5. The First Day

2.7K 130 1
                                    

Mobil berhenti di depan gerbang rumah yang sudah bertahun-tahun Lea tinggali itu. Panji turun dari mobilnya dan bergegas untuk membukakan pintu, kemudian ia masuk kembali ke dalam mobil dan menjalankannya sampai di halaman rumah. Lea membuka sabuk pengamannya begitu mereka akan turun. Keduanya turun dari mobil dan berjalan menuju pintu rumah.

"Assalamualaikum!" seru keduanya dari depan pintu setelah menekan bel. Tak lama terdengar suara derap langkah kaki dan membuka pintu.

"Walaikumsalam. Seru gak tadi jalan-jalannya?" tanya Lana sambil masuk ke dalam diikuti oleh kedua anak muda di belakangnya.

"Seru, Ma. Kami jalan-jalan ke taman bunga sama ke puncak. Pokoknya hari ini aku puas banget." jelas Lea antusias saat menceritakan tentang perjalanannya tadi bersama sang kakak. Panji hanya tersenyum mendengar celotehan riang adiknya. Mereka tiba di ruang keluarga dan mereka menyalami ayah mereka yang sedang duduk menonton televisi di sofa.

"Lain kali kita bareng-bareng ya Kak bareng keluarga?" tanyanya kepada Panji yang diangguki oleh lelaki itu.

"Iya, siap." Panji menyerahkan beberapa kantong yang dibawanya ke tangan ibu tirinya yang diterima oleh wanita itu dengan senyum senang.

"Wah... Banyak juga oleh-olehnya. Harus sering-sering lah jalan-jalannya biar sering dibeliin oleh-oleh kayak gini." canda Lana sambil tertawa. Mereka hanya tertawa pelan.

"Tadi ke mana aja liburannya?" tanya Akmal yang kini mengalihkan pandangannya kepada kedua anaknya.

"Ke taman bunga sama puncak, Yah. Seru tadi pokoknya." jawab Lea sambil tersenyum senang. Akmal ikut tersenyum mendengar cerita putrinya.

"Wow! Banyak kantongnya. Itu oleh-olehnya, ya?" tanya seseorang yang baru datang dari arah tangga. Mereka semua menoleh kepada seorang remaja lelaki yang sedang berjalan ke arah mereka. Matanya memandang penuh minat kantong-kantong plastik yang tergeletak di kursi sofa.

"Huh! Giliran lihat bawa oleh-oleh aja langsung nyamperin. Tanyain kabar, kek!" gerutu Lea yang dibalas cengiran oleh adiknya.

"Mau ke mana pun jalan-jalannya, yang penting oleh-olehnya jangan lupa." Lea hanya mendengus mendengar penuturan adiknya yang kini sedang memeriksa satu per satu isi kantong-kantong itu. Panji hanya tertawa.

"Udah, udah! Ji, kamu nginep di sini, ya?" tanya Lana memandang putra tirinya. Panji terlihat berpikir.

"Iya, Kak. Kakak kan hampir gak pernah nginep di sini lagi. Lagian ini udah malem juga." ucap Lea membenarkan tawaran mamanya. Akhirnya, Panji mengangguk. Ia tak pernah lagi menginap di sini sejak hari itu. Lagian, ia tak mau dicap mempunyai hubungan yang buruk dengan keluarganya sendiri. Tak ada salahnya ia menginap sehari saja di sini.

"Iya. Aku nginep di sini." Lea tersenyum. Rasa senang membuncah dalam dadanya. Baru sekarang ia sedekat ini lagi dengan sang kakak yang sangat disayanginya itu.

***

Lea menghela nafasnya sekali lagi. Ia mencoba menghilangkan rasa gugup dalam dadanya. Bayangan tatapan tak suka, iri, ataupun menusuk lainnya yang akan ia dapatkan nanti kala ia menginjakkan kaki di sana saat para wanita karyawati di sana melihat dengan siapa ia datang. Ia mendengar jika Panji adalah idola di kantornya selain karena jabatannya yang seorang wakil direktur dan sebentar lagi menggantikan kedudukan ayah tirinya yang sebentar lagi akan lengser dari jabatannya sebagai direktur perusahaan, lelaki itu terkenal dengan parasnya yang termasuk rupawan dan selalu ramah serta sopan terhadap para karyawannya. Tak heran jika kakaknya menjadi lelaki idaman calon imam masa depan yang menjadi impian para wanita.

"Jangan gugup gitu! Tenang aja. Ada Kakak di sampingmu." Lea menolehkan wajahnya pada kakaknya yang tersenyum lembut ke arahnya. Hatinya merasa tenang sejenak melihat senyum hangat yang selalu ia dapatkan itu setiap waktu. Ia ikut tersenyum.

This LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang