50. This Time For Us

1.9K 157 5
                                    

"Kak...." gumam Lea saat merasakan pelukan suaminya semakin erat hingga membuatnya sulit untuk bernafas.

"Kita ke kamar tamu sekarang! Aku menginginkanmu." ucap Panji yang terdengar tak ingin dibantah.

Meski Lea masih diliputi rasa penasaran akan sikap suaminya yang mendadak aneh, tapi ia menurutinya saja. Mungkin nanti ia bisa meminta suaminya untuk bercerita tentang apa yang tengah dialaminya saat ini.

"Tutup pintunya dulu, Kak!" pintanya saat sadar mereka masih di depan pintu.

Ia khawatir penjaga rumahnya atau siapa pun yang kebetulan lewat rumahnya melihat aksi mereka yang mengundang perhatian. Panji melepaskan pelukannya sejenak dan bergegas untuk menutup pintu. Lalu ia menggiring Lea menuju kamar tamu yang tak jauh dari sana. Ia sudah tak sabar untuk segera memadu kasih dengan istrinya.

Setelah sampai di kamar tamu, Panji tak bisa menahan dirinya lagi dan langsung menyerang istrinya membuat Lea cukup kaget. Meski terkejut dan tak siap menerima serangan suaminya yang tiba-tiba, tapi akhirnya ia menerima sentuhan suaminya yang terasa menggebu-gebu saat ini. Mungkin karena mereka baru melakukannya lagi sekarang, karena semenjak mereka tinggal di sini, mereka tidak saling menyentuh. Dan mereka sudah sangat saling merindukan, jadi wajar saja kalau suaminya terasa lebih agresif kali ini, karena ia pun sama mendambakannya juga.

Panji merasa beban yang membuat kepalanya serasa ingin pecah terasa terangkat begitu saja. Ia meluapkan segala emosi, rindu yang terpendam. Rasa lelah seakan tak terasa begitu saja. Lea mengambil selimut untuk menutupi tubuh polos keduanya yang berkeringat. Panji meraih tubuh istrinya untuk didekapnya. Hening tanpa suara, hanya terdengar deru nafas keduanya yang masih belum stabil.

"Besok kita akan ke rumah Mama." Lea langsung mendongak menatap wajah suaminya yang sedang menatap lurus langit-langit kamar.

"K-ke rumah Mama...? Tapi kan aku...." Panji mengalihkan pandangannya pada sang istri yang terlihat gelisah. Ia paham bagaimana perasaan istrinya.

"Jangan takut, ada aku. Aku tak akan membiarkan Mama berbuat macam-macam lagi padamu. Kita bisa bicara baik-baik dengan beliau." ucapnya.

Lea hanya terdiam. Jujur saja, ia masih takut dengan Siska mengingat bagaimana perlakuan wanita itu saat mengetahui pernikahannya dengan Panji dan rumah tangga mereka. Ia merasa was-was, tak sanggup menerima perlakuan tidak menyenangkan lagi dari mama suaminya itu. Sebuah belaian lembut mendarat di kepalanya.

"Sekaranglah saatnya kita memperjuangkan hubungan kita, agar mereka tidak berusaha untuk memisahkan kita lagi." ucap Panji. Lea hanya terdiam, ia hanya berharap semoga saja kali ini keajaiban menghampiri mereka, demi kelangsungan hidup keluarga kecil mereka tercinta.

***

Ucapan Panji tak main-main, kini mereka benar-benar mengunjungi rumah keluarga suaminya itu. Lea tak bisa menutupi kegelisahannya kala mereka sudah berada di depan gerbang rumah mewah di mana keluarga suaminya tinggal. Panji yang tahu istrinya tak tenang di sampingnya langsung menyentuh lembut tangan sang istri dan menggenggamnya erat.

"Jangan takut, ada aku." ucapnya menenangkan. Lea menolehkan wajahnya pada suaminya. Wajah cantik itu masih tetap dirundung gelisah.

"A-aku...."

"Mas Panji, Mbak Lea, ayo silakan masuk!" sapa suara lelaki yang menjaga rumah membuyarkan fokus mereka. Panji dan Lea tersenyum.

"Mamanya ada di dalam, Pak?" tanya Panji. Lelaki paruh baya itu mengangguk.

"Iya, Mas. Ibu ada di dalam. Saya lihat tadi seperti Mas Panji, eh ternyata betul. Cukup kaget saya lihat Mas Panji, soalnya udah lama gak ketemu lagi." ucap lelaki itu. Panji hanya tersenyum.

This LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang