3 bulan kemudian ....
Binar kebahagiaan terpancar dari wajah pasangan suami istri itu yang baru saja keluar dari ruang praktek dokter kandungan di sebuah rumah sakit umum. Sang suami mengelus lembut perut buncit istrinya dengan sayang membuat beberapa pasang mata memandang kagum dan iri kepada pasangan muda yang terlihat mesra dan harmonis itu. Mereka berjalan menyusuri lorong-lorong rumah sakit yang selalu ramai itu.
"Aku senang Kak denger penjelasan dokter tadi. Akhirnya apa yang kita takutkan selama ini tidak terjadi. Dia sehat-sehat saja selama kita memeriksakannya dan tidak ada tanda-tanda kekurangan dalam fisiknya." jelas Lea sambil tersenyum. Panji ikut tersenyum.
Hari ini mereka berdua memeriksakan kandungan kepada dokter di rumah sakit untuk USG. Mereka ingin mengetahui perkembangan buah hati mereka dengan jelas. Jujur saja selama Lea mengandung, ia selalu diliputi rasa takut dan gelisah akan perkembangan janin yang sedang dikandungnya. Fakta bahwa mereka memiliki darah yang sama sangat berpengaruh besar terhadap kondisi fisik dan mental saat anaknya lahir nanti.
Ia sangat takut jika apa yang selalu dibayangkannya selama ini, sesuatu yang tidak diinginkan terjadi kepada buah hati mereka nanti saat lahir. Tapi saat mendengar penjelasan dokter tadi begitu ia di-USG, dokter muda itu menjelaskan bahwa kandungannya baik-baik saja. Bahkan pergerakannya aktif di dalam rahimnya membuatnya dan suaminya meneteskan air mata haru, takjub melihat pemandangan bayi mungil mereka yang bergelung nyaman di rahimnya seolah menunjukkan bahwa ia baik-baik saja di dalam sana. Bayi mereka diprediksi normal dan tidak kurang suatu apa pun membuat mereka bisa menghirup nafas lega.
"Iya. Tadi kita mendengar detak jantungnya, begitu merdu sekali. Dia terlihat aktif dan menggemaskan di dalam rahimmu. Aku sudah tak sabar untuk segera menimangnya dalam gendonganku." ucap Panji antusias saat menceritakan tentang kondisi buah hati mereka saat di ruangan dokter tadi. Lea tersenyum.
Kini mereka sedang merasakan rasanya menjadi sepasang calon orang tua yang tengah berbahagia menanti kehadiran buah cinta mereka yang akan lahir dua bulan lagi. Ia sendiri sudah tak sabar ingin segera melihat wajah anak mereka yang pastinya sangat lucu dan menggemaskan, menimangnya dengan penuh kasih sayang dalam pelukan hangatnya.
"Prediksi dokter katanya bayi kita cowok, Kak. Kakak seneng anak kita berjenis kelamin cowok?" tanya Lea. Panji menoleh sekilas dan tersenyum.
"Cewek ataupun cowok sama saja. Yang penting dia sehat dan tumbuh berkembang dengan baik serta lahir dengan selamat nanti." ucapnya. Lea mengangguk.
Benar, mendengar bayi mereka sehat dan baik-baik saja sudah cukup membuat mereka lega dan tak perlu khawatir berlebihan lagi saat menghadapi hari kelahiran nanti. Ia hanya perlu selalu berpikir positif saja. Yakin semuanya akan baik-baik saja.
"Kita ke supermarket dulu ya, Kak?! Susu hamilku sudah habis dan juga udah waktunya belanja bulanan." ucap Lea yang diangguki oleh suaminya.
Mereka pun berjalan meninggalkan pelataran rumah sakit menuju pinggir jalan raya untuk mencegat angkot yang lewat. Panji tak berani membawa motor karena kandungan istrinya yang sudah membesar dan takut berdampak buruk karena guncangan juga posisi duduk yang tidak nyaman yang disebabkan oleh perut besarnya. Ia mengutamakan keselamatan istri dan anaknya.
***
Mereka sampai di sebuah supermarket untuk belanja kebutuhan rumah tangga yang sudah habis. Mumpung mereka sedang ke kota karena jarak tempat tinggal mereka yang jauh ke kota. Berbeda saat dulu masih tinggal di Jakarta. Mereka tak perlu seribet ini hanya untuk jalan-jalan atau menjelajah pusat perbelanjaan karena letak rumah mereka yang ada di kota. Tapi kini mereka sudah terbiasa lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
This Love
RomanceCinta itu bagaikan angin, tak pernah bisa diatur ke mana arahnya, ke mana dia ingin berlabuh. Kita tak pernah bisa mengatur hati kita untuk jatuh cinta kepada siapa. Lea tak pernah berpikir dalam hidupnya akan merasakan semua ini, merasakan sebuah p...