Chapter 73

9 0 0
                                    

Masih di malam Sabtu yang sama. X2 mulai ramai dipenuhi orang-orang yang baru saja datang. Pak Andrew dan rombongan lemburnya duduk di salah satu sofa hitam di pinggir dance floor.

"Eh, ayo dong nih, abisin." Pak Andrew menyodorkan sebotol long island yang baru saja di antar mas waitress ke meja mereka.

Mas Adrian meminumnya segelas setelah meraciknya dengan mixer dan beberapa bongkah es.

"Lang!" Sahut pak Andrew, melihat Gilang yang masih santai di duduknya dengan sebotol bir yang belum juga habis dari tadi.

"Gw pass dulu kalo itu, Ndrew." Katanya. "Nyetir bos."

"Naik taksiiii... banyak di bawah. Besok lo ambil mobil lo di sini. Kan deket, tengah kota." Rayu pak Andrew.

Gilang ketawa.

"Nggak bisa, Ndrew. Gw bawa nyonyah, anak tetangga sebelah." Gilang melirik Shafa yang sedang menuang minuman tersebut ke gelasnya. "Ntar mak gw yang nyap-nyap."

"Nyah, doyan nyah?" Ledek Dina ke Shafa sambil ngemilin kacang.

"Smooth ya. Nggak senonjok yang itu." Shafa menunjuk sebuah botol black label yang sudah tinggal setengah isinya.

"Yo'i." Sahut pak Andrew. "Udah gelas keberapa lo, Fa?"

Shafa mengangkat tiga jarinya. Pak Andrew ketawa sementara Gilang diam sambil terus memperhatikan Shafa.

"Anggap aja, pre-party yang di Bali ya, Fa." Katanya mas Adrian.

"Yup." Jawab Shafa ringan, tidak sependiam sebelumnya. It is clear that she is already under the influence of those drinks.

"Eh, ngomong-ngomong, lo dibolehin sama pacar lo?" Tanya pak Andrew.

Eva dan Dina lirik-lirikan.

Shafa ketawa. Ringan dan santai. Seolah nggak ada beban dalam hidupnya.

"Not a problem, pak." Katanya. "Udah putus."

Jeng, jeng, jeng, jeng!

Ini kalau di sinetron, kira-kira musiknya dramatis dan mengagetkan diikuti dengan pengambilan gambar close up wajah-wajah Gilang, pak Andrew, dan Eva yang kaget.

Dina terlihat lebih santai. Mas Adrian dan Vincent sepertinya tidak merasa kaget karena hal itu bukan urusan mereka.

"Ntar dulu, ini yang ngirim bunga kemaren itu kan?" Pak Andrew kumat keponya.

Shafa mengangguk, tersenyum.

"The old flame burned me twice, pak." Katanya.

"Told you." Pak Andrew menggeleng-gelengkan kepalanya.

"I know."

Percakapan ini layaknya curhat adik sama abangnya sih, hanya saja di dengarkan oleh teman-teman mereka dan terjadi di sebuah klub yang sedang dipenuhi orang-orang yang sedang berjoged ria diiringi musik progressive jadi agak... nggak biasa.

"Heyyyy, daripada curhat sedih-sedihhh... ke tengah yuuukkk..." kata Dina tiba-tiba.

"Yuk, yuk." Sahut Shafa. "Kali aja ada yang bagi-bagi tequilla lagi di tengah."

Gilang sudah bersiap bangkit dan menahan Shafa.

"It's ok. Kan sama gw." Kata Dina. "Eva, yuk!"

"Nyusul." Jawab Eva sambil meminum minumannya. "Gw pake jeans, gerah."

"Loh kita?" Tanya Dina.

"Lo berdua pake terusan gitu." Eva menunjuk Dina yang mengenakan terusan selutut dengan lengan lonceng dan Shafa yang mengenakan terusan pas badan bahan knit berkerah V.

"Asal jangan naik ke meja DJ ya lo berdua." Sahut pak Andrew sambil ketawa.

Shafa ketawa sambil bangkit berdiri dan mengikuti Dina menuju dance floor, menembus kerumunan orang-orang yang sudah ramai berjoged bersama.

Gilang menghela nafas.

"Bos," kata Vincent tiba-tiba, sambil menepuk punggung Gilang. "Kira-kira gw kena pecat nggak nih kalo ngomong gini."

"Kena." Jawab Gilang sekenanya.

Pak Andrew ketawa.

"Apaan, Cent. Lanjut." Katanya.

"Curhatan lagu karokean tadi digaskan aja, Lang. Lampu ijo kan, bukan pacar temen lo lagi." Vincent nyengir.

"Kena phk lo, malem ini juga." Jawab Gilang dengan raut wajah datar.

"Gw kali ini mesti setuju sama Vincent sih, Lang." Kata pak Andrew, cengirannya belum lepas juga dari wajahnya. "Walaupun sebelumnya gw nggak pernah setuju sama lo, Cent."

Vincent ketawa.

"Eh, si Shafa sama Dina kemana?" Tanya Eva tiba-tiba. "Tadi di tengah situ."

"Toilet mungkin." Tambah mas Adrian.

"Eh, itu di depan DJ, diatas itu siapa tuh. Kok kayak..."

Lampu ruangan mendadak lebih di gelapkan dan sinar-sinar lampu sorot menyoroti sosok cewek yang berdiri sambil joged di semacam meja panjang depan DJ yang biasa digunakan dancer club untuk dance.

"LADIES AND GENTLEMEN, GIVE IT UP FOR..." terdengar suara DJ yang memperkenalkan sosok dancer yang ada di depannya. "....SHAFAAAA!!"

Gilang bangkit dari duduknya dan beranjak pergi menuju meja DJ.

What the heck, Fa!??

***

Sepenggal Kisah ShafaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang