45. Never Break Apart

1.6K 138 9
                                    

Ruang makan keluarga Akmal kini berubah menegangkan. Kedatangan keluarga Halim ke rumah itu bukanlah hal yang tidak disengaja. Begitu Akmal mendapati sang putra yang sudah lama tak ditemuinya tersebut di rumahnya saat ia pulang dari tempat bekerja, ia langsung menghubungi Halim. Suami mantan istrinya tersebut memberitahukan sebelumnya jika nanti Panji pulang ke rumahnya untuk menyusul Lea, ia harus menghubunginya. Sudah seharusnya ia mempertemukan Panji dengan mereka yang merupakan keluarganya juga, apalagi putranya tinggal dan diasuh oleh mantan istrinya.

Siska berjalan mendekati gadis yang telah dibawa putranya selama kabur. Hingga ia sudah berada di depan Lea, ia belum membuka suara. Ia mengamati gadis cantik yang terlihat lebih dewasa dan bersinar dari saat terakhir kali bertemu dengannya beberapa tahun yang lalu. Ia tak tahu bagaimana rasanya saat bertemu kembali dengan gadis yang ia ketahui ternyata dicintai putranya selama ini. Sungguh sampai sekarang pun ia masih tak percaya jika mereka yang bersaudara saling mencintai layaknya pasangan kekasih pada umumnya.

"Bagaimana kabarmu, Lea?"

Akhirnya wanita itu membuka suara setelah beberapa jenak ia memandang gadis itu. Lea yang merasa dirinya disapa mendongakkan kepalanya dan membalas tatapan wanita itu. Raut wajahnya masih tetap sama, tak bisa ditebak.

"Ba-baik, Ma...." jawabnya gugup. Ia meremas jemari tangannya gelisah karena wanita ayu itu masih tetap tak mengalihkan pandangannya darinya.

"Syukurlah kalau kalian baik-baik saja. Aku bisa merasa tenang kalian bisa sampai ke sini dengan selamat." ucapnya yang membuat semua yang ada di sana, terutama Lea mendesah lega.

Lea hanya takut Siska membencinya saat terakhir kali ia dan Panji disidang saat mereka ketahuan tengah bercumbu di kamarnya waktu itu oleh mamanya. Ia masih ingat waktu itu wajah marah Siska yang menjadi orang pertama yang sangat menentang hubungan terlarang mereka. Jujur ia masih agak trauma dengan kejadian itu yang membuatnya dan Panji hampir berpisah jika saja suaminya tidak nekat membawanya pergi jauh dari sini.

"Mama, ate tu capa?" Semua yang ada di sana menolehkan wajahnya pada seorang bocah pemilik suara riang itu.

Siska mengalihkan pandangannya pada bocah kecil yang duduk di samping Lea. Ia baru menyadari keberadaannya setelah beberapa lama ia ada di sini. Ia mengamati wajah lucu nan tampan itu sejenak. Tunggu! Kenapa wajahnya sangat mirip dengan putranya? Melihat wajah bocah itu seakan melihat Panji waktu kecil. Lalu pandangannya beralih lagi kepada gadis kecil yang sedang duduk di pangkuan Lana dan mengamatinya lagi. Yang ini wajahnya perpaduan antara Lea dengan Panji.

Berbagai pertanyaan mulai menyerang benaknya. Siapa sebenarnya kedua bocah itu? Dan tadi ia mendengar bocah lelaki itu memanggil Lea dengan sebutan 'Mama'. Perasaannya mulai tak karuan. Sekian lama tak bertemu ternyata begitu banyak hal yang tak diketahuinya selama ini. Ia butuh penjelasan! Ia lalu mengalihkan pandangannya lagi kepada putra dan putri mantan suaminya, menatap mereka penasaran.

"Emm..., ini...." Lea kebingungan menjawab pertanyaan sang putra.

"Siapa dua anak kecil ini? Kenapa wajahnya mirip kalian berdua?" tanya Siska sambil menatap Lea dan Panji bergantian. Lea semakin gelisah di tempatnya. Nada wanita itu terdengar begitu mengintimidasi.

"Mereka berdua anakku, Ma." Semua mata langsung tertuju kepada Panji. Lea terkejut dengan pengakuan suaminya, terlebih Siska yang kini menutup mulutnya tak percaya.

"A-apa...?!!" ucapnya tak percaya.

Ia tak melepaskan pandangannya dari kedua bocah itu. Suasana yang sempat tenang sejenak langsung menegang kembali. Wanita itu perlahan berjalan mendekati dua orang yang diyakininya sebagai tersangka. Lea merasa gugup luar biasa kala melihat pandangan Siska yang terlihat tajam. Ia tak berani menatap matanya.

This LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang