Pagi.
Aku terbangun dari tidurku, karena aku dibangunkan oleh bidadari. Hahah, bercanda.
Aku langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhku. Selesai mandi, memakai baju. Hari ini aku memakai skinny jeans dan sweater berwarna pink bertuliskan GIRL.
Setelah itu, menuju meja rias, menyisir dan mengikat rambutku, memberi polesan bedak dan lipbalm. Lalu menuju ke bawah.
Di bawah, sudah terlihat mom, dad dan boys.
"Morning.." sapaku sambil duduk di bergabung di ruang makan.
"Morning too." balas mereka.Setelah itu kami sarapan bersama. Mom membuat spagetti untuk pagi ini. Setelah selesai, kami berkumpul di ruang keluarga.
Sepertinya dad mau mengajak kami jalan jalan.
"Kalian ikut dad ya.." ajak dad. Benarkan?
"Kemana?" tanya Harry.
"Ke sekolahan dad yang ada di sini." ucap dad.
"Dad juga punya sekolah disini?" tanyaku.
"Punya." balas mom.
"Yasudah ayo kita berangkat." aja mom lagi.Akhirnya kami berangkat ke tempat yang dad maksud tadi. Apa? Sekolah? Aku masih tidak mengerti.
Aku menengok ke sebelah, tepatnya ke arah Zayn, dia sibuk dengan ponselnya.
"Kak Zayn." panggilku.
"Yapp, ada apa babe?" balasnya.
"Maksud dad tadi apa, aku benar benar tidak mengerti." tanyaku.
"Kita mau ke sekolahnya dad, dad membikin sekolah disini, jadi dad mengajak kita." jelas Zayn.
"Ouhh..., kira kira siswanya seperti apa ya?" tanyaku.
"Pasti berbeda dengan kita babe.." ucap Zayn. Aku mengangguk.Tak lama, kami sampai di sekolahnya. Banyak yang memperhatikan kami. Kira kira boys akan diserbu gak ya?
Kami turun dari mobil. Apa kata aku tadi? Banyak yang memperhatikan kami. Sepertinya banyak juga yang komen.
"Siapa tuh.."
"Tau, cantik sama ganteng lagi."
"Iya tuh, mobilnya mantap, alphard."
"Itu di kawal juga lagi."
"Itu bukannya bapak yang punya sekolah ini ya?"
"Iya benar. Bapak Cobuzer kan?"
"Iyap."Seperti itulah komentar komentar dari siswa itu. Walaupun aku tidak mengerti.
Dad menuju ke ruang kepala sekolahnya. Tapi mom dan dad menyuruh kami untuk menulusuri sekolahan ini.
Ternyata sekolahnya bagus juga, besar, rapi, bersih. Dad memang pernah bilang kepada kami, kalau dad ingin membangun sekolah di berbagai negara. Dan akhirnya terwujud juga keinginan dad.
Kami mengelilingi sekolah ini. Tapi ada segerombol anak perempuan menuju ke arah kami. Sepertinya dia mau menghampiri boys. Mungkin mereka tau One Direction.
Sampai di hadapan kami, mereka tersenyum dan kami membalasnya.
"You One Direction?" tanya salah satu siswa itu.
"Yaa." balas Louis.
"May ask for a signature?" tanya mereka.
"Sure." balas boys.Lalu mereka langsung menyiapkan kertas dan pulpen. Lalu langsung menyerbu boys.
Tiba tiba ada yang mendorongku sampai tubuhku terhempas tembok. Entah mengapa mereka mendorongku? Tapi ku akui, ini sangat sakit.
Boys yang melihatnya, langsung menyuruh mereka berhenti.
"Stop!" teriak Liam.
"Who pushed my sister?" tanya Zayn.
Tidak ada yang mengakuinya. Aku juga tidak melihatnya.
"Sudahlah kak, aku ti-." ucapanku terpotong.
"Babe, hidungmu." ucap Niall panik.Aku langsung memegang hidungku, ternyata ada darah keluar dari hidungku. Seakan ada yang menyedot energiku. Aku pun tak sadarkan diri. Semuanya berubah menjadi gelap.
*Liam's POV
Kami panik sekali saat ada darah yang keluar dari hidung Aura. Dan sekarang Aura tidak sadarkan diri.Aku langsung mengangkat Aura ke ruang kesehatan yang ada di sekolah ini. Zayn mengasih tau mom dan dad.
Aku dan yang lainnya membantu untuk membersihkan hidung Aura. Tak lama mom dan dad datang dengan wajah yang sangat khawatir.
Mom dan dad langsung mendekat ke arah Aura.
"Kenapa bisa jadi seperti ini?" tanya dad panik.
"Tadi ada segerombol siswa mendekati kami untuk meminta tanda tangan, saat kami perbolehkan mereka, tiba tiba ada yang mendorong Aura sampai tubuhnya terhempas ke tembok, kami melihat itu, lalu tak lama darah keluar dari hidung Aura, lalu tak sadarkan diri." jelas Harry.
"Baiklah." ucap dad, lalu keluar.Mom sedang berusaha membangunkan Aura.
*Aura's POV
Pusing.Pusinglah yang terasa di kepalaku saat aku membuka mataku, seperti tidak ada energi di dalam tubuhku. Saat ini aku merasa lemas sekali. Terlihat ada mom dan boys dihadapanku.
Mereka tersenyum kearahku.
"Syukurlah kau sudah bangun babe.." ucap Zayn.
"Apa ada yang sakit?" tanya mom. Aku menggeleng.
"Kau istirahat saja dulu." lanjut Louis.Tak lama dad kembali.
"Kita pulang sekarang. Kasihan Aura." ucap dad. Boys mengangguk.Akhirnya kami pulang. Tapi aku diangkat oleh Zayn, karena tubuhku masih lemas.
Sampai di mobil, Zayn menidurkanku di pangkuannya. Tak lama aku terlelap sendiri.
*Zayn's POV
Kami telah sampai di rumah. Tapi Aura tertidur di dalam pelukanku. Akhirnya Aura aku gendong sampai kamarnya.Saat aku angkat, tubuhnya sangat ringan, seeprti tidak ada energi di dalam tubuhnya, dan juga tubuhnya terasa lemas.
Sampai di kamar Aura, aku menempatkannya di kasur, lalu menutupi sebagian tubuhnya oleh selimut. Aku menyalakan AC dan bergegas keluar.
Di ruang keluarga hanya ada aku dan boys lainnya. Mom dan dad sudah pergi ke kantor.
Aku pun bergabung bersama mereka.
"Aura tidak terbangun kan?" tanya Harry.
"Tidak." balasku.
"Tapi aku merasa aneh oleh tubuhnya. Saat aku angkat dia tadi, tubuhnya ringan sekali dan terasa lemas, seperti tidak ada energi." sambungku.
Mereka mengeluarkan desahan berat.
"Aku takut Aura kenapa napa." ucap Niall.
"Ayolah.., kita tidak boleh putus asa. Kita harus menjaganya bersama sama, demi kesehatan Aura. Penyakitnya bukan penyakit biasa." ucap Louis.
"Baiklah." jawab kami.Setelah itu kami menuju kamar masing masing untuk istirahat.
~~~~
Hello...
Gimana ceritanya? Kalo bagus komen.
Jangan lupa vote :))
Enjoy the story..
Thank youu.. :')
KAMU SEDANG MEMBACA
POSSESSIVE FAMILY
Teen FictionSeorang yang paling dimanjakan oleh keluarganya. Seorang yang paling disayang oleh keluarganya. Seorang yang paling diperhatikan oleh keluarganya. Kakak, mom, dan dadnya sangat menyayanginya. Kenapa ia diperlakukan begitu? Karena ia satu satunya ana...