Chapter 22

8 0 0
                                    

Gilang melangkah memasuki X3, mengikuti mas-mas yang memandu dia ke sofanya Priscilla dan teman-temannya. Dan Shafa.

Gelap. Dengan sorotan lampu warna warni dari langit-langit. Destination Calabria nya Alex Gaudino terdengar jelas, diputar kencang, memenuhi seisi ruangan.

I left my job, my boss, my car and my home
I'm leavin' for a destination I still don't know
Somewhere nobody must have beauties at all
And if you like us you can follow me
So let's go!

Jum'at, lewat tengah malam. Peak hour nya club ini.

"Haiiii Gilaaang..." Priscilla menyambut Gilang excited. Dia bangkit dari duduknya dan cipika cipiki sama Gilang.

Gilang agak dingin. Priscilla merupakan hal terakhir yang ada di agendanya malam ini. First thing first, where is Shafa?

"Shafa mana?" Tanyanya.

"Tuh, lagi di tengah sama Erick." Priscilla menunjuk ke tengah lantai dance yg penuh orang, di depan meja dj. Erick dan Shafa dengan kemben hitamnya.

Oh, great. Dia sudah buka cardigan merahnya.

Follow me, and let's go!
To the place where we belong
And leave our troubles at home
Come with me, we can go
To a paradise of love and joy
A destination unknown!

"Silahkan, man. Suit yourself." Salah satu temen Erick menyodorkan gelas kosong.

"Thank you, thank you." Gilang melirik botol-botol yang ada di atas meja itu. Black label. Chivas. Dan soda. Gilang mengambil sedikit es dan... Soda.

"Ini Lang, yang udah di mixed." Priscilla menunjuk sebuat pitcher berisi air sewarna dengan soda. Itu Black Label mixed dengan soda pastinya.

"I'm good, Sil. Thanks." Jawab Gilang, tersenyum. He has to stay sober. Mesti ngurus anak bocah satu yang lagi ngedance di tengah-tengah bareng cowok yang baru dikenalnya.

Now I won't feel those heavy shoulders no more
My life got better now I finally enjoy
Yes all the people wanna come here and so
Come on and join us, you can do that now

Gilang melihat ke lantai dance lagi. Seorang mbak-mbak membawa satu nampan berisi sekitar 15 sloki tequilla ke tengah lantai dance. Menawari orang-orang di sana. Dan Shafa... Omg. Dia mengambil satu sloki itu dan langsung ditenggaknya habis. Super. Great.

Let's go, follow me and let's go!
To the place where we belong
And leave our troubles at home
Come with me, we can go
To a paradise of love and joy
A destination unknown!

Gilang baru mau bangkit dari duduknya, menyusul Shafa tapi...

"Lang," Priscilla menahan tangan Gilang. "Kamu mau kemana?"

Gilang nggak jawab, cuma nggak melepas pandangannya dari Shafa di seberang sana.

"Give her a minute to enjoy the music, Lang." Kata Priscilla. "She looked like a mess waktu di Blooming tadi. Now finally she enjoy the night. Give her sometime. You can enjoy the night too."

Yeah, right. He has to take her home, alive and well. Kalo nggak, Gilang bisa babak belur digebukin Satya.

"Sil, sorry. I have to take her home, now." Gilang beranjak pergi menghampiri Shafa.

Sampai di tengah lantai dance, dia menghampiri Erick dan Shafa.

"Gilaaaaaaaanggg!!" Sapa Shafa, over excited.

Erick membalikkan badannya ke arah Gilang. Tersenyum.

"Sorry." Gilang memberikan kode ke Erick bahwa dia mau temenin Shafa. Time's up, Erick.

Erick pergi dari situ, kembali ke sofanya sepertinya. Gilang nggak ambil pusing kemana dia pergi. Yang mesti dia urus adalah cewek di hadapannya ini. She looks very drunk.

"Fa, kita pulang sekarang." Seru Gilang, diantara hingar bingar musik di sana.

"Sebentar lagi, Lang." Kata Shafa.

"Sekarang."

"Pleaseeeee?"

Gilang menggeleng tegas. Shafa cemberut. Pasrah tangannya ditarik, berjalan mengikuti Gilang ke pinggir.

"Gw mau pipis dulu, Lang." Katanya.

"Ok, gw temenin."

"Nggak usah. Lo balik ke sofa aja..."

"Nggak."

Lagi-lagi Shafa pasrah. Kepalanya muter-muter. Dia berjalan menuju toilet cewek, sedikit sempoyongan.

"Gw tunggu di sini." Gilang berdiri di depan pintu toilet cewek.

Shafa masuk ke toilet itu. Memilih salah satu bilik dan pipis. Setelah selesai, dia merasa kepalanya sedikit pusing. Dia membuka pintu bilik, lalu terdiam sejenak sambil bertumpu pada asbak keramik yang tertempel di dinding bilik.

Prang!

Asbak itu pecah, tidak kuat menahan tumpuan badan Shafa.

Gilang masuk ke dalam toilet cewek. Untung kosong.

"Fa, are you ok?" Tanya Gilang khawatir.

"Iya, iya. Nggak papa." Jawab Shafa sekenanya.

"Ayo pulang." Gilang menarik tangan Shafa keluar dari situ. Shafa pasrah mengikuti Gilang keluar pintu X3.

Dan akhirnya mereka keluar dari sana. Shafa menyipitkan matanya melihat lampu terang benderang di luar X3.

"Gilang... Dingin..."

Gilang melihat Shafa. Shoot. Cardigannya. Dan tasnya.

Gilang menuntun Shafa ke pinggir. Shafa bersandar di dinding luar X3.

"Lo tunggu di sini. Gw ambil barang lo dulu." Gilang bergegas masuk lagi ke dalam X3.

Sementara Shafa bersandar ke dinding. She really wants to go home. She is tired. Confused. And lost. What would she do without Gilang.

Gilang kembali, dengan tas dan cardigan merah Shafa. Shafa udah duduk di lantai tempat tadi dia berdiri. She is drunk. Very drunk.

Gilang membantu Shafa berdiri kemudian menyodorkan cardigannya. Shafa memakainya kemudian memeluk tangan Gilang sambil senderan di bahunya. Sesuatu yang nggak bakal dia lakukan kalo lagi nggak... Drunk.

"Ayo, kita pergi dari sini." Kata Gilang pelan.

Shafa mengangguk.

Dan mereka berdua pun berlalu meninggalkan tempat itu. Sayup-sayup masih terdengar Destination Calabria dari dalam.

We left the city, the pollution, the crowd
The air is clear here, ocean's blue, I love that sound
We're happy in this destination we found
And if you want us you can follow me
Now let's go, follow me and let's go
To the place where we belong
And leave our troubles at home
Come with me, we can go
To a paradise of love and joy
A destination unknown!

Sepenggal Kisah ShafaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang