46. Fight

1.6K 141 7
                                    

Ruang makan yang tadi ramai kini terasa hening, hanya tersisa 4 orang. Ketegangan yang sempat tercipta tadi belumlah reda. Belum ada yang bersuara lagi. Siska masih belum meredakan emosinya setelah berdebat dengan putranya tadi. Ia belum tenang sebelum semuanya diselesaikan.

"Pokoknya mereka berdua harus berpisah. Pernikahan mereka gak sah! Saudara mana yang nekat menikah sampai punya anak?! Benar-benar gila!" ucapnya sinis yang langsung mendapat tatapan tajam dari Akmal.

"Cukup, Siska! Berhenti memojokkan mereka berdua. Tak sepantasnya kamu berbicara seperti itu kepada mereka." Siska menatap mantan suaminya tak percaya. Lelaki itu malah membela perbuatan putra-putri mereka yang jelas salah. Ia menggelengkan kepalanya.

"Kamu ngebela mereka? Udah jelas-jelas perbuatan mereka salah. Tak ada yang membenarkan perbuatan mereka. Kamu ini bagaimana sih, Mal?!" ucapnya kesal, tak habis pikir dengan jalan pikiran mantan suaminya itu. Akmal menghela nafasnya sejenak.

"Aku tak membela mereka. Bicaralah yang halus dan tidak menekan mereka. Mereka berdua sudah dewasa, berkeluarga pula. Perilakumu yang seperti tadi hanya akan membuat Panji malah menjauh darimu. Dia adalah lelaki dewasa berkeluarga yang mempunyai jalan hidup sendiri dan tak akan membiarkan orang lain mencampuri kehidupannya, termasuk kita sebagai orang tuanya." Siska mendengus tak suka.

"Aku ibunya, dan aku hanya ingin yang terbaik untuknya. Kamu memang tak pernah memikirkan dan merasakan bagaimana ada di posisiku. Kamu hanya mementingkan keluargamu saja! Dan kamu lupa masih memiliki dua anak yang lain yang juga membutuhkan perhatianmu." ucap wanita itu yang membuat Akmal emosi.

"Jadi kamu menuduhku sebagai ayah yang tak bertanggung jawab? Kamu pikir selama ini aku tak adil kepada anak-anakku? Kamu egois, Siska. Kamu pikir aku tak kecewa dengan perbuatan mereka? Tak perlu ditanya pun kalian sudah tahu kalau aku kecewa. Tapi aku tahu jika menghadapi mereka dengan emosi, itu tak akan menyelesaikan segalanya, hanya menambah rumit keadaan saja." Siska hanya diam masih dengan emosinya.

"Itulah mengapa putrimu sampai nekat juga mengikuti Panji, karena kamu tak pernah tegas kepada mereka. Kamu terlalu memanjakan Lea, sehingga dia tumbuh menjadi gadis tak tahu aturan!" ucapnya mencemo'oh yang langsung membuat Akmal bangkit seketika dari duduknya, menatap penuh amarah wanita masa lalunya itu.

"Jangan pernah menghina putriku! Mulutmu sungguh lancang ternyata. Apa kamu memang tak menyukai keluargaku? Padahal aku menyangka jika kamu tulus kepada putriku, ternyata diam-diam kamu membencinya." ucapnya sambil menatap tajam wanita itu. Siska balas menatapnya tak kalah tajamnya tanpa rasa takut.

"Aku tak membencinya, hanya saja aku merasa kasih sayangmu kepada anak-anakmu tak adil. Semenjak kehadiran Lea dan Karel, kamu tak seperhatian dulu lagi kepada Panji dan Elvira, padahal mereka berdua juga anak-anakmu. Apalagi Panji yang kadang lebih menyayangi Lea daripada Elvira yang lebih dekat dengannya, aku merasa tak terima. Aku tak masalah dengan rumah tanggamu dengan Lana, tapi aku tak suka Lea sampai merebut kasih sayang kamu dan Panji sepenuhnya dari Elvira. Mereka berdua sama-sama putrimu." Akmal semakin geram dengan pernyataan salah wanita itu.

"Kamu benar-benar tak bisa diajak bicara! Jangan pernah menyimpulkan sesuatu seenaknya! Siapa yang salah dari awal di sini? Aku atau dirimu?" ucapnya yang membuat Siska terdiam seketika.

Halim yang sedari tadi hanya menjadi penonton perdebatan mantan pasangan suami istri itu merasa tak enak dengan ucapan Akmal yang tak sengaja menyindirnya. Lelaki itu seakan merasa tak punya kuasa sedikit pun untuk menyela mereka.

"Mama, Ayah, udahlah! Jangan berdebat lagi! Jangan sampai kalian membuat keributan di sini. Gak ada gunanya kalian terus bicara dalam keadaan emosi begini, saling tuduh-menuduh." ucap Elvira yang kini bersuara setelah dari tadi ia menyimak perdebatan kedua orang tuanya.

This LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang