52. Titik Terang

1.9K 153 4
                                    

"Ayah?"

Elvira mengeryitkan keningnya heran melihat kedatangan lelaki paruh baya yang merupakan ayahnya tersebut. Akmal jarang ke sini jika tidak ada sesuatu yang penting. Ia menebak, pasti kedatangan ayahnya ke sini ada sesuatu yang penting dengan keluarganya.

"Eh, Vir. Maaf Ayah datang ngedadak ke sini. Mama dan Papa ada?" Tanya Akmal kepada putrinya. Elvira mengangguk.

"Ada Yah, lagi pada kumpul di dalem. Ayo Yah ke dalem!" Ucap Elvira mempersilakan ayahnya masuk. Akmal masuk ke dalam mengikuti putrinya sampai mereka sampai di ruang keluarga di mana mantan istrinya dengan suaminya berada.

"Ma, Pa, ini ada Ayah!" Serunya kepada pasangan suami istri itu yang tengah asyik bercanda. Mereka berdua menghentikan tawanya sejenak dan mengalihkan pandangannya pada Akmal yang baru datang.

"Oh, Akmal. Silakan duduk!" Pinta Halim kepada mantan suami istrinya itu. Akmal mengangguk dan ikut bergabung di sofa bersama mereka.

"Maaf tak memberitahu kedatanganku sebelumnya. Aku ada perlu dengan kalian. Ini tentang Lea dan Panji." Ucapnya langsung ke inti membuat mereka berdua terdiam sejenak.

"Siska, apa kamu masih tetap dengan pendirian kamu, tidak merestui mereka? Sementara Panji sudah tahu siapa jati dirinya yang sebenarnya." Siska masih terdiam, belum memberikan jawaban.

"Bagaimana sekarang dengan hubungan mereka?" Tanya Halim yang penasaran dengan hubungan anak tirinya sekarang setelah terungkap identitasnya yang sebenarnya.

Ia sendiri kaget saat mengetahui jika ternyata putra tirinya itu bukanlah putra kandung istrinya dengan mantan suaminya, melainkan putra kakak dari Akmal yang sudah meninggal. Istrinya tak berhenti meminta maaf telah menyembunyikan rahasia itu dan menjelaskan alasannya. Ia paham akan kondisi istrinya saat itu yang baru saja kehilangan bayi yang baru dilahirkannya. Ia sendiri kadang masih tak percaya ini.

"Baik-baik saja. Aku kasihan dengan mereka, terutama kedua anaknya. Pernikahan mereka tidak benar-benar sah, karena Lea menggunakan wali hakim sebagai wali nikahnya tanpa persetujuanku. Status mereka belum jelas, karena mereka menikah secara sirri. Untuk itu, aku ke sini ingin berbicara enam mata dengan kalian untuk membicarakan tentang kelanjutan hubungan mereka." Jelasnya. Siska dan Halim terdiam.

"Siska, aku mohon padamu, singkirkan sejenak egomu. Jangan bawa masalah kita pada hubungan mereka. Mereka sudah berkeluarga, dan mereka butuh kejelasan dan pengakuan. Jika kamu merasa cemburu karena dirasa aku kurang adil memperlakukan anak-anak, aku minta maaf. Aku menyayangi anak-anakku, Panji, Elvira, Lea, dan Karel. Aku dan Lana tidak pernah membeda-bedakan mereka, semuanya sama rata. Untuk itu aku mohon, restuilah Panji dan Lea. Mereka berhak untuk bahagia bersama keluarga kecil mereka." Ucap Akmal memohon kepada mantan istrinya. Ia berharap Siska bisa menurunkan egonya sedikit saja demi kebahagiaan anak-anak mereka.

"Aku ingin istrirahat sekarang! Aku sedang tak ingin membahas itu saat ini." Ucap Siska pada akhirnya sambil beranjak dari duduknya.

Wanita itu lebih memilih untuk memutuskan pergi dari sana, menghindari pembicaraan yang malas untuk diperdebatkannya. Ia langsung kehilangan mood-nya seketika. Baik Akmal ataupun Halim tak ada yang mencegahnya. Mungkin biarlah Siska menenangkan dirinya sendiri.

"Nanti biar aku bicara dengan Siska lagi. Kamu tenang saja." Ucap Halim. Akmal hanya mengangguk. Semoga saja suami mantan istrinya itu bisa meluluhkan kerasnya hati wanita itu.

"Baiklah. Maaf sudah mengganggu waktu kalian sebelumnya. Lebih baik aku pulang dulu sekarang. Assalamualaikum." Pamitnya sambil beranjak dari duduknya dan menyalami Halim.

"Waalaikumsalam. Maafkan sikap istriku tadi." Jawab Halim yang diangguki oleh Akmal. Lalu lelaki itu memutuskan untuk pamit dari sana. Tak hentinya ia berharap semoga Siska berubah pikiran dan mau menerima hubungan anak-anak mereka.

This LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang