. Mereka duduk dikursi bersama ketiga anak mereka.

"Kita berdo'a dulu ya sebelum makan!" Instruksi Panji kepada anggota keluarganya.

Mereka hanya mengangguk, lalu Panji memimpin do'a sebelum mereka memulai aktivitas makan bersama itu. Terasa kehangatan dalam keluarga kecil itu. Panji dan Lea tersenyum melihat bagaimana cerianya anak-anak mereka saat menikmati momen sederhana yang penuh kebahagiaan ini, dan berharap selamanya akan tetap seperti ini, tak akan ada yang pernah berubah sedikit pun.


Yang minta extra part udah aku kabulin, ya. Maaf sebelumnya jika tak sesuai harapan. Terima kasih jga bagi yang sudah menyumbangkan bintang dan komennya. Semoga tetap suka sama cerita saya ini :) Jangan lupa juga ya baca juga ceritaku yang lainnya :D

This LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang