🦄74

2.2K 89 7
                                    

Saat aku menggengam tanganya, tiba tiba aku merasakan ada gerakan melalui jarinya.

Aku melebarkan mataku, tak percaya dengan semua ini. Aura mulai membuka matanya perlahan.

"Boys, come here!" perintahku.

Boys langsung berdiri dan berjalan mendekat ke arahku dan Aura.

"Aku akan panggil dokter." ucap Louis langsung.

Tak lama, Louis datang bersama dokter. Lalu sang dokter langsung memeriksa kondisi Aura.

"Syukurlah, kondisi Aura membaik. Tolong kalian jaga kondisinya, nanti saya kembali lagi untuk memberikan obatnya." jelas dokter.

Aku sangat senang dengan perkataan dokter Willy.

"Baiklah, terimakasih." ucapku.

Dokter Willy pergi, lalu Louis mengoceh sendiri, "Seandainya dari tadi dokter Willy menggunakan bahasa yang ku mengerti, jadi aku tidak bingung lagi seperti sebelumnya."

Aku hanya menggeleng dengan perlakuan kakakku ini. Dasar Louis.

Lalu kami memperhatikan Aura. Aura tersenyum ke arah kami.
"Hai princess." sapa Louis sambil mengelus rambut Aura. Aura hanya tersenyum tipis.

Mungkin kondisinya yang masih lemah, karena baru saja sadar. Louis menelfon mom untuk memberitahu keadaan Aura.

"Akhirnya kau sadar juga. Kami rindu denganmu." ucap Louis. Aura kembali tersenyum tipis.
"Sekarang istirahat saja." ucapku.

*Aura POV
Bangun dari alam tidurku, langsung di rumah sakit.

Aku berfikir, disini aku hanya merusak liburan sekaligus acara ulang tahun Niall.

Aku benci dengan diriku sendiri, yang kenapa menjadi orang terlemah. Sebentar bentar masuk rumah sakit. Hanya merepotkan orang lain.

Tapi, mau bagaimana lagi? Ini sudah takdirku yang di kasih oleh tuhan.

Sedari tadi, boys berbicara denganku. Tapi aku balas hanya dengan senyuman tipis. Karena apa? Kalau aku berbicara, akan ketahuan kalau aku ingin menangis.

Aku ingin menangis, karena merusak acara yang sudah di susun oleh mom, dad, dan boys. Kecuali Niall.

Terlihat sekali raut wajah boys yang khawatir karena keadaanku ini. Dan itu membuatku semakin merasa bersalah.

Louis berjalan mendekatiku. Mengelus rambutku dan mencium puncak kepalaku dengan lembut.

"Princess kenapa, hmm? Kalau sakit kenapa tidak bilang." tanya Louis lembut. Aku menggeleng.

Sulit sekali bagiku untuk mengeluarkan suara.
"Ma--maafkan Aura." ucapku.

Boys mengerutkan keningnya, "Apa yang kau katakan?" tanya Harry.

Aku menarik nafasku supaya bisa berbicara dengan lancar.
"Maafkan Aura. Gara gara Aura, rencana berlibur kalian hancur." alhasil berhasil.

"Apa maksudmu? Jangan berbicara seperti itu. Kami tidak masalah dengan liburan ini, kami hanya ingin kau sembuh." ucap Louis.
"Aura tahu. Tapi, pasti kak Niall kecewa kan?" tanyaku.

Niall mengelus rambutku lembut, sambil tersenyum hangat ke arahku.
"Kak Niall tidak sama sekali kecewa. Justru kak Niall sudah sangat senang karena ulang tahun kakak di rayakan disini. Aura jangan memikirkan ini lagi. Pokoknya, Aura harus sembuh." jelas Niall.

Aku tersenyum, "Terimakasih boys, dan maaf." ucapku.
"Sama sama, dan tidak apa apa." balas boys tersenyum.

Setelah itu, kami semua bercanda ria. Tak lama, pintu terbuka tiba tiba, memperlihatkan mom dan dad di sana.

"Aura?" panggil mom.

Aku melirik ke arah mom dan tersenyum, "Mom, dad." ucapku.
"Apa kata dokter?" tanya dad.

"kata dokter Willy, keadaan Aura membaik. Nanti dokter Willy akan kembali untuk mengasihkan obat." jelas Louis.
"Syukurlah." balas dad.

Mom mencium keningku, "Cepat sembuh baby girl." ucap mom.

"Oh iya, kita akan kembali ke London besok pagi." ucap dad.
"Besok?" tanyaku heran.
"Iya sayang, kau di rawat di London saja bersama dokter Kay. Tapi kalau kau mau di rawat di rumah, ya tak apa." jelas dad. Aku mengangguk.

***

*Louis POV
Sekarang kami berada di bandara. Jam 06.12am nanti peswata akan lepas landas. Sementara ini masih jam 05.32am. Hufftt...

Aku sangat mengantuk. Aku baru bisa dapat tidur jam 1 tadi. Kembali bangun jam 4 pagi. Okay, tidak apa apa.

Niall tertidur di pundaknya Hary, Zayn tertidur di pundaknya Niall. Aura tertidur di pelukannya Liam. Yaa, dan tersisa aku dengan Liam saja yang tidak tidur.

Sebagai yang tertua, kami harus menjaga para kurcaci ini. Kalaupun hanya aku yang menjaga, kuat saja. Tapi entahlah Liam, mengapa tidak tidur.

Mom dan dad sedang mengurus pesawat. Entahlah apa yang diurus. Sebenarnya, sangat terpaksa membawa Aura keluar dari rumah sakit.

Seperti biasa, kondisi Aura masih lemah. Walaupun kata dokter Willy kemarin, kondisi Aura sudah membaik.

Tak lama mom dan dad kembali membawa paspor kami masing masing.
"Tertidur rupanya." ucap dad. Aku mengangguk.

Aku mengecek jam yang terpasang di pergelangan tanganku. Jam 06.07am.
"Dad, ini sudah jamnya. Apakah tidak masuk ke dalam pesawat?" tanyaku.

Dad langsung melihat ke arah jam yang ada di pergelangan tangan dad.
"Benar juga, bangunkan adikmu." suruh dad.

Aku membangunkan Zayn, Niall dan Harry. Sementara Aura tetap di pelukannya Liam. Kasian jua kalau di suruh bangun, kondisinya masih lemah.

Kami segera memasuki pesawat dan mencari nomor tempat duduk. Alhasil aku duduk dengan Harry.

~~~~
Hallloo para readerss...
Maaf banget yaa baru up, lama banget kan?
Sibuk hehhe:v

Semoga masih ada yg baca ya, dan semoga aja gabosan:)
Maaf pendek nih ceritanya:(

Jangan lupa vote dan komen. Kayaknya sih bentar lagi ni cerita mau end.
Terimakasiih✨

POSSESSIVE FAMILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang