Chapter 38

7 0 0
                                    

I don't know
How it is you're so familiar to me
--or why it feels less like I am getting to know you
and more as though I am remembering who you are.
How every smile, every whisper
brings me to the impossible conclusion
that I have known you before,
I have loved you before
--in another time, a different place
--some other existence.
(Lang Leav)

"Kamu nggak berubah ya."

Shafa balas memandangi Ditan sambil mengunyah salmonnya.

"Hmm?"

Ditan tersenyum sambil memotong steak dagingnya.

"Masih aja makannya cepet begitu." Katanya.

"Aku laper."

"Berarti kamu dari dulu bawaannya laper terus." Ledek Ditan.

Shafa menyenggol tangan Ditan, protes.

"Nggak jadi laper ah." Katanya singkat berhenti makan sambil menaruh pisau dan garpunya.

"Orang makanan kamu udah abis." Ditan ketawa.

Shafa nggak tahan ikut ketawa melihat piringnya yang sudah kosong. Ketauan ya kan, kalo cewek yang satu ini gragas. Untung udah pernah pacaran jaman dulu, jadi nggak kaget-kaget banget.

Shafa meminum air mineralnya sambil melihat sekelilingnya. Social home sore ini lumayan ramai. Sama seperti Shafa dan Ditan, orang lain kelihatannya juga makan malam lebih cepat dari biasanya.

Pandangan Shafa terhenti di meja di depan mereka. Sepasang WNA yang kelihatannya sedang menikmati makan malam mereka tiba-tiba berciuman mesra.

"Tan," bisik Shafa.

Ditan menengok ke Shafa sambil mengunyah steaknya. Shafa memberi isyarat soal sepasang WNA itu dengan matanya. Pandangan Ditan beralih ke meja depan mereka.

"Yuk?" Tanya Ditan, biasa.

What!?

"Let us."

"Kayak berani aja." Sahutnya.

"Mau taruhan?" Tantang Ditan. "Kalo aku menang, kita makan siang bareng di kantorku selama seminggu."

Hayah.

"Kalo aku menang," kata Shafa. "Kamu pake dasi ke kantor selama seminggu."

Shafa ketawa melihat muka protes Ditan. Dia paling nggak suka pake dasi.

"Deal." Kata Ditan akhirnya.

"Alis kamu naek sebelah." Kata Shafa sok menganalisa.

"Salah gambar alis tadi, cyin." Sahutnya.

Mereka berdua ketawa.

"Tuh, mereka pergi tuh." Bisik Shafa.

"You know what," Ditan berhenti makan kemudian memandangi Shafa. "I feel like kissing you right now."

Is he serious?

"Permisi, boleh saya ambil piringnya bu?"

Shafa mendongak. Si mas-mas pelayan yang ramah mau ambil piring Shafa.

"Oh, iya mas." Jawab Shafa sambil melirik Ditan yang meneruskan makannya sambil cengar cengir. "Sama dessertnya tolong dikeluarin ya."

"Oh, baik bu." Dan si mas pun berlalu dari situ.

"Selamettttt..." Bisik Shafa.

"Not yet." Balas Ditan.

Really?

"Do you remember our first?" Tanya Ditan tiba-tiba.

Their first kiss? Ingetlah, kembali ke jaman SMA. Di malam tahun baru sekolahan Shafa. While everyone else were counting down...

Sepenggal Kisah ShafaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang