🦄48

2.6K 104 9
                                    

Cahaya matahari memasuki mataku. Aku segera membuka mataku perlahan.

Aku melirik ke samping kanan, tepat ke arah Aura, aku mendekatinya. Dia belum sadar juga.

Aku mengelus pipinya lembut, lalu mencium puncak kepalanya.
"Good morning princess." sapaku.

Setelah itu, aku langsung membangunkan boys.
"Boys, wakeup." suruhku.
"Morning kak Lou." sapa Niall.
"Morning, kalian cepat bangun. Aku ingin mandi." ucapku. Boys mengangguk.
"Aku mandi dulu." ucapku.

Aku keluar dari kamar, dan menuju kamarku untuk menyegarkan tubuhku.

Selesai mandi, memakai baju, hanya celana jeans hitam dan hoodie berwarna putih bertuliskan namaku di belakangnya.

Setelah selesai, aku kembali lagi ke kamar atas.
"Kalian mandi sana." suruhku. Boys mengangguk lalu pergi menuju kamar masing masing.

Sekarang, hanya ada aku dan Aura. Aku menonton film saja, untuk menghilangkan rasa bosan.

Tiba tiba ada yang mengetuk pintu. Ternyata mom.
"Morning mom." sapaku.
"Morning." jawab mom.
"Ada perubahan?" tanya mom berjalan mendekat ke arah Aura.
"Tidak ada, masih sama. Apakah efek biusnya tinggi?" tanyaku.
"Mom tidak tahu itu." jawab mom.

Mom mengelus rambut Aura.
"Apa salah Aura, sampai sampai ia seperti ini?" tanya mom.

Aku langsung memeluk mom dari samping. Lalu mom membalas pelukanku.

"Entahlah mom, yang membuat Aura seperti ini adalah teman Lou." ucapku.

Mom melepaskan pelukanku.
"Maksudnya apa?" tanya mom.
"Yang membuat Aura seperti ini adalah teman Liam dan Lou. Mereka seangkatan dengan kami berdua." jelasku.

Shila, Vita, dan Sasha adalah temanku dan Liam. Bukan teman sekelas, tapi teman seangkatan. Mereka juga yang membully Aura waktu itu, sampai sampai Aura koma.

"Namanya siapa?" tanya mom.
"Shila, Vita dan Sasha. Mereka pernah juga membully Aura." ucapku.
"Apa Lou tahu alasannya?" tanya mom.

Aku mengangguk, "Sewaktu Aura di bully dengan mereka bertiga, kami sangat marah di situ, bagaimana tidak marah, mom tahu kasus tempo lalu, dokter menyatakan bahwa Aura tidak selamat. Itu semua karena perbuatan mereka. Lalu Lou bilang ke dad, entah dad apakan mereka. Tapi, kepala sekolah bilang, mereka di keluarkan dari sekolah. Mungkin mereka dendam, jadi mereka membuat Aura menjadi seperti ini." jelasku.

"Kau sudah memberitahu dad?" tanya mom lagi.
"Sudah." ucapku. Mom mengangguk.
"Sebenarnya, kami yang salah mom, bukan Aura. Tapi, kenapa semua malah jadi ke Aura?" tanyaku.

Mom membawaku duduk di sofa, dan mengenggam tanganku.
"Semua bukan salah anak anak mom. Tidak ada yang salah di antara kalian. Mom dan dad lah yang salah, mom dan dad terlalu sibuk dengan pekerjaan, sehingga tidak bisa menjaga kalian semua." ucap mom.

Aku tersenyum, "Lou juga salah, seharusnya Lou bisa menggantikan mom dan dad untuk menjaga adik adik." ucapku.

Mom mengelus pipiku.
"Kau belum berhak untuk semua itu Lou. Mom tidak mau pikiranmu menjadi kacau gara gara ini. Kau memikirkan sekolah, memikirkan karirmu, di tambah lagi memikirkan adik adikmu. Mom yakin, kau berat dalam semua itu." ucap mom.

"Memang terasa berat mom, tapi kata mom di bawa enjoy saja, pasti tidak akan terasa." ucapku.

"Mom tahu itu, tapi mom mau kau memikirkan sekolah dan karirmu saja. Adik adikmu biar menjadi tugas mom dan dad." ucap mom.

Aku langsung memeluk mom, dan mom membalasnya.
"Terimakasih mom." ucapku.
"Sama sama." balas mom.

Tiba tiba pelukanku dan mom menjadi banyak dan berat, ternyata boys bergabung juga.

"Kami sayang mom." ucapku dan boys bersamaan.
"Sama sama, mom juga." balas mom.

Tiba tiba, "Mom."

Kami langsung melepas pelukan kami.
"Siapa yang memanggil mom?" tanya mom.
"Tidak ada." jawab Niall.

Kami sontak menoleh ke arah Aura, lalu mendekatinya. Benar, sekarang Aura sudah membuka matanya kembali.

Aku sudah bisa melihat mata birunya kembali.
"Hai." sapaku sambil menciumnya.
"Mom telepon dokter Kay dulu." ucap mom. Kami mengangguk.
"Akhirnya kau sadar." ucap Liam. Aura tersenyum.
"Kami merindukanmu, sangat." ucap Zayn.
"Sama sama, Aura juga." balasnya.

Lalu mom kembali bersama dengan dokter Kay.
"Hai Aura, kau merasakan apa saat ini?" tanya dokter Kay.
"Di bagian perut, sakit sekali." ucap Aura.
"Itu tidak apa, hanya belum kering saja." ucap dokter Kay lalu memeriksa Aura.

"Bagaimana?" tanya mom.
"Kondisinya semakin membaik, hanya perlu istirahat saja untuk lukanya." jawab dokter Kay.
"Baiklah, terimakasih." ucap mom.
"Ini obat yang Aura harus minum." ucap dokter Kay. Mom mengangguk.

Setelah itu dokter Kay langsung pergi. Aku dan boys mendekat ke arah Aura.
"Boys." ucap Aura.
"Ada apa?" tanyaku. Aura menggeleng.
"Apakah kau masih ingat, kenapa kau sampai seperti ini?" tanya Liam.
"Masih." ucap Aura.

Lalu Aura menceritakan semuanya, yang benar saja Aura di perlakukan dengan kasar.

Setelah Aura selesai menceritakan kejadian ini, benar dugaanku. Yang salah adalah kami. Bagaimana tidak, mereka bertiga ingin balas dendam karena mereka di keluarkan dari sekolah.

Yang benar saja, itu salah mereka sendiri. Argh...!! Gila sendiri aku memikirkannya.

Aku dan boys memandang satu sama lain.
"Sebelumnya kami ingin minta maaf untuk kejadian ini. Karena kami, kau jadi seperti ini." ucapku.

*Aura POV
Aku menggelengkan kepalaku. Kenapa boys jadi menyalahkan diri mereka sendiri?

Padahal ini bukan salah mereka, sama sekali.

"Tidak sama sekali, kalian tidak salah." ucapku.
"Lalu, siapa yang salah? Ini semua karena kami memberitahu kepada pihak sekolah." ucap Liam.
"Tap--." ucapanku terpotong.

"Ini bukan salah kalian, yang kalian perbuat itu sudah benar. Itu salah mereka sendiri, kenapa mereka menyakiti orang tanpa alasan?" ucap dad tiba tiba.

"Iya, ini bukan salah kalian. Sudahlah, ini semua sudah dad kalian urus. Alasannya memang tidak masuk akal, masa mereka bilang 'boys itu milik mereka bertiga, jadi tidak ada yang boleh mendekati mereka, selain kami' ucap mereka seperti itu." jelas mom.

Aku ingin ketawa sepuas puasnya sekarang, karena mendengar alasan mereka. Aneh sekali!?

"Dih. Percaya diri sekali mereka." ucap Niall dengan muka jijiknya.
"Mereka mendapatkan hukuman apa dad?" tanya Harry.

Dad menggeleng.
"Dad can't say that." ucap dad.
"Why?" tanyaku.
"Because you can't hear it yet." ucap dad.
"Dad, ayolah." ucap Louis.
"No, you are not old enough to hear it." ucap dad lagi.
"Ok, fine." final kami.

Lalu dad berjalan mendekat ke arahku.
"Hai princess, bagaimana keadaanmu?" tanya dad.
"Better than before." jawabku.
"Syukurlah." ucap dad.

Setelah itu, kami semua bercanda ria. Mulai dari boys yang bercerita tidak sesuai fakta, sampai sampai mom menghukum boys. Dan masih banyak lagi.

Akhirnya aku bisa merasakan kebersamaan keluarga yang sesungguhnya.

Kami jarang seperti ini, karena mom dan dad selalu di kantor. Menurutku ini sangat langka.

~~~~
Haloo...
Up lagi nih... :))
Gimana ceritanya? Jelas aja kan.

Don't forget to vote dan comment.
Thank you❤💗


POSSESSIVE FAMILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang