Chapter 2

88 3 0
                                    

Pagi yang macet.

Tetttttttttttttttttttt!!!!!!!!!

Glek. Shafa tersadar dari lamunannya. Pasti supir mobil belakang sudah gila, menekan klakson sebegitu kerasnya hanya karena Shafa terlambat beberapa detik menginjak gas saat mobil di depannya sudah berjalan. Atau mungkin orang mobil belakang ada yang kebelet pipis. Atau malah kebelet melahirkan?
Shafa tidak tahu. Yang pasti, bukan karena kebelet sampai kantor seperti Shafa sekarang ini. Jam menunjukkan pukul... sebentar,sebentar, Shafa melirik jam digital di tape mobilnya...What!? Jam setengah 9!?

Great.

Telat telak. Jam masuk kantor nya bocah yang sudah stay tune dengan kostum kerja hitam dan abu-abunya satu ini adalah pukul setengah sembilan. Sekarang sudah pukul setengah sembilan dan dia masih ribet bermacet-macetan di jalan sempit belakang gedung kantornya demi menghindari three in one. Belum lagi nanti harus mencari parkir. Ya ampun, ini semua karena mimpi aneh semalam. Kenapa juga tiba-tiba dia bermimpi pergi honeymoon ke Pulau Bermuda bersama mantan tercintanya yang sudah lama tidak berjumpa, Ditan. Huff...ada-ada aja.

Shafa mengganti CD Avril Lavigne yang dipasangnya menjadi radio.

See the pyramids along the nile
Watch the sunrise on a tropic isle
Just remember darling all the while
You belong to me

You Belong To Me milik Jason Wade mengalun dari speaker mobil memenuhi seisi sudut mobil. Shafa tertegun. Ada apa sih ini?

Teeeeeeeeeeeeeeeeeeetttttttttttttt!!!!

Ya oloooooo, itu orang sadar nggak sih kalau suara klaksonnya sudah membuat jantung orang berdetak sepuluh kali lebih cepat? Shafa menepuk-nepuk dadanya, menenangkan diri dari kestressan dan kebisingan suasana diluar mobilnya.

Terjebak di jalan sempit penuh mobil, telat masuk kerja, dan belum sarapan. Ada yang bisa menambahkan supaya terdengar lebih menyedihkan?

"DUH!! MAU JAM BERAPA GW SAMPE KANTOR? KENAPA SIH SEMALAM PAKE MIMPI ANEH! INI JALANAN KENAPA MACET BANGETTT?!" Shafa berteriak sendiri di dalam mobilnya dengan kaki pegel setengah mati menginjak rem dan gas, rem dan gas, rem dan gas, begitu seterusnya.

BRAK!

Tiba-tiba Shafa merasa ada guncangan. Dan semua klakson terdengar nyaring berbunyi disaat yang bersamaan. Dia melihat ke belakang melalui spion tengah yang biasa dia gunakan untuk bercermin.

Sebuah mobil sedan merah marun menabrakkan moncongnya dengan manis ke bagian belakang mobil Shafa. Cukup keras sepertinya. Tiba-tiba Shafa merasa sangat sedih, tanggal tua, uangnya sudah habis umtuk membeli baju kantor paling hits sepanjang masa. Lalu harus pakai apa dia membetulkan mobilnya?

Teeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeettttttttttttttttttt!!!!!

Shafa tersentak dari pemikirannya. Gila kali tuh yang menekan klakson keras-keras, nggak tau apa ada yang sedang sedih memikirkan biaya hidupnya!

Shafa melepas seat beltnya dengan penuh dendam kemudian mematikan mesin mobil. Dia harus kasih pelajaran. Huhhhhhhhh!!!!!!!!

***

Sepenggal Kisah ShafaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang