Chapter 45

7 0 0
                                    

Kriiiing! Kriiiing!

Handphone Shafa berbunyi nyaring pagi ini.

"Iyaa..." Gumam Shafa masih dengan mata terpejam dan tangan sibuk meraba-raba meja nakas, mencari handphone nya.

Minggu pagi, sehari setelah lamaran Satya. Shafa merasa lelah sekali, lahir batin. Lahir karena harus pakai kaftan dan high heels. Batin karena harus menghadapai sodara-sodara sebangsa dan setanah air yang mendoakan dia supaya rencana menuju ke pelaminannya bersama Gilang dilancarkan.

Ke pelaminan bareng Gilang, terus apa kabarnya sang pacar yang sudah sibuk menanyakan mau bayar DP gedung yang mana?

"Halo...?"

Shafa akhirnya berhasil meraih handphone nya di atas meja nakas dan menjawabnya, masih dengan mata terpejam.

"Yang,"

Huh? Siapa?

"Aku di depan rumah kamu nih."

Shafa seketika membuka matanya. Suara Ditan. Dia bilang apa? Di depan rumah?

"Yang? Kamu di bawah?" Tanya Shafa, panik. Ya ampun, mesti ngapain dulu ini?

"Iya, di luar, di depan rumah. Kamu turun ya?" Lanjut Ditan.

Shafa bergegas menuju kamar mandi dan mengambil sikat gigi dan odolnya.

"Iya, iya! Aku ke bawah."

Klik.

Shafa terburu-buru menggosok giginya. Yang bener aja, nggak ada waktu buat bedakan ini mah. Bener-bener pacarnya yg satu itu.

Selesai menyikat gigi, Shafa segera turun ke lantai bawah menuju pintu rumahnya.

Ceklek.

Shafa membuka pagar rumahnya, dan di sanalah dia. Sang pacar. Rapi, bersih, dan wangi di minggu pagi, Ditan.

"Pagi, putri tidur." Katanya.

Shafa mencubit lengan Ditan pelan.

"Ayo, masuk."

Ditan mengikuti Shafa memasuki rumahnya.

"Oleh-oleh buat aku mana?" Tanya Shafa.

Ditan memberikan sebuah kantung plastik bertuliskan Kartika Sari.

"Banana roll ya?" Shafa mengintip ke dalam plastik itu.

Ditan mengangguk sambil tersenyum.

"Asiiiiikk... Makasih yaaangg..." Kata Shafa.

Tiba-tiba...

"Loh, ada Ditan?" Nyokapnya Shafa muncul di pintu rumah.

"Iya, tante." Jawab Ditan sopan.

"Ayo masuk yuk, ikut sarapan." Kata nyokapnya Shafa. "Kemarin ke Bandung ya?"

"Iya, tante." Jawab Ditan lagi.

"Ada banana roll, ma." Sahut Shafa kegirangan sambil nunjukin plastik yang ditentengnya.

"Oh, ya? Sini mama coba." Kata sang nyokap. "Udah kamu mandi dulu, Fa. Gih."

"Tapi ma,"

Nyokapnya Shafa membesarkan matanya, menatap Shafa.

"Oke," Jawab Shafa akhirnya. "Aku mandi dulu ya, Tan."

Ditan tersenyum, mengangguk.

"Gimana acaranya kemarin, tante?" Tanya Ditan sambil berjalan mengikuti nyokapnya Shafa menuju ruang makan

"Alhamdulillah, lancar..."

Shafa menaiki tangga menuju lantai atas sambil mendengar percakapan antara nyokap dan pacarnya secara sayup-sayup.

Lamaran sudah, dua bulan lagi acara inti, pernikahan itu ada baiknya direncanakan jauh-jauh hari...bla bla bla... Mending Shafa kabur aja daripada nanti disuruh pilih gedung pagi ini.

Bangun tidur, kupilih gedung... Eh?

***

Sepenggal Kisah ShafaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang