🦄45

2.8K 112 8
                                    

*Louis POV
Kami masih mengurus 3 perempuan ini. Tadi Niall menelepon aku mengenai kondisi Aura. Ya, aku tidak terima itu.

Setelah aku di minta penjelasan dengan polisi. Kasus ini akan di teliti lebih lanjut dengan polisi. Sedangkan 3 perempuan itu, di tahan sementara.

"Baiklah, terimakasih atas laporannya. Kami akan mentindaklanjuti kasus ini." ucap polisi itu.
"Baiklah terimakasih, saya ingin mereka dapat pembalasan yang setara." ucapku. Polisi mengangguk.

Aku, Liam dan Harry langsung menuju rumah sakit. Sampai di rumah sakit, kami mencari ruangan VVIP nomor 290.

Setelah mendapatkan ruangannya, kami langsung membuka pintunya. Terlihat di dalam sana Aura yang terbaring lemah dengan alat alat medis yang melekat di tubuhnya.

"Apa kata dokter?" tanyaku sambil mendekat ke arah Aura.
"Setelah di prediksi, tetdapat 2 luka tusukan di bagian perut Aura. Sekarang Aura koma." jelas Niall.

God!!

Presetan dengan 3 perempuan tadi, semoga saja polisi bisa memberikan hukuman dengan benar.

Aku langsung menelepon mom.
"Hallo sayang, ada apa?"

Aku meneteskan air mataku. Aku tidak tahan dengan semua ini.

"Mom."

"Lou, kau menangis. Ada apa?"

"Aura, koma di rumah sakit."

"Apa? Kenapa bisa?!!"

"Ceritanya panjang mom. Apakah mom dan dad bisa pulang ke London. louis akan membawa Aura pulang ke rumah."

"Bisa, kebetulan pekerjaan mom dan dad sudah selesai. Kalian masih di karantina?"

"Iya mom. Louis akan membawa Aura pulang ke rumah."

"Baiklah, sebaiknya kalian pulang malam ini, mom dan dad juga. Bawa adikmu ke rumah sakit tempat dokter Kay bekerja."

"Baiklah mom."

"Hati hati, dear."

"Iya mom."

Sambungan telepon terputus. Aku menatap adik adikku.

"Kita bawa Aura ke rumah sakit dimana dokter Kay bekerja." ucapku.
"Bagaimana caranya?" tanya Harry.
"Kita bawa Aura bersama kita, naik bus. Liam, sewa beberapa perawat untuk Aura." suruhku. Liam mengangguk lalu pergi.

Aku mengelus rambut Aura lembut. Kenapa semua ini harus terjadi pada Aura? Aku merasa gagal menjadi kakak, karena tidak bisa menjaga adiknya sendiri.

Tak lama Liam kembali dengan 3 orang perawat.
"Ini kak Lou, orangnya." ucap Liam.
"Baiklah, aku dan Zayn akan membereskan barang barang di karantina. Nanti bus akan menjemput ke sini." ucapku.
"Baiklah." jawab Liam.
"Jaga Aura baik baik. Ayo Zayn!" ucapku.

Aku dan Zayn langsung menuju karantina, tentu dengan mobil dan supir yang dad suruh.

Sampai di karantina, kami langsung menuju kamar, membereskan semua barang barang kami.
"Sudah semua?" tanyaku.
"Sudah, punya Aura juga sudah." balas Zayn.
"Baiklah, kita izin dulu dengan D-Aur dan uncle Raka." ucapku. Zayn mengangguk.

Biasanya D-Aura malam malam seperti ini berkumpul di tempat latihan. Aku dan Zayn langsung menuju tempat latihan.

Barang barang kami di tinggal di bawah terlebih dahulu.

Benar tebakanku, mereka sedang berada di tempat latihan.
"Permisi semuanya." ucapku.
"Louis, Zayn. Darimana?" tanya uncle Ben.
"Kami ingin pulang." ucapku.

POSSESSIVE FAMILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang