Chapter 53

8 0 0
                                    

I hope you know
that every time I tell you
to get home safe,
stay warm,
have a good day,
or sleep well
what I am really saying is
I love you.
I love you so damn much
that it is starting to steal other words meanings.

"Kemaren gw ketemu tuh si Wendy di tempat cucian mobil."

Shafa terbangun dari tidurnya mendengar suara itu. Dimana ini? Ini bukan kamarnya.

"Apa kabarnya tu anak? Gw denger dia bisnis minyak rambut sekarang?"

Suara pria yang satu lagi yang juga familiar di telinga Shafa terdengar sayup-sayup.

Oh, ini ruang tv rumahnya Shafa. Shafa menghela nafas lega menyadari hal itu. Jam berapa sih sekarang?

Nyuttt... nyut... nyut...

Aw. Shafa memijat kepalanya yang terasa nyut-nyutan. Ya ampun, she had too much to drink last night. Semalam pak Andrew pake nambah satu pitcher lagi dan mas Adrian order seloyang pizza tambahan. Kelarrr perut Shafa. Dan bangun-bangun jam segini dengan sakit kepala itu nggak enak banget.

Shafa bangkit dari duduknya sambil melirik jam di dinding. Jam delapan pagi. Pantes ada suara mbok Siti menumis masakan di dapur.

"Yo'i. Hebat dia, ekspor juga lho sekarang."

Eh, itu suara...

"Gilang?" Shafa berdiri di ruang tamu, menyadari ada tamu disitu. Lalu pandangannya berpaling ke sosok pria satu lagi yang duduk berseberangan dengan Gilang. "Kamu, Tan?"

Nyut... nyut... nyut...

"Kamu kenapa, Fa?" tanya Ditan sambil bangkit dari duduknya melihat Shafa memegangi kepalanya sambil meringis.

"Sakit kepala..." kata Shafa. Belum sempat dia berkata apa-apa lagi tiba-tiba perutnya terasa asam dan rasanya mau... muntah.

"Fa?" Ditan kaget saat Shafa menahan keinginannya untuk muntah dan berlari ke dalam kamar mandi secepatnya.

Gilang bangkit dari duduknya dengan muka khawatir.

"Hey, kalian sarapan dulu yuk! Biar aja bapak-bapak masih belum selesai tuh main tenisnya." sahut nyokapnya Shafa yang baru saja memasuki rumah dengan pakaian olahraganya. Lalu ia menyadari kalo raut wajah Gilang dan Ditan nggak biasanya. "Kenapa, Gilang?"

"Shafa, tante. Muntah kayaknya." jawab Gilang.

"Hah?" Nyokapnya Shafa kaget dan langsung bergegas ke pintu kamar mandi yang ada di dekat ruang tv, diikuti Gilang dan Ditan.

Klek. Shafa keluar dari kamar mandi dengan mata berkaca-kaca.

"Shafa, kenapa? Masuk angin?" tanya nyokapnya Shafa.

Shafa mengangguk pelan sambil membasuh wajahnya dengan handuk.

"Yuk, Gilang, Ditan, sarapan dulu deh." kata sang nyokap. "Shafa, minum teh dulu ya, mama buatin."

Mereka bertiga duduk di kursi makan sementara nyokapnya Shafa berlalu ke dapur.

"Kamu udah lama disini, Tan?" tanya Shafa ke Ditan yang duduk di hadapannya.

"Pas barengan sama Gilang nih." jawab Ditan sambil mengaduk nasi uduknya. "Jam setengah delapanan."

"Yo'i. Gw masuk, kata mbok Siti nasi uduk belum siap ya gw keluar lagi, eh pas-pasan sama Ditan." jawab Gilang sambil memakan nasi uduknya.

Cetek emang deh si Gilang. Idupnya berkisar nasi uduk mbok Siti dan puding mangga aja.

"Kamu sampe rumah jam berapa semalem?" tanya Ditan sambil memandangi Shafa yang masih pakai baju semalam.

Sepenggal Kisah ShafaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang