4. The Day With My Brother

2.9K 150 0
                                    

Lea melirik jam dinding yang menempel di dekat meja rias. Ia mengucek matanya yang masih terasa berat. Seketika matanya langsung melotot saat melihat letak jarum jam. Setengah sepuluh pagi! Ya ampun... Mungkin efek karena ia belum mempunyai pekerjaan apa-apa selain bersantai di rumah, sehingga ia bebas tidur dan bangun kapan pun ia mau. Tadi malam ia baru tidur hampir jam 3 pagi. Segera ia menyibakkan selimut yang membungkus tubuhnya dan berlari menuju kamar mandinya. Wajahnya terlihat kusut dengan kantung mata yang membengkak dan wajah yang terlihat lelah. Masih terdapat juga bekas sisa air matanya semalam. Langsung disambarnya sikat dan pasta gigi di dekatnya. Digosoknya mulutnya sampai bersih dan membasuhnya. Tak lupa juga mencuci wajahnya agar terlihat segar. Masih dengan kaos hijau kebesarannya dan celana pendek setengah pahanya serta rambut yang dicepol, ia keluar dari kamarnya untuk menuju lantai bawah di mana keluarganya biasa berkumpul. Ia hampir lupa kalau ayahnya dan adiknya sudah berangkat sekolah dan bekerja. Ia berjalan menuruni tangga dan samar-samar ia seperti mendengar suara yang sudah dikenalnya selama ini. Jantungnya berdegup kembali. Benar-benar tak bisa terkontrol! Membuatnya menjadi salah tingkah saja.

"Kamu nginep di sini lah, Ji. Biasanya kan waktu kamu kecil hampir setiap hari kamu nginep di rumah Mama. Pasti Lea seneng banget kamu mau nginep di sini lagi." itu suara mamanya yang sedang mengobrol dengan kakaknya.

"Iya, Ma. Insyaallah kalau ada waktu, pasti aku akan nginep lagi di sini."

"Harus! Lea selalu kangen dengan kamu. Apalagi dulu kalian tak pernah terpisahkan." dasar Mama! Rona merah langsung menyebar di wajah putihnya.

"Ehem!" kedua orang itu tersentak saat mendengar suara deheman itu.

"Ya Allah, Lea... Bikin kami kaget aja." ucap Lana sambil mengelus dadanya. Lea hanya terkekeh pelan.

"Kelihatannya kalian lagi asyik ngobrol aja nyampe gak tahu aku dateng." Lea melirik kakaknya yang sedang menatapnya.

"Kak Panji kapan ke sininya?" tanyanya. Panji tersenyum tipis.

"Tadi pagi jam delapan." Lea hanya mengangguk.

"Kakak gak berangkat kerja?" Panji menggeleng.

"Lagi pengen libur aja sehari." Lea mendengus.

"Yeee... Mentang-mentang kantor punya keluarga sendiri, jadi bisa seenaknya libur. Jangan gitu lah, Kak! Kakak kerja kan juga digaji. Nanti makan gaji buta lagi." Panji hanya tertawa mendengar omelan sang adik.

"Cuma sehari ini. Lagian Papa juga ngasih aku cuti buat libur sehari untuk beristirahat karena kemarin aku udah pergi kerja keluar kota untuk mewakili rapat di sana dengan sebuah perusahaan asing yang akan bekerja sama dengan perusahaan kami." jelasnya. Lea hanya mengangguk saja.

"Panji sengaja datang ke sini buat ngajak kamu jalan-jalan, sayang. Kalian kan baru bertemu lagi. Jadi Panji sempetin waktu untuk kalian berdua kangen-kangenan." jelas Lana membuat Lea sedikit terkejut. Apa Panji sengaja meliburkan dirinya hanya untuk mempunyai waktu dengannya? Ah, belum tentu juga. Mungkin ia yang memang terlalu GR.

"Ayo cepetan mandi sama dandan yang cantik! Anak gadis kok jam segini penampilannya kalah sama pembantu sebelah yang udah kelihatan 'wow' pagi ini sampe ngalahin majikannya sendiri." Lea mencebikkan bibirnya saat mendengar ucapan mamanya. Ia teringat dengan Leona alias Lesti, pembantu sebelah yang masih muda dengan dandanan cetar macam Syahrini yang ia akui dia jago dalam gaya berpakaiannya yang selalu modis serta make up-nya yang menor meski statusnya hanya sebagai ART. Panji hanya menahan tawanya. Lana mendorong pelan putrinya dari hadapan mereka.

"Cepetan! Mama gak suka kamu males-malesan. Masa cantik-cantik bau bangun tidur." Lea hanya mengangguk malas.

"Iya, iya." putusnya sambil membalikkan tubuhnya meninggalkan mereka.

This LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang