Chapter 47

6 0 0
                                    

Apa kabar dunia?

Closing sudah selesai. Mas Adrian jadian sama Eva. Mie ayam pak Roji masih enak kayak biasa.

Scroll, scroll, scroll...

Shafa melototin layar komputernya diiringi suara printer pajak anak finance yang terdengar sayup-sayup. Begitulah kehidupan divisi finance dan accounting. Yang satu selesai closing, yang satu sibuk lapor pajak. Nanti yang ini kelar lapor pajak, yang itu sibuk nyatet yang udah dilaporin. Begitu aja terus nggak abis-abis.

Scroll, scroll, scroll...

"Liatin apa sih lo? Mata ampe nggak ngedip begitu."

Deg.

Shafa nengok ke sosok yang berdiri di samping kursi kerjanya sambil ikutan menatap layar komputer. Lana.

"Eh, enak tuh cinnamon roll yang itu." Katanya semangat.

"Bener?"

"Iya, gw pernah cobain waktu anak lantai atas pesenannya datang, pas gw lagi ada di sana." Jelas Lana. "I know, celamitan ye gw. Tapi enak suer, ga rugi deh gw celamitan juga."

"Baru gw mau ngomong. Celamitan." Sahut Shafa.

Lana cengar-cengir.

"Enak beneran ya? Dari tadi gw baca review di forum bagus-bagus sih. Penampilannya tempting banget juga lagi."

Lana mengangguk-angguk.

"Tapi yang ini red velvet pie nya juga katanya enak banget." Shafa menunjuk layar komputernya.

"Ih, itu juga enak bangettttt..." Sahut Lana.

"Hasil celamitan lo juga?"

"Nggaklah, mana ada yang mau di celamitin kalo lagi makan red velvet pie kayak gitu." Jelas Lana. "Waktu itu gw gaya-gayaan afternoon tea di tempatnya."

Shafa mengangguk-angguk.

"Makin pusing deh gw." Katanya.

"Buat apaan sihh?" Tanya Lana penasaran.

Shafa menghela napas.

"Beban idup lo berat amat sis kayaknya." Ledek Lana.

"Berat sik emang."

Mereka berdua cekikikan.

"Gw mau makan siang bareng di rumahnya Ditan sabtu ini, sama bokap nyokapnya." Jelas Shafa.

"What? Lo jadi sebar undangan dong?"

"Siapa yang mau sebar undangan?"

Deg.

Ngerumpi di jam kerja. Salah banget. Mesti pura-pura diskusi kerjaan atau gimana nih. Diskusi kerjaan soal sebar undangan apaa?

Shafa dan Lana nengok ke arah suara itu. Pak Andrew lagi nyengir di luar cubicle Shafa. Lalu dia masuk ke cubicle Shafa dan mendekati mereka berdua.

"Lo mau sebar undangan, Fa?" Tanyanya. "Mau nikah kamu? Jangan lupa tabel depresiasi aset sama amortisasi di update dulu ya."

Keingetan tabel amortisasi itu kepala Shafa langsung nyut-nyutan.

"Makin pusing saya, Pak." Kata Shafa.

Pak Andrew ketawa.

"Bercanda. Serius banget lo. Beneran mau nikah?" Tanyanya. "Sama yang dulu ketemu gw di lobby itu?"

Jadi alkisah, dulu waktu masih pacaran sama Fabi, Shafa pernah pas-pasan sama pak Andrew di lobby gedung, pas Fabi lagi jemput.

"Hah?" Shafa mengingat-ingat. "Bukan, pak. Itu sih Fabi..."

"Mantan, pak. Yang sekarang baru lagi." Sahut Lana.

"Oh? Oh." Pak Andrew mengangguk-angguk.

"Nggak baru juga sih, pak. Jadi yang sekarang itu mantan dia jaman SMA terus ketemu lagi dan jadi lagi." Jelas Lana lengkap dan komplit.

Shafa melototin Lana. Nggak usah komplit banget gitu kali. Ini pak Andrew. Bukan penulis biografi.

"Oh ya?" Pak Andrew nyengir memandang Shafa.

Feeling Shafa ngga enak nih. Sebentar lagi pasti bakal diledekin.

"Lo yakin dia belom punya anak-istri?"

Tuh kan.

"Belom paakk... Kemaren baru ketemu orangtuanya. Diajak makan siang bareng. Terus pusing deh sekarang mau bawa apa."

Pak Andrew ketawa.

"Bikin dong. Home made buatan lo sendiri." Sahutnya.

"Ya elah, pak. Saya ngerebus air aja gosong." Jawab Shafa asal.

Pak Andrew dan Lana ketawa.

"Apa ya." Kata pak Andrew sambil ngeliat layar komputer Shafa. Dilihatnya gambar red velvet pie terpampang besar di sana. "Ini red velvet pie nya Onion bukan sih?"

"Iya."

"Udah itu aja. Dijamin direstuin sampe ke pelaminan deh. Itu pie enak banget."

"Iya ya, pak?"

"Apanya? Enaknya iya. Kalo direstuin sampe pelaminan ga tau juga sih." Pak Andrew terkekeh.

Capek deh, pak. Nggak segitunya juga sih, orang ni anak atu yg lagi duduk sambil megangin mouse aja belom yakin ama si mas nya.

"Red velvet nih yaa..." Kata Shafa sambil menghela nafas lega. Akhirnya dapet juga solusinya.

"Iya." Kata Pak Andrew. "Eh, iya, sebelum gw lupa. Gw minta ledger advance nya pak Irawan ya. Di sistem nomor voucher nya ada yang ga ada."

"Oh, iya pak." Shafa mulai menekan-nekan tombol keyboardnya.

"Dah, nek cuss dulu ijk ke habitat." Lana beranjak pergi dari situ mengikuti pak Andrew yang berjalan kembali ke ruangannya.

"Dahhh... Hush hempas jangan dateng lagi yaa..." Ledek Shafa sambil ngikik.

"Eh, iya, Shafa," pak Andrew tiba-tiba teringat sesuatu, menghentikan langkahnya. "Satu lagi,"

Shafa dan Lana menengok ke arah Pak Andrew berdiri. Apalagi nih, jangan-jangan dia mau protes gara-gara Shafa sok-sok incess syahroni tadi.

"Don't let an old flame burn you twice."

Shafa dan Lana saling memandangi satu sama lain.

Gimana?

***

Sepenggal Kisah ShafaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang