🦄35

2.8K 109 4
                                    

Happy reading guys🌴
Sorry typo
Di part ini ganti ganti POV ya, jadi jangan bingung :)

***
*Louis POV
Tadi Aura meminta izin dengan kami, dia ingin berjalan jalan dengan sahabatnya, Blue. Tapi kami tidak memberinya izin.

Dia langsung kembali ke kamarnya, aku tahu ia pasti menangis.
"Aku akan bujuk dulu." ucapku. Boys mengangguk.

Aku langsung menaiki tangga untuk menuju ke kamar Aura. Sampai di depan kamarnya, aku mengetuk pintu terlebih dahulu.

Tok...tok...tok...

Tak ada jawaban dari dalam sana. Aku langsung membuka pintuny, kebetulan tidak di kunci.

Aku melihat ia menutupi mukanya dengan bantal. Aku duduk di pinggir kasurnya.

Mengelus rambutnya lembut.
"Sayang?" panggilku.
"Kak Lou bukan bermaksud begitu, tapi kak Lou khawatir denganmu." ucapku.

Ya, aku tidak akan membiarkan adik adikku berjalan sendirian, selagipun bersama teman temannya.

Walaupun Liam, Zayn, Niall dan Harry sudah besar. Tetap saja mereka adik adikku. Begitupun dengan Aura.

Aku takut mereka kenapa napa di luar sana, tanpa ada pengawas.

"C'mon, babe." ucapku, dia tambah menangis. God! Aku tidak tega.
"Sayang, kumohon." ucapku.

Ok, fine. Aura masih marah, aku tahu ciri ciri semua adikku.
"Baiklah, kak Lou keluar dulu." ucapku.

Aku langsung keluar dari kamar Aura, sebelum itu aku kembali menoleh ke belakang, masih sama. Aku menghempaskan nafasku berat.

Aku kembali bergabung dengan boys.
"Bagaimana?" tanya Niall. Aku menggeleng.
"Beri dia waktu dulu." ucap Liam. Aku mengangguk.

***
Ini sudah jam 15.45pm, tapi Aura belum juga keluar dari kamarnya. Kami sedang makan siang.
"Zayn, panggilkan Aura." ucapku.
"Baiklah kak Lou." jawab Zayn.

Zayn langsung menaiki tangga untuk menuju ke kamar Aura.

*Zayn POV
Aku mengetuk pintu kamar adikku.

Tok...tok...tok...

Tidak ada jawaban. Aku langsung membuka pintu kamarnya. Tidak dikunci.

Aku melihat ia sedang bermain ponselnya di meja belajar. Aku mendekatinya.

"Sayang, kau belum makan siang." ucapku.
"I'm not hungry." balasnya singkat, kelewatan singkat sepertinya.
"Kau harus makan, nanti kau sakit." ucapku lagi.
"Tidak." balasnya.

Aku menghela nafasku.
"Baiklah, kalah kau lapar turun ke bawah. Kak Liam dan Harry memasak ayam." ucapku. Tidak ada jawaban.

Aku tahu ia masih kesal dengan kami, karena hal tadi pagi. Aku langsung keluar dan bergabung kembali bersama boys.

"Masih sama?" tanya Harry.
"Of course." balasku.

Terlihat Louis menghembuskan nafasnya berat.
"What's wrong with you?" tanyaku.
"Apakah aku salah mengkhawatirkan adikku?" tanya Louis.

Aku menyeritkan dahiku bertanda bingung.
"Why you talk like that?" tanyaku lagi.
"Aura seperti ini, karena aku kan?" ucap Louis.
"Tidak kak Lou." ucap Liam.
"Then?" ucap Louis.
"Sudahlah kak Lou, Aura seperti itu mungkin sedang badmood. Nanti dia kembali lagi." ucap Niall.
"Baiklah." jawab Louis.

*Aura POV
Maafkan aku.

Aku tidak bermaksud seperti itu dengan kakak kakakku. Tapi egoku lebih besar. Aku memang masih kesal dengan mereka karena hal tadi.

Tapi, sudahlah.

Aku naik ke kasur, membuka aplikasi makanan. Aku ingin memesan starbucks dan burger.

Sudah selesai memesan, tinggal menunggu saja. Tak lama ponselku berbunyi. Aku segera mengangkatnya

"I was in front of  your house."

"Okay, wait a minute."

Aku langsung meminta bi Ijah untuk mengambilkan makananku di depan.

*Liam POV
Kami sedang bersantai di ruang keluarga, lalu bi Ijah keluar dari dapur untuk membukakan pintu.

Siapa yang datang?

"Bi, mau kemana?" tanya Louis.
"Mengambil makanan non Aura di depan." jawab bi Ijah.
"Aura pesan makanan?" tanya Liam.
"Iya." ucap bi Ijah lalu mengambil makanan di depan.

Kami langsung melirik satu sama lain.
"FINE!!" teriak Louis lalu pergi.

Aku tahu, Louis pasti kecewa.

Lalu, tak lama bi Ijah kembali dengan paper bag yang berada di tangannya.
"Bi, biar Liam saja yang mengantarnya." ucapku.
"Baiklah." jawab bi Ijah.

Aku mengambil paper bag yang berada di tangan bi Ijah, lalu menuju kamar Aura.

Paper bag starbucks? Berarti Aura memesan makanan di starbucks.

Sampai di depan kamar Aura, aku mengetuk pintu terlebih dahulu.

Tok...tok...tok...

*Aura POV
Tok...tok...tok..

Pasti itu bi Ijah. Aku langsung membuka pintu kamarku. Dugaanku salah, ternyata yang ada di depanku bukan bi Ijah, melainkan Liam.

Liam tersenyum padaku. Aku tidak membalasnya.
"Aura pesan makanan?" tanya Liam.
"Ya." balasku. Aku langsung mengambil paper bag yang berada di tangan Liam, "Terimakasih." ucapku lalu menutup pintu.

Maafkan aku, kak Liam. Egoku besar sekali. Argh..., aku bingung sekarang!!

Aku membawa makananku ke sofa, sambil menonton filmnya boys. Entah angin apa yang merasuki tubuhku, sehingga aku rindu dengan film boys.

WHERE WE ARE.

Aku sangat suka dengan film boys yang where we are, entah kenapa. Walaupun film this is us tak kalah bagusnya.

Selesai makan, aku langsung turun ke bawah. Ingin ke halaman belakang. Di bawah sepi, syukurlah.

Aku duduk di sofa yang menghadap ke kolam renang, menurutku lebih enak duduk di sofa daripada di kursi.

Aku mulai masuk ke dalam pikiran khayalanku. Aku melamunkan yang tidak tidak, seperti sekarang aku melamunkan dad menyuruh Louis untuk mulai belajar tentang bisnis, lalu besoknya dad mengajak Louis bertemu dengan teman dad, teman dad mempunyai anak perempuan, dia bersekolah di sekolahan yang sama dengan kami. Lalu dad mengundang keluarga gadis itu untuk makan malam di rumah kami. Dad mulai membuka bicara, kalau Louis ingin dijodohkan dengan anak teman dad yang tadi.

Itulah lamunanku, konyol bukan?
Aura, kau bisa darimana memikirkan hal konyol seperti itu? Mungkin Lou yang mengajariku. Hahahah

Setelah menurutku aku sedikit tenang, aku kembali lagi ke kamarku untuk beristirahat.

~~~~
Hai...
Gimana ceritanya? Jelas aja kan.
Jangan lupa vote dan komen ;)
Kira kira Aura dan boys bisa kembali gak ya...

Thanks❤🌴

POSSESSIVE FAMILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang