1. Homecoming

5.8K 213 1
                                    

Suasana hiruk pikuk di bandara yang dipenuhi oleh orang-orang yang berlalu-lalang dengan tujuan masing-masing. Ada yang bertujuan untuk bepergian jauh, ada yang sedang menunggu atau mengantar keluarga atau orang terkasihnya. Suara pemberitahuan pesawat akan mendarat sebentar lagi menggema di area bandara yang luas itu. Beberapa saat kemudian tibalah sebuah pesawat yang mendarat dan berhenti. Semua penumpang berhamburan keluar dari burung besi itu. Seorang gadis cantik dengan penampilan kasual dan simple dengan baju kaos putih dipadu rompi coklat dan celana jeans-nya serta rambut yang dicepol ke atas sedang berjalan di tengah-tengah kerumunan orang-orang sambil menarik kopernya. Ia mengedarkan pandangannya ke setiap arah untuk mencari-cari seseorang yang sedang menunggunya saat ini. Cukup lama ia berputar di tengah lautan manusia untuk mencari namanya yang tertera di sebuah kertas yang diangkat tinggi-tinggi di antara banyaknya orang yang menjemput di sana. Begitu mata indahnya menangkap sebuah papan nama yang bertuliskan nama lengkapnya, langsung saja ia berlari menerobos kerumunan orang-orang untuk cepat sampai di hadapan orang yang sudah dirindukannya.

"KAREEL!!!" pekiknya riang saat ia menemukan sosok yang disayanginya setelah kedua orang tuanya selama ini. Ia tak peduli dengan beberapa orang yang memandangnya aneh dan terganggu dengan aksi hebohnya. Mereka tak akan merasakan bagaimana rindunya ia pada sosok itu.

"Kakak kangen kamu, Adek." ucapnya sambil memeluk erat tubuh tinggi sosok remaja di hadapannya tak peduli dengan reaksi kaget remaja lelaki itu.

"Lebay! Malu tahu sama orang-orang!" gerutunya kesal sambil melepas paksa pelukan erat gadis yang berstatus sebagai kakak di hadapannya ini. Ia mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya dan tersenyum minta maaf atas kelakuan rempong kakaknya ini. Gadis itu langsung cemberut.

"Tega kamu, Dek. Emangnya kamu gak kangen Kakak apa?" tanyanya dengan wajah dibuat sesedih mungkin. Remaja itu hanya mendengus.

"Nanti kangen-kangenannya, bukan di sini! Ayo, Kak! Semua udah pada nungguin di rumah." gadis itu tersenyum kembali dan mengangguk.

"Yuk! Sorry ya Karel adikku sayang... Abis Kakak kangen banget sama kamu. Udah gede aja ditinggal beberapa tahun sama aku." ucapnya sambil berjalan mengikuti langkah adiknya yang berjalan di depannya.

"Aku kan udah SMP, bukan anak kecil lagi." jawabnya datar, seperti biasanya. Ia sudah paham dengan sikap cool adiknya, persis sang paman. Kadang ia suka greget dan kesal sendiri, tapi ia selalu merindukan sosok itu sejak mereka berjauhan untuk pertama kalinya. Mereka sampai di sebuah mobil hitam yang terparkir tak jauh dari bandara. Gadis itu tersenyum lebar saat melihat sosok tua yang sudah dianggapnya sebagai orang tuanya sendiri sejak ia kecil.

"Pak Kasim! Apa kabarnya, Pak?" tanyanya masih dengan suara riangnya saat sudah sampai di hadapan sosok orang tua itu dan menyalami tangannya yang sudah keriput. Bapak tua itu tersenyum senang.

"Neng Lea... Aduhh..., si Eneng udah gede dan cantik aja. Alhamdulillah Bapak baik, Neng. Eneng sendiri bagaimana kabarnya?" tanyanya sambil menatap takjub gadis yang sudah dianggapnya seperti cucunya sendiri itu. Lea tersenyum.

"Hehe... Bapak bisa aja. Gimana kabar keluarga?" tanyanya sambil memasuki mobil. Ia duduk di belakang.

"Alhamdulillah baik juga, Neng. Kapan atuh maen ke rumah Bapak di Cimahi?" tanya lelaki tua itu sambil menjalankan mobil meninggalkan area bandara.

"Insyaallah nanti ke sana, Pak. Kangen sama karedok buatan Ibu." ucapnya sambil tertawa pelan.

"Siip lah, Neng. Diantos ku Bapa, hehe...."

Lea memandangi pemandangan di setiap jalanan yang dilewati. Ia rindu Jakarta, rumah tempatnya kembali. Mereka berbincang-bincang di sepanjang perjalanan ditemani musik yang mengalun dari dashboard mobil. Siang ini jalanan macet membuat Lea sangat gerah. Ia hanya ingin segera sampai rumah dan menjatuhkan tubuhnya yang sudah sangat lelah di ranjang tercintanya. Setelah cukup bersabar menunggu kemacetan terurai, akhirnya do'anya untuk segera sampai di istana tercinta akhirnya terkabul juga. Karel dan Pak Kasim membantu Lea menurunkan dan membawa barang-barangnya dari bagasi. Lea memandang rindu rumah yang besar meski tak semewah rumah kakeknya. Senyum lebar berkembang di bibirnya. Ia sangat merindukan keluarga tercintanya.

This LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang