Chapter 24

8 0 0
                                    

Ting.

Minggu sore, whatsapp dari Ditan.

'Fa, lagi apa?'

Shafa membalasnya.

'Nonton tv. Kamu?'

Terlihat di layar hp Shafa, Ditan is typing...

Ting.

'Kepikiran kamu.'

Deg. Deg. An. Shafa deg-degan. Antara senang tapi waspada. Baru minggu lalu dia nangis-nangis putus sama Fabi, terus sore ini Ditan whatsapp begitu.

Bales apa bales apa??!

Ting.

'Ada yang marah nggak aku wassapp in kamu terus?'

Check, check, soundcheck. Translate: 'Udah putus belom dari pacar lo?'

'Nggak.' Balas Shafa. Send.

'Nggak ada lagi?'

'Iya.'

Ditan is typing...
'?'

Nah, dia bingung kan tuh. Nggak apa iya apa apaan?

'Nggak ada lagi yang marah?' Balas Ditan lagi.

'Iya, nggak.' Balas Shafa.

"Fa, lo nonton nggak sih nih acara super lame ini?" Satya yang tiba-tiba datang dan duduk di sebelah Shafa mengambil alih remote tv dari tangan Shafa. "Gw mau liat tennis nih."

"Nontoooonn!" Shafa merebut balik remote tv itu dari tangan Satya.

'Aku ke sana ya abis maghrib?'

Hah? Ditan? Mau ke sini?

"Tuh kan nggak nonton juga lo!" Omel Satya sambil merebut kembali remote tv dari tangan Shafa, melihatnya sibuk wassapp an.

'Tumben deh. Besok kan kerja.' Balas Shafa.

'Nggak boleh, Fa?'

'Boleh sih.' Balas Shafa lagi. 'Tapi titip donat ya.'

'Aku bawain sama mbak-mbaknya buat kamu.'

Shafa membalas dengan emoticon nyengir.

"Fa, Fa. Liat tuh, si Murray lagi main nih lawan Djokovic." Sahut Satya. "Come on, Murraaaayyy!"

"Duhhh... Paan sihhh? Nggak tertarik." Jawab Shafa sambil bangkit dari duduknya, mulai menaiki tangga, menuju kamarnya

"Ahhh udah kalah ini Djokovic." sajut Satya lagi. "Eh, Fa, si Fabi masih pendukung Djokovic nggak tuh?"

Shafa nengok, memandangi Satya.

"Eh? Oh, iya." Satya cengar-cengir nggak enak hati. Baru inget dia, udah putus anak dua itu. Zee-zee minggu kemaren yang cerita, pas lagi main ke rumah.

Shafa pun berlalu dari situ tanpa berkata apa-apa.

Sensitip.

***

Sepenggal Kisah ShafaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang