*Aura POV
Tiba tiba ponselku berdering, tanda ada panggilan masuk. Aku cek, ternyata Louis yang menelpon. Ku kira mereka sudah lupa denganku, ternyata masih ingat.
Segera aku mengangkat videocallnya. Dan muncullah wajahku dan wajah boys di layar.
"Hi princess!" seru mereka. Aku tidaj membalasnya, hanya menatap mereka di layar.
"Princess? What happend?" tanya Harry.
"Kalian menyebalkan, sangat menyebalkan!" seruku.Boys malah terkekeh. Emang ada yang lucu?
"We are sorry, honey. Kami sama sekali tidak ada waktu untuk memainkan ponsel kami. Hanya ini yang kami benar benar sempat." jelas Louis.
"No problem." jawabku."Maaf ya, babe. Kami tidak memberitahumu bahkan membangunkanmu saat kepergian kami." ucap Liam.
"Sudahlah, tak apa. Yang penting kalian sudah menelponku. Aku kira, kalian sudah lupa denganku." balasku.
"Hey! Kami tidak akan pernah melupakan princess Madison." ucap Louis. Aku tersenyum.Setelah itu kami bercanda ria. Membahas hal yang seharusnya tidam perlu di bahas.
Tak terasa, sudah 2 jam kami menghabiskan waktu.
"Babe, sudah dulu ya. Kami mau lanjut latihan. Dan jangan lupa doakan kami untuk konser lusa." akhir Louis."Iya iya. Pasti." balasku.
"Bye Aura!" seru mereka.
"Bye!"Setelah itu, aku berbaring di kasur sambil mencari inspirasi yang entah untuk apa.
Tapi lama kelamaan kesadaranku mulai menghilang. Akhirnya akupun tertidur.
***
Ugh...
Aku terbangun dari alam mimpiku karena mendengar alarm berbunyi. Baiklah, aku tertidur hingga pagi.
Syukur saja hari ini weekend, karena aku bangun jam 8.12am.
Aku beranjak dari kasur menuju kamar mandi, dan memulai rutinitas pagiku.
Setelah mandi, memakai bajuku. Just sweater and hotpants. Menuju meja rias, menyisir dan mengikat rambutku. Lalu ke bawah untuk sarapan.
Di bawah ternyata ada mom dan dad yang lagi memakan makanannya.
"Morning mom, dad." sapaku.
"Morning too princess." balas mom dan dad.Lalu aku duduk di sebelah mom dan langsung memakan makananku.
"Aura bosan, sepi tidak ada boys." ucapku.Mom dan dad terkekeh, "Lebih baik, habis sarapan, Aura packing. Hari ini kita ke Berlin menyusul boys." ucap mom.
Aksi makanku terhenti mendengar perkataan mom. Aku langsung menoleh ke arah mom dan dad.
"Serius mom, dad?" tanyaku yang masih tak percaya.
"Iya sayang." jawab dad.Aku langsung lari menuju kamarku untuk segera packing.
"Aura jangan lari, nanti jatuh!" seru dad.
"Ya dad!" balasku.Aku sangat bersemangat. Percayalah, aku sangat rindu dengan boys. Aku mengambil beberapa bajuku untuk di masukkan ke dalam koper.
Lalu mom datang ke kamarku, dan membantuku untuk packing.
"Sepertinya princess mom ini sangat merindukan kakak kakaknya, ya?" tanya mom sambil terkekeh."Ya mom, Aura sangat merindukan boys." jawabku.
"Baiklah, habis ini Aura mandi karena pesawat kita jam 11.00. Sarapan Aura biar mom yang menyiapkan, tadi kamu langsung lari padahal sarapanmu belum habis." jelas mom.Aku menyengir, "Iya mom." jawabku.
Setelah itu mom keluar dari kamarku, sementara aku kembali merapihkan koperku. Ingat, aku sudah mandi tadi.
Setelah selesai dengan koperku, aku hanya berganti baju saja. Skinny jeans hitam dan t-shirt putih gucci, aku lapis dengan cardigan rajut. Menuju meja rias, menyisir dan mengikat rambutku. Memberikan polesan bedak dan liptint.
Terakhir, aku menyimpan ponsel, earphone, powerbank, dompet dan parfume ke dalam tas kecilku.
Aku membawa koperku menuju ke bawah. Di bawah hanya ada mom. Aku menghampiri mom dan duduk di sebelahnya.
"Sudah siap?" tanya mom, aku mengangguk.
"Dad kemana, mom?" tanyaku balik.
"Masih bersiap, tunggulah sebentar lagi." jawab mom.Sambil menunggu dad, aku memainkan ponselku. Aku membayangkan, bagaimana reaksi mereka saat aku, mom dan dad datang ke konser terakhir mereka di Eropa?
Mungkin?
Tak lama, dad datang dan kami langsung bergegas menuju bandara.
***
Sekarang aku sudah di dalam pesawat. Karena bosan, aku memilih untuk mendengarkan lagu dengan earphoneku. Tapi, lama kelamaan aku hilang kesadaran dan masuk ke alam mimpi.
..
Aku terbangun karena merasakan ada yang mengelus rambutku. Aku membuka mata, ternyata mom.
Yaiyalah mom, kan yang duduk di sebelahmu mom. Stupid Aura.
"Ayo bangun, sebentat lagi kita sampai." ucap mom.
Aku mengangguk, dan beranjak dari tempat dudukku menuju toilet. Mencuci wajahku, dan mengoleskan sedikit liptint di bibirku. Setelah itu aku kembali ke tempat dududkku dan menunggu pesawat ini landing.
Hanya menunggu lima belas menit, pesawat yang aku tumpangi mendarat dan berhenti dengan sempurna. Entah, aku tidak menanyakan. Kenapa tidak memakai pesawat pribadi saja.
Aku, mom, dan dad segera keluar dari pesawat. Sambil menunggu bagasi keluar, aku membeli minum terlebih dahulu. Ketahuilah, aku sangat dihiderasi.
Setelah menunggu bagasi keluar. Kami langsung menuju hotel, dekat lokasi di mana konser boys berlangsung besok.
Duh, aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengan boys. Dan seperti apa ekspresinya? Kita lihat nanti.
Sesampainya di hotel, aku mengambil koperku dan membawanya masuk ke dalam. Aku dan mom menunggu di sofa yang terdapat di hotel ini, sedangkan dad cek-in.
Setelah semuanya selesai, kami langsung menuju kamar. Dad memesan 2 kamar. Satu untukku, satunya lagi untuk mom dan dad. Tidak mungkin aku sekamar dengan mom dan dad. Itu hanya bisa menganggu privasi mereka. Benarkan?
"Ini kunci kamar Aura." ucap dad.
"Terimakasih dad." balasku.Sesampainya di kamarku, aku langsung masuk ke dalam. Hotel ini lumayan menurutku.
Aku duduk di tepi kasur, mencoba merenggangkan ototku yang terasa kaku akibat terlalu lama di pesawat.
Mungkin setelah ini aku akan beristirahat sebentar, selagi menunggu informasi dari mom atau dad.
****
Halo guys.Sebelumnya mohon maaf kalau aku baru up sekarang. Karena aku banyak banget tugas tugas. Maaf sekali lagi.
Ini juga pendek ceritanya. Aku usahakn part selanjutnya up cepat.
Mohon pengertiannya ya.. :)
Jangan lupa vote dan komen
Terimakasih❤
KAMU SEDANG MEMBACA
POSSESSIVE FAMILY
Novela JuvenilSeorang yang paling dimanjakan oleh keluarganya. Seorang yang paling disayang oleh keluarganya. Seorang yang paling diperhatikan oleh keluarganya. Kakak, mom, dan dadnya sangat menyayanginya. Kenapa ia diperlakukan begitu? Karena ia satu satunya ana...