9. Sister's Ex

2.2K 117 0
                                    

Tempat parkir sudah sepi. Lea buru-buru memarkirkan motornya dan melepas helmnya. Ia merapikan rambutnya yang berantakan sejenak dan make up-nya. Ia berjalan dengan terburu-buru menuju ke dalam kantor. Gawat! Ia terlambat bangun. Ia terbangun hampir jam tujuh. Ia bahkan tak sempat sarapan dan langsung tancap gas dengan motor kesayangannya. Ia harus mengebut menembus kemacetan dan untungnya ia sampai dengan selamat. Ia tak memikirkan apa-apa lagi. Ia memikirkan citranya sebagai karyawati baru di sini. Peraturan bagi semua karyawan untuk tidak terlambat dan jika terlambat akan berpengaruh pada reputasi, jika sudah sering maka akan berpengaruh pada pemotongan gaji. Tentu saja Lea tak mau. Ia tak mau dicap sebagai karyawan yang tidak disiplin yang nantinya akan berpengaruh pada citra kakaknya juga sebagai atasan di sini.

Brukkk....

Lea hampir terjengkang jika saja tidak ada sebuah lengan besar yang menahannya, apalagi ia memakai high heels hitam yang cukup tinggi. Ia bisa terjatuh parah jika sampai tidak ada yang menahan. Ia cukup terkejut dan hampir menjerit saat dirinya berada dalam pegangan seseorang. Lea menatap wajah orang yang menahannya itu. Seketika keningnya mengerut saat melihat wajah seorang lelaki yang tak asing lagi baginya.

"Kak Victor?" gumamnya. Lelaki itu juga sama terkejutnya.

"Lea?" Lea mencoba melepaskan diri dari rengkuhan lengan lelaki tampan berkaca mata itu.

"Benar kamu Lea?" tanyanya sekali lagi. Ada tatapan tak percaya dan tak menyangka akan bertemu dengannya saat melihatnya. Lea mengangguk dan tersenyum. Ia mengulurkan tangannya untuk menjabat tangannya.

"Bagaimana kabarmu, Kak?" tanyanya kepadanya. Lelaki itu tersenyum dan menyambut uluran tangan Lea.

"Alhamdulillah baik. Kamu sendiri?"

"Alhamdulillah baik juga." Lea menepuk keningnya.

"Aduhh... Aku lupa aku udah telat banget. Maaf ya Kak, aku harus buru-buru masuk. Udah telat banget ini." ucapnya sambil berlalu menuju arah lift meninggalkan lelaki itu yang masih terdiam menatap punggung Lea yang sudah menghilang masuk ke dalam lift yang akan membawanya ke atas. Lea melirik kembali jam di tangannya. Ia gelisah menunggu pintu lift yang belum terbuka. Bunyi ketukan sepatu yang dikenakannya bergema di ruangan lift yang sempit itu dan hanya dirinya di sana. Ia sudah terlalu telat.

Ting!

Pintu lift akhirnya terbuka dan Lea buru-buru keluar. Ia setengah berlari melewati lorong-lorong dan bergegas masuk begitu sudah sampai di depan ruangannya. Semua rekannya sudah duduk manis di biliknya masing-masing. Ia langsung masuk ke dalam biliknya tanpa melirik ke kanan kiri lagi. Ia langsung menaruh tasnya dan menghembuskan nafasnya yang masih memburu.

"Huffttt...." ia memejamkan matanya sejenak.

"Kesiangan, ya?" bisik suara seseorang dari bilik sebelah. Lea menolehkan wajahnya sejenak dan mengangguk.

"Iya. Aku kesiangan. Tadi juga terpaksa kebut-kebutan di jalan, haduhh...." gadis berhijab itu tertawa pelan.

"Ngapain aja atuh, Neng? Ada gebetan baru kayaknya sampe begadang. Boleh dong nanti bagi-bagi ceritanya, hehe...." ucapnya sambil cengengesan. Lea mengerucutkan bibirnya.

"Gebetan dari Hongkong! Udah ah, gak enak sama yang lain. Kita kerja!" ucapnya sambil menyalakan komputernya. Husna mengangguk dan kembali duduk di biliknya, kembali berkutat dengan tugas masing-masing. Sungguh hari yang tak pernah Lea duga, acara kesiangan yang berujung dengan pertemuan tak sengajanya dengan lelaki dari masa lalunya itu.

***

Sebenarnya Panji tak tega dengan lelaki tua yang ia hormati seperti orang tuanya itu kini duduk dengan menundukkan kepalanya, tak berani menatap wajahnya. Kasihan sekali beliau yang mempunyai reputasi baik sebagai senior yang selalu ramah dan tak pernah lupa menebar senyum hangat kepada setiap karyawan dan karyawati di sini, kini ia ikut tercoreng hanya karena kelakuan memalukan sang ponakan yang sudah kelewatan berbuat ulah di sini dan menggunakan namanya sebagai tameng agar tidak ada yang berani melawan atau menuntutnya atas tindakan semena-menanya. Panji sangat menyesalkan tindakan sang ponakan yang tidak tahu diuntung bisa diterima di sini dengan mudah meski ia akui keahliannya masih terbilang biasa saja, tak ada yang istimewa. Ia menerima mantan sekretarisnya karena melihat kebaikan lelaki tua itu sebagai sang paman dari wanita itu.

This LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang